Home / Romansa / Wanita Tawanan 1 Juta Dolar / Bab 5: Standarisasi Luther

Share

Bab 5: Standarisasi Luther

Author: Yumiharizuki
last update Last Updated: 2023-09-11 14:01:00

Perkataan Luther membuat Lola melongo. Dia sampai terus berpikir apa yang salah pada dirinya sehingga membuat Luther muak. Setelah kepergian Luther, kedua wanita lain masih mendiamkannya. Namun di antara mereka, Lilian lah yang lebih banyak bicara.

"Lihat, berkat sikapmu yang tidak berpendidikan membuat Tuan Luther marah," gerutu Lilian. "Aku heran. Apa sih yang Tuan Luther lihat darimu sehingga mau membawamu ke mansion ini?"

Lola tidak mempedulikan ucapan Lilian. Dia terlalu malas menimpalinya. Mata Lola beralih menatap Barbara yang masih tenang menghabiskan makanannya. Dia menyadari jika Barbara adalah mantan aktris dan bintang iklan televisi pada tahun 2000-an.

Lilian terlihat kesal karena Lola tidak menggubrisnya. Dia langsung berdiri dari tempatnya dan menggebrak meja di dekat Lola.

"Kau kurang ajar! Kau tidak menghormati aku yang lebih senior darimu? Aku ini Lilian, wanita yang memiliki peluang lebih besar untuk menjadi nyonya di mansion ini!" bentaknya. "Aku wanita yang dijodohkan dengan Tuan Luther!"

"Oh, begitu." Lola malah menimpalinya dengan santai. Sejujurnya di dalam lubuk hatinya, dia tidak tertarik untuk menjadi salah seorang wanita simpanan Luther. Dirinya lebih peduli akan kebebasannya sendiri.

Lilian kini meradang. Dia mulai menarik baju Lola, membuat Lola tersedak karena lehernya tercekik.

"Apa... yang kau lakukan?" Lola berusaha menarik napas sebanyak-banyaknya.

"Kau memang harus diberikan pelajaran!" berang Lilian.

Barbara yang sedari tadi diam saja, kini bangkit dari kursinya. Dia menghampiri Lilian dan melerainya.

"Sudahlah. Jangan berlebihan begitu. Kamu bisa membuatnya kehabisan napas," ucap Barbara cepat.

Lilian mendengus, kemudian dia lepaskan Lola dengan kasar. Lilian langsung meninggalkan meja makan dan turun ke lantai bawah, menuju ke kamarnya sendiri. Kini di ruangan itu hanya ada Lola dan Barbara saja. Lola merasa lega karena ditolong oleh Barbara.

"Terima kasih karena sudah menolongku," ungkap Lola penuh rasa syukur.

"Jangan menganggap bantuanku adalah hal yang istimewa. Aku hanya tidak suka jika mansion ini gaduh," jawab Barbara santai. "Aku tidak tahu apa alasan Luther membawa wanita baru ke mansion ini. Tapi aku hanya ingin mengatakan satu hal padamu."

Barbara mendekati Lola, menatapnya sangat dalam. "Jangan pernah jatuh hati pada Luther! Jangan!"

Lola tertawa mendengar peringatan dari Barbara. "Tenang saja. Aku tidak akan pernah jatuh cinta padanya. Aku hanya ingin bebas dan meninggalkan dia secepatnya."

Barbara menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Sebelum akhirnya wanita itu pergi meninggalkan Lola seorang diri di sana.

"Apa-apaan semua orang yang ada di sini?" cibirnya. "Apa mungkin para wanita itu tak suka jika aku ada di sini? Pria itu juga tak bisa ditebak! Tiba-tiba marah dan mempermalukan aku."

Lola akhirnya menghabiskan makan malamnya. Setelah itu, dia langsung kembali lagi ke kamar untuk mandi sebelum kembali tidur. Dinyalakannya shower air panas dengan aliran sedang. Air itu kemudian mengalir membasahi sekujur tubuhnya. Uap panas menguar, menciptakan titik embun di permukaan kaca. Lola sangat menikmati relaksasi pribadinya.

Seketika, ekor matanya menangkap ada siluet seseorang yang mengintip dari pintu kamar mandi. Sontak Lola mematikan showernya karena terkejut.

"Siapa itu?" serunya.

Hening. Tak ada jawaban dari luar sana. Lola memutuskan untuk keluar. Dia hanya mengenakan kimono mandi dengan handuk membungkus kepalanya. Perlahan dia menyelinap sambil menatap awas ke sekeliling. Namun tak dia temukan siapa pun di kamarnya.

"Aneh. Apa aku berhalusinasi? Sepertinya aku sudah lelah," gumam Lola bingung.

Lola mau mengambil piyama miliknya, namun dia menemukan ada sesuatu yang sudah tersedia di atas tempat tidurnya. Lola ingat sekali jika sebelumnya, di atas tempat tidurnya sama sekali tidak ada barang apa pun. Sekarang, dia melihat ada pakaian tidur yang transparan tergeletak di sana.

"Ini gila! Perbuatan siapa ini? Apakah ada pelayan atau orang iseng yang masuk ke kamarku? Seingatku, aku sudah mengunci pintu," gerutu Lola lagi. Dia langsung menyingkirkan pakaian itu ke sembarang tempat. "Aku tidak mau memakai pakaian tidur seperti itu!"

Lola terpaksa membongkar kopernya untuk mencari piyama kesayangannya. Namun sepanjang dia membongkar barang-barangnya, Lola menemukan banyak barang baru di sana. Ada berbagai macam skincare, makeup, dan parfum mahal. Lalu deretan gaun dengan merk ternama. Terakhir ada berbagai macam pakaian dalam dan baju tidur seksi yang dia sendiri tak merasa pernah membelinya.

"Ke mana semua barang-barangku? Jangan-jangan ini ulah pria itu!" geram Lola.

Akhirnya Lola memakai pakaian yang menurutnya masih cocok dia kenakan. Dia langsung keluar dari kamarnya untuk mencari keberadaan Luther yang sudah mempermainkannya. Lola menyusuri dari lantai satu sampai lantai tiga. Tapi Luther belum terlihat keberadaannya. Bahkan di ruang kerjanya pun tidak ada.

Dia malah terkena omelan dari Barbara dan Lilian karena telah menerobos masuk ke kamar mereka tanpa izin. Seketika Lola penasaran dengan lantai empat, lantai di atas kamarnya yang belum pernah dia masuki. Akhirnya Lola mulai menelusuri lantai empat di mansion itu.

Di lantai empat hanya terdapat satu ruangan besar. Lola langsung menerobos masuk ke dalamnya. Dia melotot mendapati Luther sedang menatap ke arah balkon dengan bertelanjang dada dan celana panjang yang hampir melorot.

"Aaaaaahhhhh!!!"

Teriakan Lola sontak membuat Luther juga terkejut. Kedatangan Lola tidak disangka-sangka olehnya.

"Pakai bajumu! Cepat!" Lola menutupi wajahnya karena malu melihat Luther dalam kondisi seperti itu.

Luther menaikan sebelah alisnya. Dia tidak mau menuruti keinginan Lola. Pria itu malah mendekati Lola dan sengaja memamerkan dada bidangnya pada gadis itu.

"Kamu sudah berubah pikiran?" bisik Luther. "Kamu merasa kesepian sehingga mau naik ke ranjangku malam ini?"

"Sembarangan! Aku datang mencarimu bukan untuk itu!" sembur Lola cepat, masih dengan menutupi wajahnya. "Kamu 'kan yang membuang barang-barangku dan menggantinya sesuai seleramu?"

Luther kini berpikir sejenak. "Oh, maksudmu berbagai piyama usang dan pakaian dalam yang tidak menggoda untuk dilihat itu? Iya, aku membuang semuanya! Kamu terlihat tidak bagus mengenakan itu semua."

"Jangan bercanda! Jangan berbuat seenaknya! Aku tidak memintamu melakukan itu!" pekik Lola tak terima.

"Jangan lupa juga jika kamu adalah wanitaku. Aku berhak mengaturmu, termasuk menentukan apa yang cocok atau tidak kau kenakan," sanggah Luther. "Semua wanitaku, harus mengikuti apa yang aku inginkan."

Lola melotot pada Luther. "Kau gila!"

"Lagipula, sekarang kehidupanmu sudah terjamin. Kau bukanlah Lola yang dulu. Jadi kau harus memperbaiki standard dirimu. Jangan menyetarakan dirimu dengan penampilan kampungan seperti biasanya."

Lola tidak bisa berkata-kata. Dia langsung meninggalkan kamar Luther menuju ke kamarnya lagi. Sepanjang perjalanan, tak hentinya dia menggerutu, merutuki sikap Luther yang menyebalkan.

"Gila, ini benar-benar gila!"

Lola mengunci pintu kamarnya. Dia merasa sehari berada di mansion itu, langsung bisa membuatnya tak waras.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 125: Akhir Yang Bahagia

    "Jadi kita bulan madunya ke sini?" Lola menoleh memperhatikan sekeliling. "Iya, lagipula sudah lama 'kan kau tidak mengunjungi makam orang tuamu?" Luther menurunkan sekeranjang bunga dari mobil.Mereka pun berjalan beriringan menuju ke dalam kompleks pemakanan, tempat Tuan Harris, yaitu ayah kandung Lola terbaring selama bertahun-tahun. Lola pun hampir lupa kapan terakhir kalinya dia mengunjungi makam ayahnya tersebut.Di atas makam itu rupanya sudah banyak bunga yang bertebaran. Belum lagi kondisi makamnya terawat sekali. Lola mengernyit sejenak. Siapa yang sudah mengunjungi makam ayahnya? Setahunya, ayahnya sudah tak memiliki keluarga lagi di Amerika. "Kalian itu bagaimana? Tidak ada kah keluarga yang mengunjungi makam ini? Makamnya benar-benar tak terurus. Aku gemas sekali melihatnya." Luther memprotes pelan.Lola menoleh pada suaminya tak percaya. "Jangan-jangan kau yang .... "Luther hanya bisa menyembunyikan wajahnya yang tersenyum kecil. "Sudahlah, jangan pikirkan. Ayo tabur

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 124: Pernikahan

    "Omong kosong apa itu, Cassandra? Cepat pergi dari sini!" bantah Luther cepat.Cassandra tak mau beranjak dari tempatnya. "Tidak! Aku tidak akan pergi sebelum orang-orang mengetahui kebenarannya!"Para wartawan kembali mulai bergumam, saling membicarakan apa yang sebenarnya terjadi di antara Cassandra dan Luther. Cassandra sengaja mengambil alih microphone dan mulai berbicara."Jadi para hadirin, Luther ini seorang pria bermulut manis. Dia membuangku setelah kekasih lama yang meninggalkannya kembali lagi. Aku diusir dari mansion, begitu juga dengan perempuan yang lain yaitu Barbara dan Lilian!""Hey! Apa yang kau katakan? Aku tidak .... " Luther mencoba merebut microphone nya, tapi Cassandra dengan gesit menyembunyikannya."Harusnya aku yang kau nikahi, bukan wanita yang sudah mencampakanmu! Kenapa kau malah memilih dia?" Cassandra mulai melakukan dramatisasi. Dia tiba-tiba menangis tersedu."Cassandra!" Luther merasa Cassandra sudah berlebihan dalam bersandiwara. Hal itu membuat opin

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 123: Konferensi Pers

    Wajah Luther mulai merah padam. Lola sedikit mencibir perilaku Luther itu."Kau memang si Raja Tega! Apa pun kau lakukan demi tujuanmu sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.""Ya! Aku akui saat itu aku bodoh, Lola! Aku memang Raja Tega!" Luther menggertakkan giginya. "Hal itulah yang akhirnya membuatku menyesal seumur hidup. Karenanya aku harus kehilangan segalanya, termasuk kekasihku Abby."Luther berubah muram dan begitu terluka. Raut keputusasaan terpancar di wajahnya. Lola yang asalnya menghakimi Luther kini berubah terenyuh melihat pria itu."Coba kalau dulu aku tidak nekat melakukan itu. Aku pasti tidak akan kehilangan dia. Dia pun tidak akan kehilangan hidup dan masa depannya karena aku!""Luther .... "Luther mulai frustasi. Rasa sedih dan bersalah kembali menghantam jiwanya. Dirinya bahkan berurai air mata di hadapan Lola, menandakan memang sebegitu menyesalnya dia akan sikapnya di masa lalu."Abby! Maafkan aku! Maafkan aku si pria bodoh ini!" Luther tersedu di tempatny

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 122: Kejujuran Luther

    Lola menelan ludahnya. Tenggorokan nya terasa sakit dan perih pada saat itu."Abigail. Dia wanitamu juga, 'kan? Kau ... sudah membunuhnya, bukan?"Tanpa diduga, Luther langsung menerjang Lola. Lola melotot dan napasnya mulai tersengal saat dia merasakan cekikan erat tangan Luther di lehernya. Dirinya begitu tak percaya jika laki-laki yang saat ini sebenarnya masih dia percayai tega mencekiknya seperti itu."Tahu apa kau soal dia? Jika kau tidak tahu apa-apa, jangan seenaknya bicara!"Lola terbatuk-batuk di tempatnya. Air mata mulai berlinang. Luther dengan kasar melepaskan Lola dan duduk kembali di sofa dengan wajahnya yang kalut."Apa yang aku tidak tahu? Kau akan dengan mudah membunuh dia, seperti kata Barbara! Aku juga menemukan banyak bukti di handphone dan emailmu!"Luther sama sekali tak menanggapi Lola. Dia menutup wajahnya yang kalut itu. Lola pun melanjutkan ucapannya lagi."Kau juga bahkan ... sampai hati mencekikku! Melukaiku seperti ini! Apa tidak cukup hanya Abigail? Kau

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 121: Pertanyaan

    Lola berhasil menemukan tempat baginya untuk bermalam selama beberapa waktu. Hatinya masih berkecamuk dan bingung. Apakah jalan yang dia tempuh kali ini adalah benar?"Jadi ... kapan aku harus menemuinya? Apa yang harus aku katakan padanya?"Meskipun keraguan menghinggapinya kini, tapi karena sudah terlalu jauh akhirnya Lola tetap pada tujuannya yang awal. Dia berniat untuk menemui Luther sesudah makan malam keesokan harinya."Semoga saja dia ada di mansion. Apa reaksi Luther jika ... dia melihat kedatanganku ke sana?"Dengan terus menguatkan hatinya, Lola pun menaiki taksi menuju ke kawasan mansion elit di San Francisco itu. Gemuruh di dada tak dapat hilang semenjak tadi. Malam itu dia berhasil sampai di mansion yang pernah menaunginya selama beberapa lama."Terima kasih, Pak. Berhenti di sini saja."Lola menyodorkan uang lembaran ke pengemudi taksi. Dia sengaja berhenti cukup jauh dari mansion Luther hingga harus berjalan ke sana. Dari jauh dia melihat ada banyak pria berbaju formal

  • Wanita Tawanan 1 Juta Dolar   Bab 120: Wanita Simpanan Baru

    Lola sudah memikirkan segalanya matang-matang. Dia benar-benar menginginkan dirinya untuk kembali ke Amerika sekaligus bertemu dengan Luther setidaknya untuk terakhir kali. Dia sadar jika apa yang telah dilakukannya ini pasti akan membuat keluarganya khawatir.'Sudahlah. Untuk apa aku memikirkan orang-orang ini? Memangnya mereka memikirkan aku?' gerutu Lola di dalam hati."Lola? Kenapa diam saja? Kau tidak memakan sarapanmu? Nanti keburu dingin," tegur Jhonatan lembut yang refleks membuat Lola terlonjak.Lola tidak menjawab. Dia terlihat tidak tertarik dengan santapan paginya. Jhonatan hanya bisa menghela napas panjang."Semuanya, sepertinya aku akan pulang terlambat. Ada banyak urusan di kantor yang belum selesai.""Ah, iya. Selamat bekerja ya, Tuan Muda." Joyce bersikap tetap ramah pada Jhonatan.Lola mendengus kecil. Bagaimana mungkin keluarganya ini bersikap seolah tidak terjadi apapun sekarang? Apakah mereka semua ini bersekongkol? Lola tak mau memikirkan terlalu banyak. Dengan t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status