***Akhirnya Kasih bisa menjalani harinya yang normal. Sudah satu minggu ini ia menjadi dirinya sendiri, dan menikmati hal apapun yang dia sukai. Kepergian Arthur membuat wanita itu cukup senang karena dia bisa bernapas lega, jika ada pria itu selalu membuatnya sesak, apalagi jika di atas ranjang! Arthur seperti mempunyai energi yang tidak akan ada habisnya, wanita itu agak kewalahan mengimbangi pria itu.Kasih memakai dress di bawah lutut dengan motif floral, dan mengepang rambutnya. Ia sengaja mengepang rambutnya karena ayahnya selalu bilang kalau dirinya sangat imut, dan menggemaskan.Kasih menaruh bunga mawar putih di atas makam Vito, dia ingat kalau ayahnya itu suka mawar putih karena ibunya adalah pemilik toko bunga pada saat itu. Dia tersenyum mengingat cerita ayahnya tentang sosok Raline yang sangat ayahnya cintainya. Raline memang sosok wanita luar biasa dan penyesalan terbesarnya saat ini adalah tentang kecelakaan sepuluh tahun yang lalu, dimana Raline menyelamatkannya dan m
***Kasih menikmati Minggu sore dengan berjalan-jalan ke salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta. Dia ingin memakan mie ramen favorit-nya karena sudah lama dia tidak memakannya."Kasih... "Kasih langsung memutar tubuhnya, dan kedua matanya membulat melihat siapa orang yang memanggil namanya. ia menghela napas pendek, dia tidak mau menggubrisnya, dan langsung duduk sambil menunggu mie ramen pesanannya datang.Kasih terkejut karena pria itu duduk di depannya, benar-benar menyebalkan!"Kamu kenapa duduk di sini? Meja lain masih banyak yang kosong," ucap Kasih terlihat kesal."Aku maunya di sini karena memang mau bicara sama kamu.""Aku tidak mau, tujuanku datang ke sini ya untuk makan bukan untuk ngomong," balas Kasih dengan ketus."Aku tahu kalau aku memang tidak pantas dimaafkan, tapi kita harus membicarakan semuanya agar kesalahpahaman kita di masa lalu selesai. Aku tidak mau mencari musuh, aku ingin hubungan kita baik-baik saja.""Aku sudah melupakan yang lalu, dan kita sudah seles
***"Kamu kenapa sangat sulit aku hubungi? Kamu ada masalah?" tanya Echa."Maaf ya, Cha. Bukannya aku nggak pernah kasih kabar, aku hanya kelelahan karena pekerjaanku banyak menyita waktuku," balas Kasih.Kasih akhirnya bisa bertemu Echa, sahabat baiknya. Dia memang sengaja menghindari Echa karena tidak mau sahabatnya itu tahu kalau dia adalah seorang istru simpanan dari Arthur. Satu-satunya hal yang pasti diketahui Echa adalah jika dirinya sedang berbohong. Kasih memang tidak mau kalau Echa tahu tentang kesepakatannya dengan Arthur yang menginginkan anak darinya."Ada masalah?" tebak Echa.Kasih menggelengkan kepalanya, dan menatap sahabatnya dengan tenang. "Kalau aku ada masalah pasti larinya ke kamu, Cha.""Tapi saat kemarin Zayn masuk penjara, dan kamu dicampakkan oleh Bryan, kenapa kamu tidak bilang padaku?""Itu karena aku tidak mau menambah masalahmu, Cha. Kamu juga ada masalah, dan kamu kehilangan anak dari kandunganmu.
***"Bagaimana bulan madu keduamu? Semua kenangan indah dengannya kembali hadir, bukan?" tanya Kasih."Kenapa mendadak kamu ingin tahu bagaimana bulan madu keduaku? Kamu mulai merasakan hati padaku?" tanya Arthur dengan suara serak. Kedua mata pria itu tetap terpejam karena semalam dia terus bertarung dengan Kasih di atas ranjang."Karena aku bisa sedikit lega, dan tidak merasa berdosa jika cinta kamu dan dia kembali kuat," balas Kasih. "Hatiku sudah mati, dan aku tidak akan jatuh cinta pada iblis sepertimu."Arthur tertawa pelan, dan dia membuka kedua matanya, menoleh ke sisi kanan, Kasih dengan wajah yang polos tanpa polesan make up membuat wanita itu sangat menggemaskan di matanya, apalagi jaraknya dengan wanita itu sangat dekat. "Kamu adalah istriku juga, Kasih. Kita menikah secara resmi.""Kita hanya menikah siri, dan pernikahan kita hanya tercatat dalam agama saja," balas Kasih, “Dan tentunya akan berakhir jika aku melahirkan anak laki-
***Kasih langsung terkejut saat pertama kali membuka matanya melihat sosok Arthur yang masih ada di apartemennya. Wanita itu langsung beranjak dari tempat tidurnya, dan menghampiri sosok pria itu yang sedang menyiapkan sarapan pagi di atas meja makan."Kenapa kamu bengong begitu?" tanya Arthur.Kasih langsung mengucek kedua matanya, dia ingin memastikan apakah saat ini dia sedang tidak bermimpi."Kenapa? Kamu melihat hantu di pagi hari?" tanya Arthur."Ini nyata? Aku sedang tidak bermimpi, kan?" Kasih bertanya balik."Hmm... kenapa kamu menganggap saat ini masih bermimpi? Semalam mimpi buruk?"Kasih langsung mengedipkan matanya tiga detik, dia menghampiri Arthur, dan langsung memegang kedua pipi Arthur. Wajah pria itu terasa hangat, dan dia bisa merasakan hembusan napas dari pria itu. Kedua matanya terdiam menatap Arthur yang juga membalas tatapannya itu. "Ini nyata?"Arthur menghela napas berat, dia langsung menarik pinggang
***"Kenapa kamu beli bahan makanan sebanyak ini?" tanya Kasih memggelengkan kepalanya."Stok untuk kamu di sini," balas Arthur."Kamu pikir aku ini sumo? Ini makanan sebanyak ini nggak akan mampu aku habiskan, Arthur. Kamu itu ya, mentang-mentang banyak uang, lantas menghamburkannya begitu saja! Mubadzir!" kesal Kasih."Kamu itu butuh asupan gizi yang banyak, kasihan tubuhmu hanya dibalut kulit saja. Aku nanti biar enak juga meluk kamu," tukas Arthur.Kasih membisu, dia terkejut dengan sifat Arthur yang berbeda. Pria itu saat ini lebih terbuka, hangat, dan juga selalu ada di sisinya. Arthur yang dingin, kaku, dan tak berperasaan seolah telah mati. Ada apa dengan pria itu? Apakah isi kepala Arthur tidak normal? Dan jauh di dalam hati Kasih, ia seperti menemukan memori yang hilang dari ingatannya, seolah seperti sudah mengenal sosok pria itu."Kenapa kamu bengong begitu?" tanya Arthur.Kasih menghela napas panjang. "Aku hanya penasaran
***"Alice!" Kasih terkejut melihat wanita itu yang datang ke kantornya."Bisa kita bicara sebentar?" Alice berkata dingin.Kasih langsung melihat jam di arloji tangan kanannya, dia menghela napas pendek. "Kalau mau bicara, tempat ini bukan tempat yang pas. Ini adalah perusahaan yang tidak boleh ada pembicaraan pribadi. Aku tidak bisa."Alice tersenyum sinis. "Kamu sangat sombong saat ini, Kasih. Hanya jadi asisten pribadi saja, gayamu selangit!""Kamu sedang membicarakan dirimu sendiri?" Kasih menyindir balik."Aku hanya ingin bicara saja, apa itu susah? Kita bisa bicara di tempat lain!" balas Alice kesal."Maaf. Aku tidak bisa karena memang aku tidak mendapatkan izin untuk pergi ke tempat lain karena atasanku masih membutuhkanku," jawab Kasih tegas."Gayamu seperti kamu itu nyonya besar, dan istri dari CEO saja," rutuk Alice. "Aku ini nggak bodoh, Kasih. Aku datang ke sini juga pada jam istirahat! Kamu sengaja menghindariku k
***Kasih tidak bisa tidur dengan nyenyak tadi malam. Dia masih memikirkan ucapan Arthur yang memintanya untuk tetap di sisi pria itu. Tapi kenapa Arthur mendadak memintanya untuk bertahan? Bukankah pria itu ingin dia pergi menjauh, dan meninggalkan negara ini setelah dirinya melahirkan seorang anak untuk pria itu?Kasih menghela napas pendek, dan dia memijit kedua alisnya. Mungkin saja Arthur pada saat itu sedang asal bicara, dan dia tak perlu memikirkannya terlalu dalam, pikir Kasih. Namun, di sisi lain hatinya ia memang menginginkan tetap di sisi pria itu, alasannya pun tak bisa ia jelaskan secara akal sehat, sebab seperti Arthur adalah potongan puzzle yang telah hilang dari ingatannya. Ponsel ia berbunyi, dan ada pesan masuk. Dia langsung membukanya, dan itu pesan dari Willy.[Nona Kasih, pagi ini Tuan Arthur tidak akan pergi ke perusahaan karena ada urusan mendadak. Tuan menyuruh Nona untuk menyelesaikan pekerjaan kemarin, dan jika sudah selesa