Tiffany Granger and Edward Alexander are a very harmonious married couple. The love between them is very deep. When on their first wedding day, Edward's love for Tiffany turned hateful. When Tiffany's Father accidentally crashes Edward's father to death. His father's death made Edward hate Tiffany and her family. Edward will divorce Tiffany after their child is born. He also made sure that custody of his child would later fall on him. While waiting for their child to be born, Edward turned into a very cruel husband. So, will Tiffany be able to make her husband realize that all of this was purely an accident and not her father's intention? Will she also be able to return Edward's love for her to the way it used to be?
View More"Bagaimana, suamimu sudah pulang?" cetus lelaki yang duduk pada bangku di depan layar televisi itu dengan nada ketus.
Gerakan tangan Asma yang sedang memotong wortel pun terhenti. Dadanya bergemuruh menahan kesal.
Jarak antara dapur dan ruang televisi yang hanya dibatasi oleh dinding tembok membuat Asma dapat mendengar jelas ucapan lelaki bertubuh kurus tinggi yang sedari tadi mengawasinya.
"Balum, Abah!" sahut Asma lirih tanpa berani menoleh pada lelaki yang sudah
membesarkannya.
"Ceraikan saja Wisnu! Lelaki yang tidak dapat bertanggung jawab itu tidak perlu kamu pertahankan, Asma!" Suara Abah semakin meninggi. Wajahnya merah menyala menatap kepada Asma.
Sejak dulu Abah memang tidak pernah menyukai Wisnu. Hanya saja, lelaki Asing itu bersikeras untuk meminang Asma dan berjanji akan membahagiakan gadis cantik, anak sulung Abah.
"Bang Wisnu bukan tidak bertanggung jawab, Abah! Rejeki itu sudah ada yang mengatur," sahut Asma.
"Kalau hanya bekerja jadi buruh pemetik teh, kapan kamu bisa hidup cukup Asma. Untuk makan saja kamu tidak kenyang!" hardik Abah sinis.
Wanita dengan kerudung besar yang berada di samping Asma hanya terdiam. Menyentuh lembut pada punggung tangan Asma yang masih memegang pisau untuk meredam amarahnya.
Asma menghela nafas panjang menatap pada wanita itu. Wajah Asma terlihat begitu kesal. Namun tatapan nanar Umi membuat wanita itu mengurungkan niatnya untuk membalas ucapan Abah.
"Kalau sampai besok Wisnu tidak pulang. Maka Abah sendiri yang akan mengajukan surat perceraian kamu di pengadilan, Asma!" Lelaki dengan wajah kesal itu beranjak dari bangku yang berada di depan televisi masuk ke dalam kamar.
Beberapa saat suasana menjadi hening. Asma terdiam dan kembali' memotong wortel yang ada di atas telenan. Dadanya terasa sesak menahan air mata yang sejak tadi menggenang.
"Sudah Asma, kamu tidak perlu mendengarkan kata-kata Abahmu. Asalkan kamu bahagia, Umi juga bahagia!" tutur lembut wanita yang telah melahirkan Asma.
"Dukung saja terus, Umi! Biar Kak Asma semakin berani. Punya suami buruh saja bangga!" seloroh seorang gadis muda yang tiba-tiba muncul dari ambang pintu dapur.
"Rani!" Umi menaikkan nada suaranya menatap tajam pada Rani. Gadis cantik berkulit putih yang melipat kedua tangannya melihat sinis pada Asma.
"Mbak Asma, kalau aku jadi Mbak Asma, aku pasti sudah meninggalkan Bang Wisnu. Lelaki miskin yang tidak memiliki apa-apa. Masak iya, Mbak Asma setiap hari akan meminta makanan kepada kami?" hina Ratih seketika membuat Asma menatap tajam ke arah adik bungsunya.
"Jaga mulutmu, Rani!" balas Asma.
"Makanya cari jodoh itu seperti aku dong mandor proyek. Banyak uang dan tidak miskin seperti suami Mbak Asma. Lelaki nggak jelas kok di nikahi!" hina Rani berlalu masuk ke dalam kamar mandi yang berada di samping dapur.
"Sudah Asma, sudah! Sabar, tidak usah kamu mendengarkan ucapan Rani. Dia memang seperti itu!" Umi berusah menenangkan Asma yang mulai terbakar amarah.
Butiran bening kian memenuhi pelupuk mata wanita itu. "Umi, Asma pulang dulu ya!" sergah Asma bergegas mempercepat langkah kakinya. Butiran bening luruh membasahi pipinya.
"Asma tunggu! Sayur buat Akbar belum matang, Asma. Tunggulah sebentar lagi!" seru Umi yang tidak diindahkan oleh Asma.
Wanita yang tengah menangis itu berlari cepat menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dan kediaman kedua orang tuanya.
Asma memelankan langkah kakinya saat mendengar suara seseorang yang sedang mengaji dengan tartil dari dalam rumah sederhana miliknya. Rumah yang sudah Wisnu bangunkan untuknya di atas tanah kecil di sudut kampung.
"Abang!"
Segera Asma menyeka air mata yang membasahi pipi dengan ujung kerudung yang ia kenakan. Beberapa kali Asma menghela nafas panjang untuk melonggarkan rasa sesak yang menghujam dada.
Seorang lelaki sedang membaca kitab suci Alquran dengan sangat khusuk dari balik pintu yang terbuka. Semantara balita berusia dua tahun itu masih terlelap di atas rajang, sama seperti saat Asma meninggalkannya beberapa waktu lalu. Saat Umi datang meminta tolong pada Asma untuk memasaknya sayur sop. Karena Umi sedang tidak enak badan.
"Assalamualaikum!" lirih Asma.
"Wa'alaikum salam!" sahut Wisnu. "Shadaqallahul adzim!" Wisnu mencium sesaat kitab suci yang berada di tangannya, kemudian melirik kepada Asma yang mematung di ambang pintu.
"Abang!" Asma berhambur menjatuhkan tubuhnya memeluk Wisnu. Dengan sesegukan Asma menumpahkan tangisannya pada dada bidang lelaki bertubuh tinggi besar dengan bulu halus di sekitar rahangnya itu.
"Ada apa, Asma?" Wisnu terlihat panik. Ia berusaha melepaskan pelukan Asma. Namun, wanita yang mengenakan kerudung berwarna salem itu justru semakin mengeratkan pelukannya.
Wisnu menghela nafas panjang. Mengusap lembut punggung Asma seraya meletakan dagu lancipnya di atas pucuk kepala Asma yang berada di dalam pelukannya.
"Sudah jangan nangis!" ucap Wisnu dengan nada lembut.
"Bagaimana aku nggak sakit hati, Bang. Abah dan Rani selalu saja menghina Abang," adu Asma dengan suara bergetar. Wanita itu masih enggan beranjak dari pelukan Wisnu.
"Memangnya apa yang Abah dan Rani katakan, Neng?" tutur Wisnu lembut.
"Abah bilang, kalau Abang adalah lelaki yang tidak bertanggung jawab dan kalau Abang tidak pulang-pulang Abah akan memisahkan Neng dan Abang!" tangis Asma.
Perlahan Asma melepaskan pelukannya dari tubuh Wisnu. Lelaki biasa saja itu melemparkan senyuman lebar pada kedua sudut bibirnya pada Asma. Satu tangannya menyeka air mata yang membanjiri pipi Asma.
"Lalu apa yang Rani katakan sama, Neng?" tanya Wisnu.
"Katanya Neng tidak bisa memilih suami. Suami Neng orang miskin beda sama calon suami Rani yang seorang mandor proyek," lirih Asma dengan isakan yang mulai jarang terdengar.
Wisnu tersenyum hangat, ia menarik tubuh Asma kembali dalam pelukannya. Tapi sayangnya Asma justru menolak dengan bibir mengerucut.
"Kenapa lagi, Neng? Neng nggak kangen sama Abang?" ucap Wisnu menaikan kedua alisnya, menatap heran.
"Abang!" Asma melonjak kesal. Mencubit kecil pinggang Wisnu yang seketika memasang wajah meringis kesakitan.
"Apalagi yang salah Neng?" Wisnu memegangi pinggangnya yang terasa sakit.
"Nggak tau lah!"
Asma beranjak bangkit meninggalkan Wisnu menuju keluar kamar dengan wajah kesal.
****
Asma duduk pada bangku yang berada di depan rumahnya. Sorot matanya menerawang jauh pada pemandangan perkebunan teh yang terhampar luas sejauh mata memandang.
Wisnu perlahan mendudukkan tubuhnya di samping Asma. Lalu melingkarkan satu tangannya pada bahu Asma.
"Maafkan Abang ya!" ucap Wisnu menatap dalam pada Asma.
Asma masih terdiam. Beberapa saat berlalu wanita dengan kerudung berwarna salem itu menoleh ke arah Wisnu.
"Abang minta maaf untuk apa?" tanya Asma menatap lekat pada suaminya.
Wisnu meringis kemudian menggeleng lembut.
"Abang!" Lagi-lagi Asma menghujani Wisnu dengan cubitan.
"Sakit Neng, sakit!" rintih Wisnu.
Asma mengehentikan gerakan tangannya mencubit Wisnu. Namun wanita itu kembali terisak.
"Kok menangis lagi?" Wisnu segera menghapus air mata yang berlinang membasahi pipi Asma.
"Kenapa Abang tidak marah, harusnya Abang kan marah sama Abah. Sudah sering Abah menghina Abang dan sekarang Abah justru ingin memisahkan kita!" Tangis Asma sesenggukan.
Wisnu kembali mengukir sebuah senyuman. "Tidak, Abang tidak akan marah dengan Abah. Bagaimana bisa Abang marah pada seorang yang sudah memberikan Abang istri sebaik Neng Asma!" tutur Wisnu semakin membuat Asma terharu dan juga merasa sangat beruntung.
*****
Bersambung ....
Edward was silent. He didn't know what to answer because Tiffany's words were all true.“You're speechless?” Tiffany chuckled. “Of course, because you are guilty. Someone guilty will fall silent because they cannot defend themselves.”Edward took a deep breath and said, “Whatever.” then went to his car to return home.Suddenly, Edward was hit by Mr. Jasper's car. Mr. Jasper is Tiffany's neighbor whose house is directly to her right.He drove the car at full speed because he felt very tired and wanted to rest immediately. His tiredness turned out to be a disaster.“EDWARD!” Tiffany immediately screamed hysterically when she saw Edward's body which was hit and then bounced far away and then fell very badly.A lot of blood poured out from Edward's many wounds too. A moment after falling, Edward tried to catch his breath, but he couldn't hold on. Finally, he was knocked unconscious by a question. Will he wake up again or not?“EDWARD!” Tiffany immediately ran over to Edward. Her tears th
When Edward was walking past Rossalie's room, he heard Rossalie calling Tiffany's name. So he immediately came over full of anger because he was sure Rossalie was talking on the phone to Tiffany.“Edward, what's wrong?”Edward did not answer Rossalie's question. He immediately grabbed Rossalie's cellphone and finally, he could see that Rossalie was indeed talking on the phone with Tiffany.Knowing this, Edward immediately turned off the phone and then threw the cell phone in anger until it finally broke. Edward's anger immediately made Rossalie feel afraid.“Oh, my God!” Tiffany was very shocked when she heard Rossalie call Edward's name. After that, their call suddenly ended with a very noisy sound.Tiffany didn't know that Rossalie's cell phone had been thrown by Edward until it broke and was damaged. However, this made Tiffany worried about Rossalie's condition.“Now I want to ask you! I want you to answer honestly!” said Edward with a very sharp gaze. “Are you pretending in front
“What did you say, Edward? Your sister can't do that,” answered Mrs. Jane who didn't agree with Edward's words.“That could be what Rossalie is doing now, Mommy, because she's looked really strange these past few days.”“No way, Edward. Isn't that very unreasonable? Do you remember the first time we found out Vladimir had run over your father to death? Rossalie is the one who shows the most hatred towards the Granger family.”“Yes, I remember that, Mommy, but I told Rossalie what happened today. She was very strange so I talked like that.”“Maybe Rossalie just wanted to focus on hearing what you and Mommy said, so she kept quiet.”“I will find out the truth about that, Mommy. If my suspicion turns out to be true, I will give her punishment so that she doesn't dare to lie to us again.”“Edwards! Mommy says stop thinking bad about your sister. She couldn't possibly do that. Now you better go back to sleep and rest.”“Mommy, please allow me to go home today. I promise to take a serious r
Argo and Anton were immediately shocked when they saw Tiffany suddenly moaning in pain.“Tiffany, what's wrong with you?” Anton asked while holding Tiffany's hand.Tiffany took a deep breath for a moment. Her uterus only hurts for a few minutes. Now her uterus is back to normal.“What's wrong with you, Tiffany?” asked Argo.“Suddenly my uterus felt very painful for a few minutes, but now it is back to normal.”“Oh, my God! Why does your uterus hurt like that?”“It must be the effect of the stress you are experiencing because there are too many problems happening to you now,” said Argo. “This means that it was the right decision for you to divorce Edward for the good of your child. If you continue to maintain a relationship with him, you could experience a miscarriage.”“How do you know if the pain in my uterus is due to the effects of the stress I am experiencing?”“I once saw my cousin who was pregnant and suddenly her uterus felt painful. The doctor said it was the effect of the str
Edward immediately felt very shocked when he heard the bad news that Eliza had run away from the police. Argo was silent when he saw him shocked.“Oh, my God! How could it happen? Why did she can escape?”“She is very intelligent, Sir. She was able to escape easily without us knowing. We admit this was our mistake. So we apologize profusely. We promise to start looking for Alexa and catch her again in no time.”“Where did she escape to? Has she been taken back to Canada?”“Yes, Sir, Alexa escaped when she just arrived back in Canada. Then about your company shares, you don't need to worry, your company shares are safe with us. Today we will send it to you.”“Okay, please search for Alexa as best as possible and succeed in catching her!”“Yes, Mr. Edward. Thank you for your understanding.”“Yes,” replied Edward then ended the call.“Edward, you said about someone escaping. Was Alexa the one who escaped?”Edward took a deep breath and then answered, “Yes, she was very smart because she
“Mommy.” Rossalie stood up and smiled at her mother. “Didn't I tell you that I was asking Argo to help with Edward and Tiffany's trial?” “Oh, Mommy forgot,” replied Mrs. Jane with a smile.Rossalie and Argo immediately breathed a sigh of relief when it turned out that Mrs. Jane had not heard their conversation.“Then, what is Mommy doing here?”“Edward wants spaghetti and grape juice. So Mommy came here to buy that food.”“But, Mrs. Jane, didn't the doctor forbid Edward to eat food from outside the hospital?” asked Argo.“At first it was like that, Argo, but now the doctor has allowed Edward to eat food from outside the hospital. Of course, with a note that the food is hygienic.”“That's what it looks like.”“Okay, Mommy, come sit with us!”“Thank you, dear.” Mrs Jane then sat with them.Rossalie then called the waiter and immediately ordered the food that Edward wanted.“So how? Have you discussed Edward and Tiffany's divorce?”“Yeah, we just finished discussing that, Mommy.”“So wh
Welcome to GoodNovel world of fiction. If you like this novel, or you are an idealist hoping to explore a perfect world, and also want to become an original novel author online to increase income, you can join our family to read or create various types of books, such as romance novel, epic reading, werewolf novel, fantasy novel, history novel and so on. If you are a reader, high quality novels can be selected here. If you are an author, you can obtain more inspiration from others to create more brilliant works, what's more, your works on our platform will catch more attention and win more admiration from readers.
Comments