Share

Bab 80

Habis magrib, Mas Helmi datang ke sini. Mas Surya pun ke sini lagi bersama Mbak Imah, karena aku kekeuh tak ingin memberikan surat itu.

"Wih, ngumpul, nih."

"Hel, tarik napas dulu," ucap Mas Surya.

"Kenapa sih, Mas?"

"Sudah, tarik napas dulu."

Mas Helmi menuruti perkataan Mas Surya dan melakukannya. Saat sudah selesai, Mas Surya segera memberikan amplop tadi pagi.

"Apa ini?" tanya Mas Helmi.

"Buka saja."

Mas Helmi pun mengambil amplop itu dengan bingung, lalu membuka isinya. Matanya membeliak saat membaca kop suratnya.

"Pengadilan? Mas Surya mau menceraikan Mbak Imah?"

Pletak!

Mbak Imah melemparkan sendok ke kepala Mas Helmi.

"Ngawur ngomongnya. Buka dulu. Lagian, nggak kamu baca itu siapa pengirimnya?"

Mas Helmi tak menghiraukan ucapan Mbak Imah, lalu membuka surat itu. Matanya dua kali lebih besar dari yang tadi. Tentu saja, ia pasti amat terkejut karena itu.

"I-ini, nggak benar, kan?"

"Masa iya kami prank?"

"Nggak mungkin, Mas. Masa iya Ambar menceraikanku?"

Mas Su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status