Cantika sangat kaget melihat makhluk seram itu akan mencekik Bunda Nisa. Nyawa bundanya terancam. Cantika segera berkonsentrasi dan mengumpulkan kekuatan istimewanya.
Akhirnya kekuatannya keluar, selarik sinar kuning keluar dari mata Cantika.
Makhluk aneh itu terpental ketika Cantika tiba-tiba mengeluarkan kekuatan super dari matanya. Amarahnya timbul melihat Bunda Nisanya dalam bahaya.
“Kau siapa? Kenapa ikut campur urusanku?” tanya makhluk aneh dengan suaranya yang serak. Matanya menatap tajam Cantika.
“Kau mau bunuh ibuku, makhluk jelek!” jawab Cantika dengan geram. Matanya masih memancarkan sinar kuning yang panas.
Makhluk itu mundur dan berusaha menghindari bertatapan dengan mata Cantika
“Oramg itu merebut suamiku, aku tak rela,” desis makhluk itu. “Aku akan terus memperjuangkan suamiku.”
“Suami? suami yang mana? Siapa kamu sebenarnya?” tanya Cantika seraya mengerutkan kening. Dia berusaha mencari tahu siapa makhluk aneh itu.
“Aku istri Wahyu,” jawab makhluk itu sambil menyeringai. “Sudah lama dia melupakanku dan tak berusaha mencariku. Aku tak rela!”
“Pergilah makhluk, tempatmu bukan disini lagi!” usir Cantika geram ketika mendengar jawaban makhluk aneh itu.
Makhluk itu menyeringai dan tertawa meringkik. Giginya nampak hitam dan menjijikan. Matanya kosong melotot.
“Aku akan kembali dan akan terus kembali. Sampai wanita perebut suamiku mati,” serunya geram diiringi kembali tawa mengerikan. “Kau bayi yang dulu punya kekuatan itu, bukan?”
Cantika tidak menjawab. Matanya kembali mengeluarkan larik sinar kuning menyerang makhluk itu, sampai makhluk itu terpental lagi.
“Aku akan kembali nanti,!"teriaknya sebelum menghilang. "Aku harus membuat wanita itu mati!"
Kemudian makhluk itu hilang beserta kepulan asap tipis.
Wahyu dan Nisa terbangun mendengar suara gaduh dan suara Cantika. Mereka heran dan kaget melihat Cantiks ada di kamar dan sedang berbincang sendiri.
“Kamu kenapa, Cantika. Ada apa?” tanya Wahyu bingung. “Kenapa ada di kamar ini?”
“Maaf, Yah, tadi Cantika mendengar suara aneh. Takut maling jadi masuk ke sini," ujar Cantika terpaksa berbohong, biar orang tuanya tidak panik. “Tapi tidak ada. Kayaknya itu suara tikus.”
“Ah, kamu ada ada saja, Cantika. Ayo kembali tidur, ya, besok pagi kan harus mulai orientasi di kampus,” perintah Wahyu sambil tersenyum mendengar jawaban Cantika.
“Iya, Ayah."
Cantika menurut perintah ayahnya untuk beranjak keluar dan kembali ke kamarnya. Sepanjang malam itu pikiran Cantika penuh tanda tanya. Ada banyak hal yang tidak diketahui Cantika. Tentang cerita orang tua kandungnya, Bunda Nisa dan kisah dirinya semasa kecil dulu.
Akhirnya Cantika bisa tertidur menjelang dinihari.
****
Pagi ini Cantika harus bersiap berangkat ke kampus pagi-pagi, karena ada acara masa pengenalan kampus untuk mahasiswa baru.
Pikiran Cantika masih teringat kejadian tadi malam. Pikirannya penuh tanda tanya tentang makhluk berupa wanita aneh yang akan membunuh Bunda Nisa.
Siapa dia, dan kenapa dia benci sekali dengan Bunda Nisa? Bahkan bilang Bunda Nisa telah merebut suaminya. Apakah yang dimaksud suami disini adalah Wahyu, ayahnya? Lantas siapa makhluk wanita aneh itu?
Cantika masih bingung. Ingin bertanya pada ayahnya. Namun takut ayahnya jadi bingung dan panik.
Dia akhirnya teringat pada Mak Murni, Dukun paraji yang dulu mengasuhnya dari bayi. Cantika sudah menganggap Mak Murni neneknya sendiri. Mak Murni pasti tahu segalanya tentang ayah dan ibu kandungnya. Selain itu dia juga kangen ingin bertemu Mak Murni. Sudah lama tidak pernah ketemu, semenjak Cantika dulu masuk asrama di usia 7 tahun.
Cantika memutuskan untuk bertemu Mak Murni setelah pulang dari kampus. Dia akan bertanya banyak hal yang tidak diketahuinya selama ini.
Ayahnya tak pernah cerita apa-apa. Dia hanya tahu ibunya meninggal ketika melahirkan dirinya, kelahirannya dibantu dukun paraji bernama Mak Murni, bahkan Cantika ikut diasuh olehnya.
Ayahnya menyuruhnya menganggap nenek pada Mak Murni, karena telah banyak menolong dan sangat menyayanginya ketika bayi.
“Cantika berangkat dulu Yah, Bunda Nisa," pamit Cantika ketika bersiap berangkat ke kampus.
“Mau diantar sama ayah, Nak?” tawar Wahyu
“Gak usah. Cantika pake ojek online aja, Yah.”
“Ya, sudah. Hati- hati ya."
“Iya. Ayah."
Cantika bergegas naik ke atas motor ojek online, yang sudah datang memjemput. Wahyu memandanginya sampai hilang di belokan jalan.
***
Cantika turun dari ojek dan bergegas berjalan ke arah gedung fakultas ekonomi. Dia terburu-buru, sampai tak sengaja menabrak seorang pemuda yang sedang berjalan sambil menundukkan kepala.
“Eh, maaf,” ucapnya, sambil tersenyum menganggukan kepalanya, lalu terburu-buru berjalan lagi Mengejar waktu karena sebentar lagi waktu apel pagi jurusan dimulai. Jangan sampai telat, nanti bisa kena sanksi hukuman.
Pemuda itu menoleh dan mengernyitkan dahi. Gadis itu melihat dirinya. Bukankah dia sudah bukan manusia lagi? Tetapi gadis itu bisa melihat bahkan menabraknya. Barusan malah meminta maaf.
Pemuda itu tersenyum. Dia mendapatkan seseorang yang dia cari selama ini. Manusia yang bisa diajaknya berkomunilasi. Dunianya memang sudah berbeda. Namun, ada hal yang membuatnya belum rela meninggalkan dunia nyata manusia. Ada hal yang masih memberatkannya hingga tak bisa pergi dengan tenang.
Sekarang ia menemukan orang yang bisa melihat dirinya. Pemuda itu menyeringai senang. Tubuhnya segera melayang mencari gadis yang barusan menabraknya dan bisa melihat kehadiran dirinya.
Matanya mencari-cari dari sekian banyak mahasiswa. Namun, pandangan mata pemuda itu malah terbentur pada sosok makhluk yang menyeramkan yang juga ada disana. Berwujud wanita cantik aneh dengan rambut menyentuh tanah, dan taring runcing tersembul ketika dia menyeringai ke arahnya.
Pemuda itu terpana. Ternyata ada makhluk halus lain di kampus itu. Sepertinya dia juga sedang mengikuti seseorang.
Dia jadi urung untuk mencari keberadaan gadis tadi. Dirinya tak ingin berurusan dengan makhluk astral lain yang pasti jahat, dilihat dari wajahnya yang terlihat bengis. Pemuda itu akan menunggu gadis tadi di depan jalan kampus. Semoga gadis tadi bisa membantu menyelesaikan masalah dirinya di dunia.
Saat tubuhnya melayang hendak keluar dari area kampus, dia melihat makhluk wanita tadi mengikutinya. Pemuda itu ketakutan dan segera mempercepat gerakannya melayang.
"Ada urusan apa anak muda, hingga mencari seseorang di area kampus?" tanya makhluk itu, sangat serak dengan seringai mengerikan.
"Ti-tidak ada," sahut pemuda itu yang ternyata arwah gentayangan.
"Awas, jangan ganggu anakku yang cantik."
"Anak?" pemuda itu kebingungan. "Wanita cantik yang mana?"
"Yang selalu aku dampingi. Kamu melihatnya tadi di kampus!"
Pemuda itu teringat seorang gadis yang terus didampingi makhluk itu tadi.
"Oh, bukan dia yang aku cari. Tapi gadis lain!" seru pemuda itu sambil menggaruk kepala. "Seorang gadis yang sama cantik dan dia ada di kampus ini. Dia punya kemampuan melihat makhluk ghaib seperti kita."
Wanita menyeramkan itu mengerutkan kening. Instingnya juga mengatakan ada seseorang yang mempunyai kekuatan supranatural di kampus ini sama dengan anak wanitanya yang selalu dia dampingi.
"Siapa gadis yang kamu cari, yang punya kekuatan supranatural?" tanyanya pada si pemuda arwah.
"Aku juga tak tahu. Tadi aku mencarinya, keburu ketemu kamu!" sahut si arwah sambil mendengkus kecewa.
Mereka berdua penasaran siapa wanita yang punya aura supranatural yang ada di kampus ini?
***"
Waktu istirahat akhirnya tiba. Para mahasiswa baru membubarkan diri dari barisan di lapangan. Masing-masing mencari tempat untuk beristirahat dari Banyakdpanasnya terik matahari, sekalian makan siang.Banyak yang sengaja membawa bekal makanan dari rumah, mereka beramai- ramai makan bersama. Saling menawarkan dan mencicipi makanan teman lainnyaCantika juga beristirahat di bawah pohon yang rindang. Udara yang panas membuatnya gerah dan haus. Diambilnya botol berisi minuman beserta cemilan yang tadi pagi masih sempat dia masukkan dalam tas.Seorang gadis cantik duduk tak jauh darinya. Cantika berusaha bersikap wajar melihat ada makhluk lain juga yang menunggui gadis itu. Makhluk berbentuk wanita cantik, aneh dan mengerikan. Cantika pura-pura tidak melihatnya, saat makhluk itu menoleh ke arahnya.Sesuai pesan guru di sekolah asramanya dulu, jangan memperlihatkan hal ganjil, meski di sekelilingmu ada hal yang aneh. Bersikap
Cantika akhirnya tiba di rumah. "Assalamualaikum," Cantika berucap salam ketika masuk ke dalam rumah. "Waalaikumsalam." Cantika tertegun pada orang yang menjawab salamnya Dilihatnya Mak Murni yang menjawab salam dan sedang duduk di ruang tamu. Senyum bahagia langsung tersungging di bibir Cantika, ternyata telepatinya langsung kontak batin dengan Mak Murni. Tak disangka Mak Murni ada di rumahnya. Mak Murni tersenyum melihat Cantika sudah pulang dan ada di ambang pintu. Dia berdiri menyongsong Cantika. “Nenek..!” seru Cantika sambil menghambur ke arah Mak Murni. Dipeluknya Mak Murni dengan erat. Mak Murni tertawa. Dia bahagia sekali bisa melihat Cantika kembali. Dia membalas pelukan Cantika dengan erat. Sebelas tahun bukan waktu yang sebentar. Selama itu tidak pernah bertemu Cantika. Mak Murni melihatnya terakhir kali ketika usia Cantika hampir tujuh tahun, sebelum dia masuk asrama 
Cantika terus mengikuti David, yang melayang menuju sebuah rumah yang tua, tidak terurus tak jauh dari kampus. Rumah itu bangunan tua yang lumayan besar. Namun, nampak tidak terawat. Temboknya berlumut dan kayu- kayunya mulai terlihat lapuk. Banyak rumput liar tinggi di halamannya. Rumah itu nampak angker dan tidak berpenghuni. Cantika terus mengikuti David yang melayang, memutar ke arah belakang rumah itu. Rupanya ada pintu masuk dari arah belakang rumah. “Kita masuk kesini?” bisik Cantika. David mengangguk. "Iya, ayo masuk!” Cantika pun pelan-pelan masuk. Hawa dingin dari rumah kosong yang lembab, langsung menerpa tubuhnya Rumah itu sangat kotor. Lantainya sudah kasar dan berdebu. “Sttt.. ada orang datang,” bisik David. “Ayo, sembunyi!” Cantika dan David segera mencari tempat bersembunyi. Di sana terlihat ada tembok yang mulai runtuh. Dan dibawahnya ada celah untuk bersembunyi. Cantika bersembunyi
"Ka-Kak Bayu..?" tanya Cantumkan kaget ketika melihat siapa yang menyelamatkannya. "Sst..Diam! Kamu sudah amN sekarang!" bisik Bayu mengingatkan. Dia tak ingin dukun jahat di dalam rumah mendengarnya. Lalu.Bayu berbisik lagi pada Cantika.“Cantika, apa kamu kenal dengan gadis itu?" tanya Bayu sambil menunjuk ke arah gadis cantik yang akan masuk ke dalam rumah tua. Cantika melihat ke arah yang ditunjuk Bayu. Dilihatnya Sonya yang masuk ke rumah tua itu. “Iya, Kak. Namanya Sonya. Teman kuliah Cantika." Mata Bayu serta merta melotot mendengar jawaban Cantika bahwa gadis itu bernama Sonya dan teman kuliahnya. “Dia teman kuliahmu, Cantika? Berarti kamu harus hati-hati." “Iya, Kak,” sahut Cantika. “Kak, kalau kita tidak nolong Aditia, nanti pas tengah malam Aditia akan jadi tumbal." Bayu terdiam lalu ditatapnya Cantika dengan dahi berkerut “Kamu bisa sabar dulu nggak Cantika? Kita harus lihat dulu kead
Kisah Hantu David***Waktu istirahat sudah usai, Cantika bergegas kembali masuk ke gedung fakultasnya. Meninggalkan David yang termangu sendirian.Cantika sudah berjanji akan menolongnya, jadi David akan setia menunggu gadis itu keluar gedung jika nanti pulang.Saat Cantika masuk ke ruangan kelasnya, matanya tak sengaja beradu pandang dengan Sonya. Ternyata dia kembali masuk kelas di masa orientasi ini. Hati Cantika merasa tidak enak. Sonya pasti akan mencari korban baru setelah kemarin Aditia bisa diselamatkan Bayu.Cantika berusaha bersikap normal, dia mengulas senyum tipis ketika tanpa sengaja beradu pandang dengan Sonya, yang sama hendak masuk ruangan kelas. Namun Sonya hanya membalas senyum Cantika dengan anggukan. Ekspresi wajahnya tetap.dingin tanpa senyum.Wajah Sonya memang cantik namun wajahnya penuh misteri. Dingin dan jauh dari senyum. Bahkan kedua matanya terlihat tajam dan kelam. Mengandung kekuatan magic yang dimi
Latar Belakang Hantu David“Ini rumahmu, David?” tanya Cantika tak percaya sambil mengamati rumah mewah berlantai dua itu.“Iya,” jawab David. “Di tembok pinggir gerbang ada bel.”Cantika mencari bel yang dimaksud. Setelah ketemu di pencetnya bel itu.Nampak seorang wanita paruh baya membuka gerbang.“Cari siapa, ya?” tanya wanita paruh baya itu“Ini rumah Bu Merry?” tanya Cantika langsung.“Iya, betul,” jawab Wanita itu. “Mbak siapa, ya?”“Saya Cantika, mau ketemu Bu Merry.”“Oh ya, baiklah. Silakan masuk!”Pintu gerbang dibuka. Lalu Cantika mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.Wanita paruh baya yang mungkin ART itu mempersilakan Cantika menunggu di ruang tamu.Tak berapa lama seorang Ibu berkulit putih dengan wajah mirip David muncul dan langsung duduk di h
Latar Belakang Hantu David“Ini rumahmu, David?” tanya Cantika tak percaya sambil mengamati rumah mewah berlantai dua itu.“Iya,” jawab David. “Di tembok pinggir gerbang ada bel.”Cantika mencari bel yang dimaksud. Setelah ketemu di pencetnya bel itu.Nampak seorang wanita paruh baya membuka gerbang.“Cari siapa, ya?” tanya wanita paruh baya itu“Ini rumah Bu Merry?” tanya Cantika langsung.“Iya, betul,” jawab Wanita itu. “Mbak siapa, ya?”“Saya Cantika, mau ketemu Bu Merry.”“Oh ya, baiklah. Silakan masuk!”Pintu gerbang dibuka. Lalu Cantika mengikuti wanita itu masuk ke dalam rumah.Wanita paruh baya yang mungkin ART itu mempersilakan Cantika menunggu di ruang tamu.Tak berapa lama seorang Ibu berkulit putih dengan wajah mirip David muncul dan langsung duduk di h
Firasat Cantika pada BayuMak Paraji Season 2Cantika tersentak, dia melihat kelebatan bayangan kejadian kakaknya, Bayu. Dia sedang dalam bahaya. Dia melihat langit yang gelap menyelimuti Bayu.Cantika bersama Bu Mery di kantor polisi, yang sedang melapor tentang pembunuhan David.Dia teringat, bahwa sejak pulang dari kampus, langsung pergi ke rumah David. Tanpa mengabari orang rumah, terutama Bayu.Segera diambilnya ponsel dari dalam tas. Dan dia kaget ponselnya dalam keadaan mati. Sepertinya kehabisan baterai karena semenjak pagi terus on.Dilihatnya jam dinding yang terpajang di kantor polisi, menunjukkan pukul 5 sore. Ya, Allah. Sudah sangat sore, Cantika jadi merasa gelisah.Ayah dan Bunda Nisa pasti cemas. Terutama kakaknya, Bayu. Dia yang paling protek pada Cantika.Dengan memberanikan diri, dia meminjam ponsel kepada Ibu Mery.“Maaf, Bu. Bisa pinjam ponselnya? Saya belum mengabari