Share

YIC-5. Run Away

“Axton! Axton!” teriak Erik memanggil kawannya di luar mansion saat semua orang ikut mencari keberadaan Axton yang tiba-tiba menghilang.

“Periksa dari kamera CCTV,” perintah Lawrence cepat kepada bodyguard yang menjaga kediamannya.

Para bodyguard dan semua orang sibuk mencari keberadaan Axton. Antony melihat jejak kaki yang menuju ke halaman samping mansion.

“Tuan Antony,” panggil Red asisten kepercayaannya.

Antony tak menjawab dan terus mengikuti jejak itu hingga ia menemukan sebuah sepatu fantovel yang tersangkut di sebuah tumpukan salju di atas rumput taman.

“Itu … sepatu Axton?” tanya Red saat Antony memungut sepatu itu dan melihat sekeliling.

Antony diam sejenak seperti berpikir hingga ia kembali berjalan dan membawa sepatu yang diyakini milik Axton.

Hingga akhirnya, Antony kehilangan jejak sepatu dan kaki di atas salju. Ia berdiri di samping sebuah mobil bak dan tertarik pada sebuah terpal yang menutupi bak itu.

SREKK!

“Hiks … hiks ….”

“Axton,” panggil Antony lirih.

Axton meringkuk di dalam mobil bak itu sembari mendekap tubuhnya. Antony naik ke atas mobil bak dan berjongkok, perlahan mendekati kawannya itu.

Red diam saja saat melihat Antony memakaikan sepatu milik Axton yang terlepas.

“Well, Cinderella found. Yey!” ucap Antony dengan kaku.

“Hiks, selera humormu payah, Tony,” ucap Axton sembari mengusap ingus yang keluar dari hidungnya.

“Yah, kau orang ke seratus ribu yang mengatakan hal itu. Aku tak terkejut,” jawabnya santai dan kini duduk di samping sahabatnya itu.

Red mundur perlahan dan menyingkir. Ia merasa jika Tuannya akan berbicara dari hati ke hati kepada kawan barunya itu.

“Axton, hah! Kukira kau menghilang kemana,” ucap Erik ngos-ngosan saat mendapati Axton dan Antony berada di bak mobil.

Erik berjalan mendekati keduanya dan ikut duduk di samping Antony. Perlahan Axton duduk karena dua sahabat barunya itu duduk memandanginya.

“Sudahlah, hal seperti itu biasa terjadi. Kau hanya ditampar, aku pernah ditendang oleh ayahku dan aku tak kabur,” ucap Ivan tiba-tiba ikut bergabung sembari memakaikan mantel bulu dari belakang tubuh Axton.

“Woah, kau ditendang? Sakit tidak?” tanya Axton bertanya sembari merapatkan mantel bulunya.

“Rusukku mengalami retak. Sejak itu, aku tinggal bersama pamanku, Robert. Yah, sepertinya ayah-ayah kita tak bisa bersikap lembut. Itulah faktanya, tapi mereka sengaja melakukannya agar kita kuat secara fisik dan mental. Kita hidup di keluarga mafia, Sobat. Dunia kita kejam dan kita hidup di lingkungan orang-orang kejam,” ucap Ivan sembari mencengkeram pinggir bak mobil itu.

Axton, Antony dan Erik mengangguk setuju.

“Jadi, apa yang akan kita lakukan sekarang? Kau tak berencana membuat camping di sini ‘kan?” tanya Ivan melirik Axton dan pemuda itu hanya terkekeh.

“Hei, pemilik rumah ini seperti nenek sihir. Katanya dia seram dan cerewet. Ayahku dan kakekku yang bilang. Sebaiknya kita cari tempat lain untuk mengobrol, bagaimana? Aku tahu tempat bagus,” ucap Ivan berbisik.

“Kita tak akan diperbolehkan keluar,” sahut Antony.

“Aku mau pergi keluar untuk melihat Opera. Jika kalian tertarik, aku akan menurunkan kalian di bar dekat tempat itu. Pukul 12 malam, aku akan menjemput kalian. Tertarik?” tanya Lawrence tiba-tiba muncul bersama dengan isterinya, Theresia.

“Oh, sungguh?! Ya kami ikut!” jawab Axton semangat.

Lawrence lalu mengajak keempat pemuda itu untuk ikut bergabung bersama mereka di mobil Limousine. 

Mereka terlihat begitu bersemangat dan bergegas mengikuti Theresia serta Lawrence masuk ke mobil mewah itu.

“Eh, aku belum pamit kepada kakek jika akan pergi,” ucap Axton saat sudah masuk ke dalam mobil.

“Oh, aku sudah bilang pada kakekmu dan paman kalian juga. Jangan khawatir,” jawab Theresia pelan menatap Axton, Ivan dan Erik.

Ketiga anak lelaki itu mengangguk senang. Antony diam saja dan Theresia menatapnya seksama di mana diantara anak lainnya, hanya Antony yang paling pendiam.

Mobil pun melaju meninggalkan mansion di hari menjelang malam.

“Hmm, bersabarlah Giamoco. Kau seperti tak pernah muda saja,” ucap Robert menepuk pundak sahabatnya dengan senyum tipis.

Perjalanan dirasa cukup panjang bagi keempat anak itu. Mobil mereka tak menuju ke pusat kota melainkan ke bukit entah kemana.

Keempat anak itu mulai curiga saat terlihat sebuah tempat seperti gudang di pemberhentian akhir mobil mereka.

Dan benar saja, mobil berhenti di sebuah gudang besar di mana banyak lelaki berpakaian abu-abu seperti menunggu kedatangan mereka.

“Ini bukan tempat opera,” ucap Antony melirik Theresia dan Lawrence tajam.

“Anak pintar, tapi di sinilah tujuan akhir kita,” jawab Theresia sembari keluar dari dalam mobil bersama dengan Lawrence.

Keempat anak itu saling melirik karena curiga dengan tujuan mereka datang ke tempat tersebut.

Saat mereka mengangguk sepakat untuk kabur, tiba-tiba empat lelaki berbaju abu-abu itu menarik mereka paksa keluar dari mobil.

“Lepaskan!” teriak Axton mencoba memberontak, begitupula dengan Ivan, Erik dan juga Antony.

BUAKK!

“UGH!”

“GO! GO! GO! RUN!” teriak Ivan saat berhasil memukul dan menendang para lelaki yang berusaha membawa mereka masuk ke sebuah ruangan di dalam gudang tersebut.

Keempat pemuda itu lari sekencang-kencangnya melarikan diri.

“Mam! Mereka kabur!” pekik salah seorang bodyguard yang berdarah di hidungnya karena dipukul kuat oleh Antony Boleslav.

“Hah, dasar. Ya sudah biarkan saja,” jawab Theresia malas dan tetap masuk ke gudang.

“What? Bagaimana jika mereka ditangkap orang jahat?” tanya bodyguard lainnya yang mulutnya berdarah terkena tendangan dari kaki Ivan.

“Hem, kita orang jahatnya. Siapa orang di luar sana yang lebih jahat dari kita? Biarkan saja. Kamera dan pengawas sudah bersiaga di sekitar tempat ini hingga 3 km jauhnya. Kita lihat saja, seberapa tangguh keempat berandalan itu,” jawab Lawrence santai dan ikut masuk ke ruangan menyusul isterinya.

Para bodyguard yang berjaga di tempat itu kebingungan dan pada akhirnya menurut dengan ucapan bosnya dengan membiarkan keempat pemuda itu kabur entah kemana.

Keempat remaja itu berlari kencang bahkan tak menoleh ke belakang karena takut ditangkap. Bayangan buruk di pikiran mereka akan penyiksaan keji yang akan dilakukan oleh Thresia dan Lawrence mulai menghasut jiwa mereka.

Hingga tiba-tiba, DUAKK!! BRUKK!!

"Agh!" rintih Erik saat kakinya tak sengaja menabrak dahan pohon yang melintang di depannya.

Hutan yang gelap, membuat pandangan mereka sedikit kabur di cuaca dingin kota Krasnodar di malam yang semakin larut.

"Erik! Kau tak apa? Ayo, cepat bangun! Gawat jika sampai tertangkap mereka," teriak Axton mendatangi Erik dan menarik tangannya kuat agar segera berdiri.

"Agh, aduh. Sepertinya aku keseleo," jawabnya merintih.

"Dasar lemah! Jangan menyusahkan! Beruntung kakimu tak patah," tegur Ivan yang ikut menghentikan laju larinya.

"Berhenti menghinaku, Ivan! Aku sudah cukup bersabar denganmu, tapi tidak lain kali!" balas Erik membentak, tapi malah membuat kaget Axton dan Antony.

Axton yang mengira jika Erik lelaki lemah dan murah senyum, ternyata cukup galak jika harga dirinya disenggol meskipun dari kakaknya. Suasana tegang seketika.

"Oh, berani melawanku? Kau akan berakhir dengan babak belur di hutan ini, Erik. Dan kali ini, aku tak akan sungkan. Tak ada paman Charles dan Robert yang akan melerai kita," jawab Ivan mendatangi saudara lain ibu itu dengan senyum mengejek.

"Kau kira aku takut, hah? Coba saja, Mulut besar," balas Erik menghina.

"Harggghhh!" teriak Ivan lantang meluncurkan kepalan tangan kanannya ke wajah Erik penuh kebencian.

"Arrghh!" balas Erik berteriak dengan kepalan tangan yang sama, siap membalas serangan kakaknya.

Mata Axton dan Antony melebar seketika. Mereka panik, tapi tak tahu bagaimana menyikapi hal ini. Keduanya malah berdiri mematung dan menonton perkelahian adik kakak tersebut.

"Punya popcorn, Tony. Sepertinya akan seru," tanya Axton dengan pandangan terkunci pada sosok dua remaja di depannya.

"Ada banyak ranting dan daun kering. Mau?" jawabnya dengan wajah datar ikut terpaku dengan aksi saling jotos di depannya.

"No, thanks. Aku mendadak kenyang," jawab Axton malas.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Affan Stty
wkwkwkk.... mendadak kenyang katanya ......
goodnovel comment avatar
Novita Sitanggang
jdi nathan belajar dri babang axton ya makn pop corn smbil menikmati pertarungan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status