Brian menatap ke arah mata-mata yang saat ini tubuhnya gemetar. Miko dan Mullen tersenyum karena mata-mata yang menjadi incaran Brian bisa dia temukan. "Tu-tuan," ucap pria tersebut yang gelagapan karena ketahuan dengan Brian. "Katakan padaku, sekarang. Siapa yang memintamu. Katakan siapa?" tanya Brian dengan suara kencang. Brian geram dan marah karena ada mata-mata yang menyusup ke klan miliknya. Miko mendekati Brian dan menatap ke arah mata-mata yang ketakutan menatap Brian. Miko mengambil ponsel mata-mata tersebut dan membaca isi pesan dari pria tersebut. "Wah, dia memberitahukan kepada majikannya kalau kita mau ke sana. Dia licik sekali, Brian. Berapa yang dia bayar ke kamu, pengkhianat?" tanya Miko yang sama-sama geram dengan anak buahnya ini. Mata-mata yang tertangkap masih belum mengatakan satu patah katapun yang dia ucapkan ke Brian. Pria itu hanya diam dan berusaha untuk kabur tapi banyaknya anak buah membuat dia sulit untuk pergi. Mau bunuh diri juga susah karena senja
Bella menganggukkan kepalanya dengan pelan. Dia sudah bisa melayani Brian seperti biasanya. Karena memang sudah diizinkan dokter tapi Brian tidak tahu. Dan saat inilah waktunya. "Aku mencintaimu," ucap Brian yang mulai bermain di area wajah Bella. Satu persatu wajah Bella ditelusuri dengan lembut. Brian memberikan kecupan kecil dan manis di pipi dan kening juga mata Bella. Brian membawa Bella lebih dekat dengannya. Perlahan pakaian Bella dilepaskan satu persatu hingga tubuh Bella polos bak bayi. "Kamu sangat seksi dan kamu satu-satunya wanita yang aku cintai. Percayalah padaku." Bella menganggukkan kepala pelan. Dia percaya dengan Brian dan dia tidak akan meninggalkan Brian. Siapapun yang ingin merebutnya akan dia pertahankan. Wanita yang sudah membuat dia kehilangan bayinya akan dia balas dengan sangat kejam. "Euhm." Suara desahan lolos dari mulut Bella. Keduanya saling bertukar saliva dan kecupan keduanya semakin dalam. Brian membawa Bella ke nirwana kenikmatan. Suara desahan
Bruno menyerahkan amplop coklat kepada Brian. Dia ingin tuannya sendiri yang melihat apa isi dari amplop coklat tersebut. Brian yang menerima amplop coklat dari Bruno menaikkan alisnya. "apa ini?" tanya Brian dengan raut wajah penasaran. "Anda bisa lihat sendiri isinya," jawab Bruno. Brian yang penasaran segera membuka amplop coklat yang Bruno berikan kepadanya. Saat amplop coklat tersebut dibuka, dia terkejut melihat sebuah gambar markas yang dipenuhi dengan amunisi yang cukup banyak dan ada nuklir yang dia incar sedari dulu dan ada bahan peledak lainnya. Satu persatu Brian melihat foto tersebut dan yang terakhir Brian terkejut melihat ayahnya ada di sebuah hotel dan tidak lama kemudian ibu kandung Elly juga masuk ke sana. Brian memandang ke arah Bruno yang masih menatapnya. "apa ini?" tanya Brian lagi menunjukkan ke arah foto yang terakhir kepada Bruno. "Saya meminta kepada rekan saya untuk mengikuti Tuan dan Nyonya besar atas perintah dari Tuan Miko. Dan rekan saya mendapatka
Nyonya Melisa masuk ke dalam kamar hotel yang sudah disewa oleh prianya. Pria yang di maksud adalah tuan Karl. Ayah dari Brian. Nyonya Melisa teman baik Nyonya Sherly dan sejak saat dibangku sekolah keduanya menyukai satu pria yaitu tuan Karl. Karena Tuan Karl dari orang kurang mampu, dia memilih Nyonya Sherly menjadi kekasihnya. Dan sejak saat itu Nyonya Melisa sangat membenci Nyonya Sherly sampailah, Nyonya Melisa menikah dengan seorang pria dan pria yang dinikahi oleh Nyonya Melisa meninggal kecelakaan. Mengetahui sahabatnya kehilangan suami, Nyonya Sherly sedih. Nyonya Sherly tidak tahu jika dia dibenci oleh Nyonya Melisa karena Tuan Karl. Dan kebenarannya terhadap Nyonya Sherly membuat Nyonya Melisa memanfaatkan kebaikan sahabatnya itu. Dengan merayu suami sahabatnya dan Tuan Karl malah masuk ke dalam perselingkuhan sampai saat ini. "Istrimu yang gila dan jelek itu tidak tahu kamu di sini, Sayang?" tanya Nyonya Melisa dengan manja. "Dia tidak akan mengetahui kalau aku keluar
Elly menatap wajah orang yang merampas ponselnya. Dan dia adalah ibunya Elly. Nyonya Melisa yang sorot matanya tajam. Terlebih lagi Nyonya Melisa melihat isi pesan tersebut dan matanya melotot. Tidak percaya jika anaknya melakukan itu. Elly lagi-lagi mendapatkan pesan dari seseorang yang misterius. Foto saat dia sedang bermadu kasih dengan pria yang baru dia kenal di club malam dan malam itulah, dia menyerahkan keperawannya. Tapi, kini Elly menyesal dia tidak bisa menjauhi pria tersebut. Elly selalu bertemu dan melakukan itu lagi dan lagi. "Jelaskan padaku nanti. Dasar anak tidak tahu diri, berani-beraninya kamu lakukan ini, awas kamu, Elly," ucap Nyonya Melisa dengan suara tertahan agar tidak didengar oleh kedua orang tua Brian. Elly gugup dan dia keringat dingin. Tidak menyangka ibunya melihat perbuatan tak terpujinya. Beruntung kedua orang tua Brian tidak melihat perdebatan mereka. "Ak-aku tidak tahu. Itu bukan aku," jawab Elly dengan terbata-bata mencoba untuk membela diri. E
Pertanyaan dari Leo tidak bisa dijawab oleh anak buahnya, mereka terdiam dan menundukkan kepala. Leo yang anak buahnya tidak menjawab apa yang dia tanyakan ke anak buahnya hanya bisa diam dan pasrah. Dia tidak bisa lagi mengatakan apapun karena sudah jelas mereka kalah dan anak buahnya yang dia minta untuk kesana sudah habis di lenyapkan oleh Brian. "Pantau dia jangan biarkan dia lepas, aku tidak ingin melepaskannya. Aku hanya ingin dia kalian lenyapkan. Sekaranh pergi awasi dia." Leo memberikan perintah kepada anak buahnya untuk segera mengawasi Brian karena saat ini dia ingin Brian dia lenyapkan."Baik, Tuan. Saya akan segera mengawasi Tuan Brian. Permisi." Anak buah Leo segera pergi dari hadapannya. Mereka segera menjalankan perintah yang Leo katakan pada mereka. Mark buka suara dia sangat tahu kalau Brian tidak bisa dikalahkan. "Dia memang tidak bisa dikalahkan, apa tidak bisa kamu mencobanya dengan cara lain. Misalnya, menjebaknya. Apakah, kamu tidak bisa melakukan cara itu?"