Home / Fantasi / Wanita Bermata Hijau / Bab 5 Mencari Petunjuk Baru I

Share

Bab 5 Mencari Petunjuk Baru I

last update Last Updated: 2024-03-28 13:12:54

”Astaga! Apa yang terjadi? Cepat bawa kemari!” seru Leo sambil menunjukan sofa besar.

”Maaf, Kak Leo atas kelalaian kami,” ujar Angellia menundukan kepala merasa bersalah.

”Maafkan kami, Kak Leo ini sebuah kesalahan besar. Ketika Jasmine mengajak kami pergi ke pusat kota, aku tidak bisa menolaknya!” timpal Arthur sambil menaruh Jasmine secara perlahan ke sofa.

”Kalian! Bisakah, berhati-hati lagi? Ini bukan waktu untuk bermain-main, kalian tau?” bentak Leo.

”Kami tau Kak, maaf tapi tidak dengan cara membentak seperti ini. Kami juga sudah berusaha keras melindungi Jasmine, walau kekuatan kami masih lemah.“ Arthur membalas bentakan Leo.

”Tolonglah! Kalian jangan jadi seperti ini. Lihat adikku!” Menarik tangan Arthur, dua orang itu bisa saja baku hantam terjadi.

Leo dan Arthur saling bertatapan dengan mengepalkan tangan menahan amarah. Leo langsung meghajar Arthur mengunakan perisai tangan menghantam perut secara keras dan bertubi-tubi. Arthur tersungkur ke belakang, keluar darah dari mulutnya. Dia tidak membalasnya karena mengerti Leo dalam kondisi tidak terkendali. Angellia berdiri di hadapan Arthur menghalangi Leo yang bisa saja menghajar kakaknya lagi.

”Sudah cukup, Kak! Aku tau tidak mau terjadi apa-apa dengan Jasmine. Kami tahu ini salah. Tapi, kalau kita bermusuhan dan berselisih akan berakibat lebih fatal lagi. Ini yang dia inginkan, supaya kita terpecah dan dengan leluasa mengambil Jasmine mengerti, Kak!” Angellia menahan tangis dan menggoyangkan bahu Leo.

”Benar, Angel. Maafkan aku, mungkin kalian mengerti bila ada diposisiku, sekali lagi maafkan aku.” Leo mengelus kepala Angellia dan menghampiri Arthur untuk membantunya bangun. 

”Kak Leo, semakin kuat saja. Aku sangat mengerti. Maka dari itu aku tidak ingin membalasnya. Kalau posisi itu ditukar, aku pun akan berbuat sama seperti sekarang,” rintih Arthur sembari memegang perutnya.

”Kemari, Kak. Aku akan menyembuhkanmu,” pinta Angellia.

Wush! Wush! Wush!

Angellia berkonsentrasi, dari tangannya memancarkan cahaya aura lembut berwarna ungu yang bisa menyembuhkan. Arthur menahan rasa sakit dan perih. Leo menghampiri Jasmine, sembari perlahan mengelus rambut berwarna silver itu. Mata sendu berwarna hitam mulai berlinang air mata lagi. Rambut hitamnya berantakan karena terus dijambak.

“Jasmine. Adikku, sayang. Maafkan kakak. Tidak bisa melindungimu dalam kondisi seperti ini, Aku berjanji akan membunuh! Siapa saja yang ingin mencelakakanmu! Maaf, untuk merahasiakan hal ini. Banyak pertimbangan yang bisa menjadi kesalahan fatal. Bila diketahui olehmu, dengan kondisi mentalmu sekarang!“ batin Leo.

Leo melihat luka bakar cukup parah kulit terkelupas sampai terlihat daging merah segar di kedua tangan Jasmine. Disekujur tubuh adiknya pun penuh luka goresan bertetesan darah yang memenuhi kemeja putih. Leo merasa sakit hati hanya bisa menunduk dan menangis menyesali semua yang terjadi pada Jasmine.

Membisikan sesuatu, “Ayah maafkan aku, aku gagal lagi!“ Sang Kakak menghela napas panjang.

”Kak, jangan seperti ini. Kalau Jasmine melihatnya pasti akan sedih juga. Aku yakin kita bisa melindungi Jasmine. Sebaiknya aku obati dulu. Sebelum lukanya semakin parah,” ujar Angellia menghampiri dan bersujud di hadapan Leo sambil menggenggam tangannya.

”Terima kasih Angel atas semuanya.” Menghapus air matanya dan menghampiri Arthur yang sedang bersandar di tembok sebelah kanan samping Jasmine.

”Sama-sama, Kak Leo. Jangan sungkan untuk meminta pertolongan pada kami, sebaiknya kita harus mempelajari cara telepati. Untuk berkomunikasi jarak jauh hehe,” canda Angellia sambil tersenyum.

Angellia mengambil kedua tangan Jasmine mengeluarkan kekuatan penyembuh ajaibnya, berkonsentrasi lagi perlahan keluarlah pancaran cahaya indah nan lembut berwarna ungu. Membutuhkan waktu agak lama untuk pulih. Leo hanya melihat dari pojokan, Arthur tiba-tiba menghampirinya sambil merangkul Leo. Hanya ada senyuman lembut darinya. Para lelaki pun mulai pembicaraan serius.

”Maaf. Untuk kejadian ini, kami benar-benar lalai, Kak,” ucap Artur sambil menunduk.

”Sudahlah! Lupakan aku pun minta maaf atas kejadian tadi, harusnya aku berterima kasih kepada kalian. Sudah bersusah payah melindungi Jasmine.”

”Ahh ... sama-sama Kak, jangan sungkan-sungkan seperti itu. Ini sudah tugas kami mungkin kalau dulu kami tidak bertemu Ayah Kak Leo. Sekarang tidak akan bisa melindunginya,” kata Arthur lalu terbesit ingatan masa kecil.

"Benar, dulu Ayah menyelamatkan kalian dari panti asuhan. Memberikan keluarga baru yang lebih hangat,” sahut Leo memingat masa kecilnya.

Lalu Leo mengembalikan perisai tangannya ke semula, bibir tebalnya berkomat-kamit. Terdengar suara baja yang saling bergesekan. Keluarlah pancaran aura berwarna merah yang secara perlahan menghilang dari tato yang ada di tangan kirinya.

”Iya, Kak. Kami sangat beruntung sekali dan berterima kasih. Mungkin Ayah Kak Leo menyadari kemampuan ajaib ini. Mungkin kami juga incaran iblis terkutuk itu!”

”Ayah pernah menceritakan soal itu. Nanti kamu tidak akan berjuang sendirian untuk melindungi adikmu. Si Iblis biadap itu, mengetahuinya lalu murka kepada Ayah.” Leo mengepalkan tangan mengingat kejadian kelam.

”Pada saatnya tiba aku akan mengumpulkan, semua kekuatanku dan menghabisi iblis itu!”

”Kalau begitu, kita tidak akan mengulur-ngulur waktu lagi. Untuk berlatih, siapkan mental dan fisik kalian. Ini akan semakin menarik,” ujar Leo tersenyum dengan semangat.

“Pastinya, tapi sebelum itu kita harus mencari Cenayang yang dibicarakan Ayah Edward, kan? Sambil menunggu Jasmine pulih total. Kita harus mendapatkan kekuatan lebih dan memulai latihan dari Kak Leo,” tanya Arthur sambil berpikir dan ke dua tangan disilangkan di dada.

”Oh, iya. Aku sampai lupa hal itu. Sebentar aku mengingat sesuatu,” jawab Leo lalu menghampiri rak buku yang ada di hadapannya.

”Kak Leo, sebenarnya kami juga ada rencana besok untuk mencari Cenayang itu. Ada waktu cukup lama dan hari libur juga jadi sekolah pun tidak terganggu,” jelas Arthur lalu menghampiri Leo yang sibuk mencari buku.

”Itu ide bagus Arthur ... sebentar di mana buku itu disimpan.” Memilah-milah buku dari rak atas sampai ke tengah.

”Kak, apa yang sedang kamu cari di rak buku ini?” tanya Arthur sambil melihat-lihat buku yang sudah usang.

”Aku mencari buku yang akan menjadi petunjuk kita mencari Cenayang itu. Sebenarnya buku ini adalah bekas eksperimen Ayah selama bertahun-tahun mencarinya. Otomatis kita akan sangat kesulitan mengumpulkan petunjuk-petunjuk yang lain sampai saat ini pun nihil,” jelas Leo yang berhasil menemukan buku berukir unik seperti kotak yang dimiliki Jasmine.

”Oh, jadi selama ini Ayah Edward pun mencari Cenayang itu dan hasilnya nihil?” tanya Arthur yang terkejut membuat sedikit kecewa.

”Yah, faktanya seperti itu. Tapi setelah meninggalnya Ayah. Aku sembunyi-sembunyi dari Ibu, tetap melakukan eksperimen ini dan berhasil menemukan tiga bukti akurat. Pertama : Siapa Cenayang itu, kedua: Peta lokasi, ketiga: Kita harus mencari senjata yang bisa membunuh iblis itu,” jelas Leo sambil duduk dan membuka buku itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 69 Kesempatan 2

    "Sudah siap, Leo? Ingat, jangan ragu! Salah sedikit kita bisa adu tembak," pinta Sean yang sedang merapikan kemeja berdasi hitam itu, lalu memakai jaket coat panjang berwarna hitam. "Huh! Siap! Baiklah, aku paham. Tapi, jujur saja. Aku gugup, Kak Sean." Leo mengambil batu sihir dan menyerahkan satunya lagi ke Mayor. "Pasti, tapi tenang ada aku di sampingmu. Lakukanlah sesuai latihan kita tadi. Jangan lupa, aku jadi Steven dan kamu Lavier!" Sean mengambilnya sambil menjinjing tas kotak silver berisi uang banyak. "Hmm, oke-oke. Pengalaman pertama yang mendebarkan." Leo merapikan rambut blonde-nya dan memakai jaket coat pendek berwarna abu-abu. Lalu, menggunakan kacamata bertangkai emas. Mereka pun menggunakan mobil mewah yang sudah Sean sewa kemarin. Sean menggunakan cincin bermata biru dan Leo bercincin berlian dengan inisial L. Pakaian yang bermerek dari ujung leher sampai kaki menghiasi dua pria itu. Leo yang terus mengendalikan emosi dan ket

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 68 Kesempatan 1

    "Di mana ini? Perasaan aku tidur di sofa!" batin Leo yang syok melihat sekitarnya ada pohon pinus. "Di hutan? Tidak ada cahaya matahari! Kabutnya tebal juga," keluh Leo yang terus mengucek mata dan bangun. "Leo ... kemari ... Leo, sini kita main!" ajak suara gadis kecil dari arah samping Leo, tapi wujudnya tidak ada. Leo semakin tidak percaya melihat tangan yang mengecil. "Siapa kamu? Keluar! Hah, tubuhku mengecil?" teriak Leo yang meraba-raba tubuh tidak berotot itu. Dia seperti anak berumur 14 tahun. "Ayo, kita bermain petak umpet di sini. Leo ... lihat aku!" teriak gadis yang perlahan muncul di sampingnya dan merangkul tangan Leo. "Zena? Zena!" panggil Leo yang langsung menoleh dan menggenggam erat kedua bahu gadis itu. "Iya, lalu siapa lagi? Di sini hanya kita saja. Ayo, main." Zena yang masih muda dan cantik dengan rambut panjang berwarna putih. Dia tersenyum manis dan berjalan ke pohon pinus yang tinggi. "Ka

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 67 Zena Blitz

    Leo yang mendengar teriakan itu langsung menoleh ke arah kerumunan. Saat Leo baru melangkah, ponselnya berdering dan melihat layar yang terpampang nama Jasmine. Sang kakak baru ingat sudah dua hari tidak menghubungi Jasmine. Leo yang hanya melihat kerumunan tadi langsung bubar. Dia hanya melihat wanita yang sedang di seret paksa pria paruh baya. Dia mengangkat telepon dan mendengar kemarahan Sang adik yang terus mengomel. Leo hanya terdiam dan tersenyum lebar, baru saja dua Minggu ditinggalkan sudah merindukan semuanya. Dia cekikikan yang membuat lawan bicaranya merengek dan mengeluh dengan jadwal latihan yang semakin sulit. Charless yang terus menyebalkan dan jahil. Tentu, keluhan soal Leo melanggar janjinya yang harus setiap hari berkomunikasi dengan Jasmine. "Oke-oke, maaf. Maaf, Sayang. Aku sibuk sampai lupa," jelas Leo yang melirik Sean yang masih memilih daging. "Kakak! Aku juga sibuk masih bisa kirim pesan dan menelepon tuh!" gerutu Jasmine yang istirahat

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 66 Pertemuan Yang Tak Terduga

    "Hah, terserah kamu saja. Aku paham! Tapi ... aku tidak bisa meninggalkan tempat ini!" seru Pedro yang terlihat cemas bila ikut melakukan pencarian bersama-sama. "Takut sama musuhmu? Atau kamu tidak ingin bertemu dengan Haden?" tanya Sean yang membuat Pedro terdiam. "Bukan, iya. Aku tidak bisa menatap wajah anak itu. Aku tidak sanggup." Pedro termenung mengingat kenangan lampau. Saat Pedro melepas tangan kecil Haden. Anak kecil yang merengek dan menangis kencang karena ditinggal pergi Pedro. "Kalau kamu menghindar terus. Haden akan semakin membencimu. Mau?" Sean menatap tajam Pedro yang menahan tangis. "Ingat, mungkin pertemuanmu yang sekarang akan membuat Haden marah besar." Sean menghela napas panjang. "Tetapi, kamu harus jelaskan alasannya agar kesalahan pahaman tidak terjadi lagi. Dia sudah besar sekarang pasti akan mengerti." Lanjut Sean sambil memanggil Leo untuk kembali ke kursi. "Kalau hal ini berat untukmu. Aku tid

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 65 Pedro Javier

    Sean dan Leo jalan perlahan menyusuri anak tangga yang panjang ke bawah. Anak tangga yang berputar tanpa ujung, hawa mencekam dengan hanya di sinar satu cahaya di depan saja. Leo melihat ke bawah dan sampingnya hanya gelap gulita. Sean yang tetap fokus dan menajamkan instingnya. Dari kejauhan terdengar suara riuh orang-orang yang berjalan dan berbicara. Tiba-tiba diujung tangga itu cahaya tadi semakin bersinar menyilaukan mata. Sean dan Leo menutup mata, kedua pria itu syok diam diantara kerumunan orang yang sibuk bekerja di pasar lokal. Mereka bingung ada di mana, sayup-sayup terdengar suara bisikan, "ikuti anak panah itu." Suara pria nan dingin. Sean menolah ke tuannya dan saling mengangguk paham. Leo mencari anak panah yang dimaksud bisikan itu. Dia menemukan satu di dinding penjual ikan laut. Dia menarik Sean dan berjalan ke sana. Anehnya orang-orang di pasar itu tidak terganggu atau tidak melihat beradaan Leo dan Sean. Mereka saling melirik dan mengangkat bahu, berjal

  • Wanita Bermata Hijau   Bab 64 Leo dan Sean Memulai Perjalanan 2

    "Hah, ranselnya berat sekali. Tante, Paman. Alat sihirnya kenapa banyak sekali?" keluh Leo yang memasukan alat sihir ke kantung ajaib yang diberikan Eleanor. "Ini pasti akan berguna. Karena kita tidak bisa membantu dengan cepat. Setidaknya benda-benda ini bisa menolongmu di situasi genting," jelas Elanor yang mengelus rambut Leo. "Nak, bawa obat-obatan medis ini. Komandan Tommy, memberitahu barang tambahanmu," ucap Serenity sambil terisak-isak menahan tangisnya dan menyodorkan kotak medis lengkap lalu dimasukan ke dalam ransel. "Oh, iya. Terima kasih, Tante dan Ibu Serenity. Kalian jangan menangis dong. Aku makin sedih." Leo menghampiri dua wanita dewasa yang tidak kuasa menahan tangisan. Leo memeluk erat kedua orang yang sudah dianggapnya sebagai ibu. "Aku akan baik-baik saja. Ada Kak Sean bersamaku. Kalian jaga kesehatan dan aku titip adik-adikku, ya. Kalau nakal pukul dan hukum mereka, oke." Leo mengecup kedua kening dan pipi Eleanor dan Serenity. Leo juga menghapus air mata m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status