Share

Tuan Muda Chu yang Paling Hebat

Penulis: Auphi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-30 20:00:22

Perayaan di kediaman perdana menteri akhirnya diadakan dua hari berselang. Dalam kesempatan ini, banyak pejabat juga bangsawan ibu kota mengirim hadiah dan ucapan selamat.

Di aula utama paviliun An Ning, nyonya tuan tersenyum lebar. "Aiyo, banyak sekali yang mengirimkan hadiah. Keluarga Chu kita masih punya muka di ibu kota."

"Semua berkat nama besar adik," sahut Jenderal Chu rendah hati. Dia sadar sepenuhnya tak punya banyak kenalan di ibu kota. "Fei Yang terima kasih. Aku akan meminum arak ini untukmu."

"Kakak terlalu merendah. Tanpa kontribusi anda, mereka tak mungkin juga memberi hadiah." Fei Yang mengirim segelas arak setelah memberi salut ke arah kakaknya.

"Baik laoye mau pun adik ipar sama-sama hebat." Nada bicara Hao Mei lebih baik dari biasa. "Ibu beruntung memiliki anak-anak yang harmonis."

Sejak pulang dari paviliun Feng Yue, sikap Hao Mei sedikit berubah. Dia menerapkan cara-cara yang diajarkan Ming Lan. Kelihatannya mertua
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Istana Dingin

    Ibu kota kembali dilanda kegemparan dan pelakunya lagi-lagi pangeran Rui dan keluarga Wang. Kalau yang pertama adalah pembunuhan terhadap pangeran Qin, maka yang kedua lebih serius. Menggulingkan pemerintahan. Dalam semalam, kaisar bertambah tua sepuluh tahun. Rambutnya memutih dengan cepat begitu pula kerutan di wajahnya. Saat ini di ruang takhta, dia duduk di atas singgasana yang dingin, menatap ke bawah pada pangeran Rui, putra yang paling dia sayangi hingga abai terhadap yang lain. "Kenapa?" Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Semalam, tiga dekrit sudah keluar.Mengeksekusi pangeran Rui beserta keluarga Wang, mengusir selir Shu -- yang merupakan ibu pangeran Rui -- ke istana dingin, dan mengangkat Chu Fei Yang sebagai bangsawan dengan gelar marquis Xiangyang (Xiangyang Hou). Untuk terakhir kali, dia hanya mau dengar suara anaknya sebelum dieksekusi besok pagi. "Kenapa tidak?" Suara pangeran

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Tuan Suami Akhirnya Pulang

    Hari-hari berlalu begitu saja dan dalam penantian panjang, Ming Lan sampai lupa waktu. Dia tak tahu berapa lama dipenjara, juga kapan Fei Yang akan kembali. Kegelapan yang lebih pekat di malam ini membuatnya enggan terpejam. Hatinya diliputi kecemasan akan situasi suami juga anaknya. Tiba-tiba derit pelan terdengar. Seseorang membuka pintu sel. Sebelum dia sempat bilang apa-apa, suara Shi Tou terdengar. Rendah dan parau. "Furen, bagaimana kalau anda keluar saja? Saya bisa membawa anda pergi."Ming Lan duduk dari posisi tidurnya. "Kenapa tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu?"Sikap diam Shi Tou membuat firasatnya makin tak enak. Hal yang paling dia takutkan jika terjadi hal buruk pada suami atau kedua anaknya. "Jangan bertele-tele. Katakan apa yang terjadi?""Furen, Xiaomei sudah meninggal petang ini."Butuh beberapa saat bagi Ming Lan mencerna perkataan Shi Tou. "Ap--apa yang terjadi? Bukankah dia baik-baik saja? Kenapa bis

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Mengelabui Suku Barbar

    Dalam jarak ribuan Li dari ibu kota, perdana menteri yang kelelahan duduk bersandar di kursinya. Mata yang jeli sedang melihat laporan militer yang dikirim dari barisan depan. Hingga hari ini mereka telah kehilangan lima ribu tentara. Jumlah yang sangat banyak, jauh melebihi perkiraan. Jika hal ini terus berlanjut, bukan tak mungkin suku barbar akan menguasai daratan tengah. "Dimana pangeran Nanping?"Prajurit yang menghadapnya membungkuk hormat. "Beliau sedang memeriksa prajurit yang terluka.""Bagaimana dengan ransum? Apakah masih cukup?""Kita kekurangan air juga biji-bijian. Saat ini hanya mengandalkan persediaan singkong."Sebelum bantuan dari ibu kota sampai, pangeran Nanping dan prajuritnya sudah meracuni sumber air agar suku barbar kewalahan dan mundur. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat peperangan. Siapa yang mengira bahwa suku barbar ini begitu enerjik. Perang jadi berlarut-larut hampir sebulan. Kalau ter

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Kunjungan Wang Kun

    "Aaarrrggghhh!"Ming Lan bangun dengan teriakan panjang. Peluh membanjiri keningnya. Mimpi aneh tadi masih terbayang-bayang hingga menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah dunia modern yang dikunjunginya itu alam lain? Atau kepingan hidupnya di masa depan?Semuanya baru berhenti setelah netranya tertumbuk pada jeruji sel. Rupanya Rongle dan antek-anteknya sudah memindahkannya dari ruang rahasia. Sama seperti kemarin, pintu sel-nya kembali ditendang dengan keras. "Cepat makan. Kalau tidak, mati saja!"Mata Ming Lan memindai cepat dan melihat bahwa sajian hari ini berbeda. Nasi panas disertai sedikit daging dan sayuran rebus. Mungkin Rongle takut karena dia sampai pingsan semalam. Dia menyeret tubuhnya dan menandaskan isi mangkok dengan cepat. Staminanya harus kuat sebab nanti malam tak tahu penyiksaan apa lagi yang akan terjadi. Selesai makan, sipir penjara menghelanya keluar dan menjemurnya di bawah terik si

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Dalam Penjara

    Dari balik bulu matanya yang lebat, Ming Lan menatap sekilas pada sosok di atas takhta. Walau wajah tak secantik Shu fei, ketenangan dan tatapan dinginnya sungguh tak tertandingi. Mungkin karena ditempa beratnya hidup.Mengatur seluruh wanita kaisar di enam istana Timur dan Barat pasti butuh kekuatan besar. "Hamba tak berani. Selama memasak sampai mengirim makanan, hamba sudah memastikan semuanya aman. Mohon niang-niang menyelidiki dengan teliti.""Lancang! Kau sedang menuduh bengong berbohong?""Hamba tak berani.""Dari tadi bilang tak berani tetapi wajahnya tidak menunjukkan penyesalan sama sekali."Suara muda yang angkuh, Ming Lan hafal jelas siapa pemiliknya. Tuan putri Rongle. Sekarang baru sadar bahwa putri manja ternyata duduk di sisi permaisuri. "Maaf kalau kata-kata hamba lancang tetapi makanan tersebut memang sudah saya pastikan aman sebelum dikirim."Permaisuri memukul meja dengan keras. "

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Dimensi Lain

    Ming Lan memandangi kaki yang lebam, sebagian dagingnya malah sudah koyak. Rasa benci terhadap putri Rongle makin menjadi. "Saya tak punya apapun untuk diakui," sahutnya dingin. "Bagus! Bagus sekali."Setelah itu, sipir penjara kembali melayangkan cambuknya sampai capek sendiri. Ming Lan sudah mirip gumpalan daging yang teronggok. Tak ada lagi kekuatan yang tersisa di tubuhnya. "Ambil saja tali dan gantung leherku di sini," ujarnya terengah-engah. "Setidaknya ketika Fei Yang pulang kalian tinggal bilang bahwa aku mati bunuh diri."Terdengar seperti saran, tetapi sebenarnya ancaman terselubung. Kalau dia sampai mati, putri Rongle harus memberi penjelasan pada perdana menteri juga keluarga Xie. Rongle mulai takut tetapi dia menguatkan suaranya agar terlihat garang. "Perempuan kotor ini menyakiti mata bengong. Kenapa tidak menyuruhnya mandi?"Sejurus kemudian, dua ember air es disiramkan ke sekujur tubuh Ming Lan. Dingi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status