***Di tengah sorotan media yang menggema, sebuah berita mengejutkan mencuat ke permukaan, memicu kehebohan di seluruh negeri. Pembatalan pernikahan antara Arthur Romeo dan Rose Marry menjadi buah bibir di kalangan masyarakat, menimbulkan beragam spekulasi dan tanya jawab.Suasana di salah satu kantor media cetak pun tak kalah heboh.“Apakah kalian mendengar berita terbaru tentang Arthur dan Rose? Siapa yang bisa membayangkan, setelah lima tahun, pernikahan mereka hanyalah pura-pura belaka!” tanya wartawan 1 dengan nada terkejut.“Tapi kenapa mereka bersikap seperti itu? Dan mengapa Arthur setuju dengan pernikahan palsu itu? Bukankah itu bukan sikap dari pria gentle sepertinya?” wartawan 2 bertanya balik dengan penasaran.Di ruang redaksi media massa, para jurnalis sibuk menulis laporan dan artikel, mencoba mengurai teka-teki di balik drama rumah tangga yang terungkap.“Kabarnya, Arthur tidak pernah menyentuh Rose selama lima tahun pernikahan mereka. Apakah ini karena sikap matre Rose
*** Bintang Utama Group… Suasana di perusahaan menjadi kacau balau saat wartawan mendatangi gedung itu dengan kamera dan pena mereka yang siap mencari berita baru. Semua karyawan memang terkejut, namun mereka tahu siapa orang yang dituju oleh para wartawan itu. Berita tentang hubungan Kasih dan Arthur memang masih menjadi hot topic dan dibicarakan dimana-mana. Sedangkan, Kasih, ia tidak menyangka kalau para wartawan datang ke perusahaannya dalam jumlah yang luar biasa, ia terkejut dan panik, segera menghubungi Arthur dalam keadaan khawatir yang jelas terdengar dalam suaranya. Kasih memegang ponselnya dengan gemetar, menunggu sambungan sampai terhubung. Ia ingin Arthur bertanggung jawab atas apa yang telah pria itu lakukan. “Sayang, ada apa? Sepagi ini kamu sudah menghubungiku, kamu merindukanku?” tanya Arthur. Kasih menghela napas pendek karena ucapan Arthur malah membuatnya tambah sakit kepala. "Arthur, kamu harus cepat datang dan meredakan segala situasi di perusahaan! Ada ba
***Di dalam kegelapan parkiran yang sepi, Alice menyusup dengan diam, menunggu dengan penuh kebencian. Pisau yang tersembunyi di balik jaketnya menjadi senjata gelap yang siap ia gunakan. Alice membayar mahal seseorang untuk memantau aktifitas Kasih dan saat ini adalah waktu yang tepat untuk menyingkirkan Kasih."Kasih, kau takkan selamat kali ini. Mari kita hancur bersama!" gumam Alice penuh dengan kebencian.Dalam kegelapan, detik demi detik berlalu, dan akhirnya, sosok yang ditunggu-tunggu muncul: Kasih.Kasih keluar dari pintu dan langkahnya terhenti mendadak ketika ia melihat Alice, sosok yang penuh dendam berdiri di hadapannya."Alice? Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kasih dengan nada yang terkejut.Alice tak menggubris pertanyaan Kasih. Dengan langkah mantap, ia mendekati Kasih sambil mengacungkan pisau."Kasih, kau akan mati!" teriak Alice dengan api amarah yang menyala di dadanya.Kasih membeku di tempatnya, matanya memperhatikan setiap gerakan Alice dengan ketakutan ya
***Kasih menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya dari kejutan dan amarah yang menyelinap di hatinya. Dia menatap tajam Arthur Romeo, atasannya dan mencoba menyelami maksud dari permintaan yang absurd ini."Jadi saya harus jadi simpanan Pak Arthur agar semua hutang ayah saya lunas?" tanya Kasih dengan suara yang bergetar. Dia merasa seperti terjebak dalam sebuah skenario yang tak masuk akal.Arthur tersenyum sinis, seolah menikmati ketidaknyamanan Kasih. "Oh, ya, itulah yang aku inginkan. Jadi, kamu mau atau tidak?" ucapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.Kasih tak menjawab, ia hanya menatap pria di hadapannya dengan tatapan tak percaya."Lalu kamu mau bayar dengan apa hutang pria tua itu? Kamu punya apa?" Arthur melirik Kasih dengan pandangan meremehkan, seakan-akan menilainya dari atas ke bawah."Saya bisa bayar, Pak. Kalau perlu nanti gaji saya dipotong tujuh puluh lima persen saja untuk menyicil hutang ayah saya. Saya janji akan bekerja keras, dan saat ini juga s
***Kasih menghela napas dalam-dalam, mengejar setiap detik waktu yang semakin berlalu cepat saat dia tahu adiknya, Zayn, masuk ke rumah sakit. Hatinya terasa berkecamuk, dipenuhi kegelisahan karena belum mengetahui kondisi sebenarnya yang dialami oleh adiknya. Ketika tiba di rumah sakit, seorang pegawai lapas menghampirinya, memperkenalkan diri sebagai Hafid."Mbak Kasih, ya?" tanya Hafid dengan penuh perhatian."Iya, Pak. Saya Kasih, kakaknya Zayn," balas Kasih dengan wajah cemas."Saya Hafid, petugas lapas yang ditugaskan untuk menjaga Zayn," ucap Hafid memperkenalkan diri.Terima kasih sudah menjaga adik saya, Pak," kata Kasih dengan senyuman lemah. "Zayn kenapa bisa masuk rumah sakit, ya? Dia sakit apa?""Zayn tidak sakit apa-apa, Mbak," jawab Hafid dengan ekspresi serius.Kening Kasih mengernyit. "Lalu, kenapa Zayn bisa masuk dan dirawat di rumah sakit?""Saya tidak tahu kenapa alasan pastinya apa, saya sudah menemukan Zayn bersimbah darah dan tergeletak karena dihajar oleh taha
***Kasih menatap tajam Arthur, mencoba mencerna setiap kata yang keluar dari bibir pria itu. "Jadi Bapak ingin saya melahirkan seorang anak?" tanya Kasih, mencoba memastikan kesimpulan yang telah terlintas dalam pikirannya."Iya. Aku butuh seorang ahli waris, kamu juga tahu kalau sampai saat ini aku belum mempunyai anak," jawab Arthur dengan lugas.Kasih merasa dadanya sesak mendengar jawaban itu. "Jadi isi kontrak itu setelah saya melahirkan anak laki-laki, maka kontrak itu akan berakhir?""Iya. Kontrak akan berakhir selama kamu bisa memberikanku anak laki-laki, aku akan menjamin hidupmu, dan kamu tidak boleh mengakui anakmu nanti, jika kamu melanggarnya kamu juga tahu akibatnya," jelas Arthur dengan dingin.Kasih menghela napas pendek, dia sudah membaca isi kontrak yang Arthur ajukan padanya. "Tapi jika saya tidak bisa melahirkan anak laki-laki, bagaimana?""Seumur hidup kamu harus melayaniku!" balas Arthura tanpa rasa belas kasihan."Jika anak itu anak perempuan? Jadi, jika saya h
***Kasih merasa lega karena hari ini akhirnya bisa melepaskan Zayn untuk mewujudkan impiannya belajar di Singapura, di sekolah impian yang selalu menjadi cita-cita adiknya. Dia menatap rumah sederhana yang dulu penuh dengan kenangan manis bersama keluarganya. Meskipun tersenyum, namun hati Zakia terasa robek lagi, teringat akan kehilangan orang tua yang membawa kebahagiaan mereka hilang. Kehilangan itu membuat Zakia merasa seolah-olah kebahagiaan dalam hidupnya terhenti begitu saja."Jangan lemah lagi kamu, Kasih! Kamu ini harus menatap ke depan, jangan terus berdiam karena luka, dan jadi pecundang," ucap Kasih pada dirinya sendiri sambil mengelap air matanya. Harga diri keluarganya selama ini diinjak-injak, dan dia tidak ingin terus menjadi pecundang seperti yang selama ini diinginkan oleh orang-orang di sekitarnya. Keberanian dan tekadnya membuat Kasih bertekad untuk melawan.Kasih membuka pintu rumah dan terkejut melihat Alice, sosok wanita yang dulu merupakan sahabatnya, menatapn
***"Kasih, kamu kenapa harus pindah kost segala sih? Kan rumah kamu juga itu dikontrakkan sama orang, Zayn juga sudah pergi ke Singapura. Jadi, mending kamu di sini saja sama aku dan mama," ucap Echa.“Aku tidak mau merepotkan kamu dan mamamu,” balas Kasih.Echa menghela napas panjang. "Kamu baik-baik saja, kan?""Tentu saja aku baik-baik saja, buktinya kita bisa ngobrol berdua begini," jawab Kasih."Akhir-akhir ini kamu selalu pulang malam, Kasih. Kamu bahkan sulit aku hubungi, aku khawatir karena tidak biasanya kamu tidak memberi kabar begini.""Aku memang sibuk menyiapkan study Zayn, jadi nggak sempat kasih kabar ke kamu karena terlalu letih," balas Kasih menjelaskan."Syukur kalau kamu baik-baik saja. Aku harap kamu dan Zayn selalu bahagia ya! Aku lega karena Zayn akhirnya bisa mewujudkan mimpinya bersekolah ke Singapura. Aku ingin nanti kalau ada apa-apa atau kamu butuh bantuan, kamu jangan sungkan bilang sama aku atau mama ya!""Itu pasti, Cha. Kalau ada apa-apa aku memang sela