Putri Mia Thierra harus terpaksa menikahi raja Rairu Bardish demi menyelamatkan kerajaannya dari ambang kehancuran. Hal ini disebabkan karena kakaknya raja Shan An menghilang setelah pertempuran dengan raja Rairu. Shan An terhempas saat bertarung melawan Rairu yang mengakibatkan dia hilang. Dan Mia harus menerima pernikahan dengan rairu supaya kerajaannya selamat. Bagaimanakah kehiduoan Mia setelah menjadi ratu? Dan bagaimanakah sikap Rairu ke Mia setelahnya?
Lihat lebih banyak"Matilah kau Rairuu….!”
“Matilah kau Shan An…!”
Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang.
“Trang….!!!”
Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang mau saling mengalah diantara mereka.
Raja dari dua kerajaan besar itu selalu saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra.
Kedua kerajaan besar di Gerswin.
Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini.
Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar.
“Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu.
“Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tidak akan mengalah. Kau saja yang pulang dan menyerah, lalu jaga adik kecilmu yang manja itu. Ha… ha….ha…,” Raja Rairu tertawa karena berhasil mengejek Shan An.
“Sialan kau Rairu…. beraninya kau menghina adikku…!!!" ucap Shan An murka.
Lagi dan lagi pertarungan keduanya kembali terjadi. Tidak ada kata lelah dalam diri mereka.
Pertempuran itu terjadi selama tiga hari tiga malam. Bahkan para prajurit terlihat kelelahan dan pergi menuju tenda - tenda militer.
Akan tetapi, kedua Raja yang baru berusia 22 tahun masih berambisi dan mempunyai stamina yang sangat besar. Keduanya masih bertarung tanpa lelah.
“Jenderal Seno, sampai kapan perang ini akan berakhir?” tanya salah satu prajurit.
“Jujur, kami sudah lelah jenderal. Perang sepanjang tahun dan tanpa ada habisnya. Seharusnya sebagai seorang Raja, Raja Shan An memerintah dengan lebih bijak. Jangan berperang terus, kami juga butuh istirahat.”
Prajurit itu sudah tidak tahan untuk diam. Dia akhirnya mengeluarkan apa yang ada dalam hatinya.
“Aku tidak bisa berkata apapun, yang aku tau kita harus mempertahankan tanah kita. Lagipula, perang ini sudah terjadi selama beberapa generasi.”
“Dan sekarang kerajaan Bardish memiliki raja yang tangguh, jika raja kita terbawa emosi sepertimu, maka kita akan kehilangan tanah kita.”
“Lagi pula, kalian juga harus berpikir, kenapa raja Shan An sampai bertarung seperti ini. Jika tanah kita jatuh ke dalam kerajaan Bardish, maka kelangsungan hidup rakyat juga akan terganggu.”
Jenderal Seno memberi penjelasan kepada para prajurit.
Jujur, dia sendiri lelah, tapi sebagai jenderal senior dia tidak boleh banyak mengeluh dan tidak boleh memberi contoh buruk.
‘Kenapa langit begitu kejam,’ jendral Seno memandang ke arah langit.
"Langit…berikanlah ketenangan dua kerajaan ini. Aku hanya ingin melihat kedua kerajaan ini berdamai di usiaku yang sudah tidak muda lagi,” jenderal Seno bergumam dengan memandang ke atas langit.
Sementara di garis depan, Rairu dan Shan An masih bertarung dengan sengit. Rairu dengan kemampuan bertahannya sedangkan Shan An dengan kemampuan menyerangnya.
Di senja sore hari ketiga.
Siapa yang tahu bahwa hari ini akan terjadi kejadian yang akan mengubah sejarah kedua kerajaan.
Dengan kekuatan penuhnya, baik Shan An maupun Rairu mengeluarkan jurus terdahsyatnya. Sebuah Panah cahaya sebagai jurus andalan Shan An dan Bola Angin Petir sebagai jurus andalan Rairu.
Keduanya beradu kekuatan internalnya. Naluri membunuh yang besar, terasa begitu kuat sampai membuat para prajurit yang ada di tenda militer merasakan betapa dahsyat kekuatan internal keduanya.
“RAIRU….!!!”
“SHAN AN….!!!”
Keduanya saling mendekat dan menyerang.
“DUAR…….!!!!”
Ledakan dahsyat yang menyilaukan mata muncul dari adu kekuatan antara Shan An dan Rairu.
Keduanya terpental karena tabrakan kekuatan yang sangat dahsyat. Rairu bertahan pada sebuah batu dan memicingkan matanya, berusaha melihat apa yang terjadi.
Menang atau kalah….
Disisi lain, Shan An terlempar jauh dari jangkauan mereka. Dia pingsan karena kehabisan tenaga dan terbawa ledakan ke tempat yang jauh.
Debu dan angin beterbangan karena adu dua kekuatan besar. Tidak ada yang bisa mendapatkan jawaban siapa diantara keduanya yang kalah ataupun menang.
Baik prajurit Bardish atau prajurit Thierra sama - sama cemas.
Hingga angin membawa debu yang menghalangi pemandangan menghilang. Terlihat seseorang berbaring. Meskipun dengan banyak luka di tubuhnya, tapi dapat dipastikan jika dia masih hidup.
Dia adalah raja Rairu dari Bardish.
Sedangkan raja Shan An tidak terlihat sama sekali, baik masih hidup atau sudah mati.
Dia Menghilang…
Menghilang seperti ditelan bumi. Jenderal Seno dan para prajurit tidak hentinya terkejut.
Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Ini akan menjadi hal yang sangat mengerikan. Raja kerajaan Thiera telah hilang, bahkan hidup dan matinya tidak dapat dipastikan.
Rairu yang mengetahuinya menjadi sangat marah.
“Shan An sialan, beraninya dia menghilang…!!!”
Rasa kehilangan rival yang kuat sedikit muncul di hatinya. Tapi hal itu hanya berlangsung selama beberapa saat.
“Aku menang…!!!”
“Kerajaan Thierra menjadi milikku…!!!”
“Ha…ha…ha…!!!” dengan bangganya Rairu tertawa lebar.
Perjalanan menuju ke kerajaan Bardish memerlukan waktu sebulan dari kerajaan Thierra. Selama perjalanan, Mia terus memperhatikan jalan dan suasana di luar. Meski seorang tuan putri, tapi Mia sangat pandai membaca cuaca dan keadaan di sekitarnya. Itulah salah sati kelebihan yang dia miliki. Terbukti sebelum Shan An menghilang, Mia sudah merasakan ada yang tidak beres dan berusaha menghentikan kakaknya untuk berangkat berperang. Dan ternyata firasat Mia benar, kakaknya menghilang. "Tuan Putri, apakah anda ingin minum?" tanya Sara. Mia menggeleng, " Tidak...,aku tidak haus, kau saja yang minum.""Tuan Putri terlihat pucat. Apa Putri sakit?" tanya Sara dengan nada khawatir.Ia sudah lama menjadi pelayan Mia dan sangat menyayangi sang putri. Ia tahu betul bahwa Mia sedang menyembunyikan kesedihannya di balik senyuman.Mia tersenyum tipis. "Aku baik - baik saja, Sara. Hanya sedikit lelah. Perjalanan ini cukup panjang dan membosankan.""Tapi Putri harus tetap menjaga kesehatan. Kita t
Putri Mia hadir di upacara. Upacara itu dipercaya akan bisa membuat kerajaan Thierra aman dan makmur. Meski desas desus raja telah hilang, tapi rakyat masih percaya jika kerajaan akan aman. Terbukti dengan hadirnya putri Mia dengan penampilan sangat anggun dan berwibawa. Mereka percaya jika sang putri adalah penyelamat kerajaan. "Mia, kau sudah datang? Kau cantik sekali," puji tuan Holdy. Mia tidak menyahut, dia hanya tersenyum saja. Hatinya masih kacau, untuk bisa sekedar tersenyum saja sudah sangat sulit baginya. Tuan Holdy menghela napas pelan. Ia tahu Mia masih sangat terpukul dengan hilangnya Shan An.Ia tidak menyalahkannya.Ia hanya berharap Mia bisa segera pulih dan menjadi penenang yang kuat bagi rakyat Thierra."Upacara akan segera dimulai," kata Tuan Holdy. "Kau siap, Mia?"Mia mengangguk pelan. Ia menarik napas dalam - dalam dan mencoba menenangkan diri.Ia harus kuat.Ia harus tegar.Ia harus menunjukkan kepada rakyat bahwa ia tidak akan menyerah."Aku siap," kata
Persiapan pernikahan antara kedua kerajaan besar dengan cepat menyebar ke berbagai daerah. Ada yang bersuka cita, tapi ada pula yang beranggapan ini hanya pernikahan politik. Alasannya jelas, karena secara turun temurun kedua kerajaan itu selalu bersaing, mana mungkin secepat itu bisa berdampingan sampai menjalin pernikahan. Sudut bibir Kaisar Rairu tersenyum sinis. Memikirkan bagaimana cara menyiksa putri Mia agar kakaknya Kaisar Shan An muncul. Berbagai cara dia pikirkan, tapi belum pasti mana yang akan dia gunakan. Lagipula dia belum pernah melihat putri Mia. Banyak orang berkata jika putri Mia sangat cantik seperti ibunya, mendiang Ratu Ranze. Tetapi dia tidak mempercayainya karena tidak pernah melihatnya secara langsung. “Bagaimana?” tanya Rairu pada orang kepercayaannya.“Kaisar,belum ada tanda - tanda tentang keberadaan Kaisar Shan An,” lapor pengawal itu.“Dia benar - bener seorang pengecut.”“Tunggu hingga aku menyiksa adiknya, maka kupastikan dia akan menyesal,” u
Mia hanya bisa menangis, dirinya begitu lemah. Dia menyesali kenapa dia harus menjadi putri yang lemah lembut. Seharusnya dulu dia juga belajar beladiri, agar setidaknya bisa membantu perjuangan kakaknya di medan perang. “Kakak…..” gumamnya dalam tangisnya. Dulu ayahnya juga sangat suka berperang. Sampai - sampai kakaknya yang masih sangat muda sering dituntut untuk menggantikannya mengurus pemerintahan. Ibunya tidak tahan dengan kehidupannya sehingga sakit keras dan akhirnya meninggal. Sejak ibunya meninggal, ayahnya menjadi sadar dan sudah jarang kembali ke medan perang. Tetapi, karena terlalu sedih akan kehilangan istrinya, ayahnya pun jatuh sakit dan menyusul istrinya meninggal. Itu adalah saat paling menyedihkan bagi Mia. Saat itu umurnya bahkan baru 12 tahun. Sedangkan kakaknya yang berumur 16 tahun terpaksa harus mewarisi tahta dan juga kerajaan. Setelah itu sama seperti ayahnya, kakaknya lebih suka berperang daripada harus tinggal di Istana. Dia berkata, jika tidak berpe
"Kakak…..!!!”Putri Mia terbangun dengan napas terengah - engah dan keringat yang membasahi keningnya. Dia bermimpi buruk. Mimpi buruk, jika kakaknya terjatuh kedalam jurang yang sangat gelap. Dia memandang sekitar, hari masih gelap. Tapi karena mimpi itu, dia tidak bisa tertidur kembali. Dia terjaga sampai pagi dan berdoa kepada langit. “Wahai langit, berikanlah perlindungan untuk kakakku. Kau telah mengambil kedua orangtuaku. Jangan kau ambil kakakku, hanya dia satu - satunya keluargaku”Dia menangis dengan tersedu - sedu. Butiran - butiran air mata membasahi wajah putihnya yang sedikit pucat. Entah pertanda apa, tapi mimpi itu terasa nyata. Apalagi saat ini kakaknya sedang berada di medan perang dan tidak diketahui bagaimana kabarnya. Dia hanya berdoa sepanjang malam. Hingga paginya…..“Tuan putri…..!!!”“Tuan putri…!!!”Seorang gadis pelayan berlari memasuki kediaman putri Mia. Mia yang tengah berdoa, mengangkat wajahnya dan berbalik menatap gadis pelayan itu. Dia mengerutkan
"Matilah kau Rairuu….!”“Matilah kau Shan An…!”Kedua kekuatan dari dua raja yang sedang bertarung bagaikan harimau dan singa yang lapar. Saling maju melawan mesti kekuatan diantara mereka seimbang. “Trang….!!!”Suara pedang yang berayun saling menabrak terdengar sangat nyaring. Tidak ada yang mau saling mengalah diantara mereka. Raja dari dua kerajaan besar itu selalu saling berperang sepanjang tahun. Rairu Bardish dari Kerajaan Bardish dan Shan An Thierra dari Kerajaan Thierra. Kedua kerajaan besar di Gerswin. Kerajaan yang saling memperebutkan tanah kekuasaannya. Bahkan sejak leluhur mereka selalu berperang. Tidak ada kerajaan lain yang berani menyinggung dua kerajaan besar ini. Di samping karena kekuasaannya, kekuatan militernya sangat hebat dan besar. “Hey… Rairu, sebaiknya kau pulang dan menyerah, sekarang Thierra akan menang,” Raja Shan An berteriak dengan bibir menyeringai. Pasalnya, pedangnya berhasil mengenai tangan Rairu. “Kau bermimpi Shan An, sampai mati aku tida
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen