All Chapters of Yes! I'm Casanova: Chapter 1 - Chapter 10
48 Chapters
YIC-1. I Hate You
Sebuah mansion mewah yang bertempat di Boston, Amerika Serikat. Sebuah hunian yang memiliki halaman luas dengan pintu gerbang hitam yang kokoh dan cet tembok warna putih mendominasi rumah tersebut.Terlihat di ruang tengah, seorang lelaki tua sedang menghisap cerutu ditemani lelaki berumur 40 tahunan menikmati hangatnya perapian di tengah musim dingin yang menyelimuti Amerika pada hari itu di mana natal akan segera tiba.“Grand Pa!” panggil seorang anak lelaki berumur 17 tahun yang terlihat ceria sembari memakai topi Santa Claus.“Oh hallo, Axton. Wow kau terlihat keren sekali. Mau kemana?” tanya Kakek itu dengan senyum merekah.“Kencan,” jawabnya santai.Sontak dua pria dewasa itu tertegun akan ucapan Axton barusan. Axton sudah terlihat rapi dengan setelan ekslusif miliknya yang pernah dipakai ketika acara ulang tahun pernikahan ayah ibunya kala itu.“Di luar salju sedang lebat, banyak temp
Read more
YIC-2. Meet Them
Cukup lama Axton tergantung dan ia mulai mual. Kepalanya pusing dan rasanya ingin muntah hingga ia melihat pintu kamarnya di buka.Ia menyadari sosok itu, tapi ia terlalu pusing untuk mengeluarkan suaranya apalagi memanggil orang tersebut.“Hei. Apa kau sedang berevolusi menjadi seekor kelelawar?” tanya Giamoco, Kakek Axton. “Help …,” panggilnya lirih.Giamoco akhirnya mendekati Axton. Remaja 17 tahun itu memegangi tubuh bagian bawah Kakeknya erat agar tak jatuh hingga akhirnya pemuda itu digeletakkan perlahan di lantai.Giamoco tersenyum meledek, melihat cucunya memegangi kepalanya yang pusing.“Kau berhasil membuat ayahmu marah. Jadi, apa aksimu kali ini, Jagoan?” ledeknya sembari memasukkan kedua tangan dalam saku celana kain.“I hate him, Grand Pa,” desis Axton mulai bangkit dan perlahan merayap menuju ranjang.Axton merebahkan dirinya di atas ka
Read more
YIC-3. Wild Woman
Saat Axton dan Antony menghabiskan waktunya di ruang perapian dengan membahas hal-hal tentang dunia remaja, keduanya spontan menoleh ke arah jendela saat sebuah mobil datang ke kediaman itu.Mereka berjalan mendekati jendela dan terlihat dua orang pemuda yang memakai pakaian sama, tapi parasnya berbeda. Axton dan Antony saling melirik.Dua pemuda itu berjalan menuju ke mansion dengan seorang lelaki tua merangkul kedua pundak mereka.Axton dan Antony kembali duduk di sofa karena merasa jika dua pemuda itu akan ikut bergabung bersama mereka.CEKLEK!“Wow, masih dalam posisi yang sama. Baiklah, ini tamu terakhir kita pada hari ini. Perkenalkan, lelaki berambut pirang ini adalah Ivan Benedict dan yang berambut cokelat adalah Erik Benedict,” ucap Tuan Lawrence memperkenalkan.“Kalian … bersaudara?” tanya Axton menebak.Lelaki bernama Erik mengangguk, tapi Ivan memalingkan wajah. Axton melihat jika du
Read more
YIC-4. You Are Not Worthly
Sepeninggalan Erik dan Antony. Ivan dan Axton dipuaskan oleh para wanita yang ada di ruangan itu. Terlihat Axton begitu menikmati tiap belaian yang memanjakannya.Ivan juga tak henti-hentinya mengerang dalam kenikmatan yang diberikan oleh para wanita dewasa yang kini duduk di pinggulnya, menggoyangkan miliknya kuat.“Akan kutorehkan namamu di tubuhku, Sayang,” ucap Axton memegangi pinggul wanita berambut pirang yang kini sudah tak berbusana sedang duduk dalam pangkuan Axton di sofa.“Oh, kau akan mentato tubuhmu dengan namaku?” tanya Vira dengan peluh sudah membanjiri kulit mulusnya.“Yes! Kau wanita pertama yang mengambil keperjakaanku. Itu harus diabadikan,” jawab Axton meraih wajah Vira dan menciumnya ganas.“Oh, dia benar-benar cepat belajar,” ucap wanita berambut cokelat memuji kemampuan bercinta Axton.“Aku mau jadi pacarnya. Aku tak peduli jika dia 10 tahun lebih muda dari
Read more
YIC-5. Run Away
“Axton! Axton!” teriak Erik memanggil kawannya di luar mansion saat semua orang ikut mencari keberadaan Axton yang tiba-tiba menghilang.“Periksa dari kamera CCTV,” perintah Lawrence cepat kepada bodyguard yang menjaga kediamannya.Para bodyguard dan semua orang sibuk mencari keberadaan Axton. Antony melihat jejak kaki yang menuju ke halaman samping mansion.“Tuan Antony,” panggil Red asisten kepercayaannya.Antony tak menjawab dan terus mengikuti jejak itu hingga ia menemukan sebuah sepatu fantovel yang tersangkut di sebuah tumpukan salju di atas rumput taman.“Itu … sepatu Axton?” tanya Red saat Antony memungut sepatu itu dan melihat sekeliling.Antony diam sejenak seperti berpikir hingga ia kembali berjalan dan membawa sepatu yang diyakini milik Axton.Hingga akhirnya, Antony kehilangan jejak sepatu dan kaki di atas salju. Ia berdiri di samping sebuah mobil ba
Read more
YIC-6. Almost Die
Perkelahian sengit itu ternyata terjadi cukup lama hampir 15 menit lamanya. Meski kaki Erik keseleo, tapi ia tak menunjukkan dirinya lemah di hadapan sang Kakak. Malah diam-diam, Axton dan Antony bertaruh."Aku menjagokan Ivan," ucap Antony setelah memperhatikan teknik berkelahi pria berambut pirang itu."Yah, karena hanya ada dua orang, tersisa Erik saja. Oke, aku Erik walaupun aku yakin dia akan kalah. Hempf, taruhan ini sungguh tak adil. Tak adakah kandidat lain?" gerutu Axton yang merasa jika ia akan rugi banyak.Antony tersenyum. Ia melirik Axton yang terus menyoraki Erik agar menang melawan kakanya.Namun, baik Axton ataupun Antony, mereka sudah melihat jika Erik tak sanggup bertarung lagi karena sudah berdarah hebat di hidung dan mulutnya."Sudahlah, menyerah saja, Erik. Kau tak kasihan dengan ketampananmu?" tanya Axton meringis iba membayangkan sakit di wajah sahabat barunya itu."Diam! Lelaki sejati tak akan mundur dari pertarungan
Read more
YIC-7. Know Each Other
Selama di dalam ruangan, Axton, Erik, Antony dan Ivan saling mengobrol akrab. Erik diobati lukanya oleh Antony yang ternyata cukup ahli dalam merawat luka."Aduh, agh," rintih Erik saat Antony membersihkan noda darah dengan kapas berisi air hangat dalam baskom."Berhenti mengeluh atau obati sendiri," tegas Antony menatapnya tajam.Erik kembali diam dan kali ini menahan sakit di wajahnya yang babak belur. Sedang Ivan, terlihat cuek meski wajahnya juga lebam dan berdarah.Ia duduk di kursi meja makan dan menaikkan kedua kakinya di atas meja, menikmati sajian biskuit cokelat dengan lahap."Jadi ... kita akan di sini berapa lama?" tanya Axton penasaran yang masih betah dengan posisinya di atas karpet beruang kutub."Entahlah. Setidaknya tempat ini lebih baik ketimbang berada di luar," sahut Ivan sembari mengunyah biskuit di mulutnya."Em ... jujur. Sebenarnya, aku merasa kita ini cocok. Lihatlah tadi, meski kita ketakutan saat melawan anj
Read more
YIC-8. Escape
"What? Camp militer? Tempat pelatihan super kejam dengan Instruktrur bernama Zeno?" pekik Axton panik. "Ya. Begitulah. Kenapa? Kalian takut?" ledek Lawrence. Keempat pemuda itu saling memandang terlihat gugup. "A-aku belum menyelesaikan sekolahku. Aku akan ke sana begitu lulus sekolah nanti. Akademis legal itu penting, Tuan Lawrence," dalih Axton dan diangguki oleh Ivan, Erik dan Antony yang ternyata satu pemikiran. Lawrence menahan senyumnya. Keempat pemuda itu terlihat pucat entah mereka membayangkan seperti apa tempat yang dikatakan Camp Militer itu. "Hem, kau benar. Legalitas itu penting, meski kita ini mafia. Well, kalau begitu sebaiknya kalian membersihkan diri. Dokter akan segera datang untuk memeriksa kalian. Aku khawatir kalian terkena rabies dari anjing yang menyerang tad. Selain itu, kulihat kaki Erik semakin bengkak. Kembalilah ke dalam, di luar dingin," ucap Lawrence dan keempat pemuda itu mengangguk pah
Read more
YIC-9. See You Again
Terlihat orang-orang berseragam hitam khas The Shadow sudah menunggu di sebuah kapal kecil untuk mengangkut orang-orang tersebut.Erik dipapah masuk ke dalam kapal dan terlihat, ia menatap orang-orang yang tak ia kenali meski menggunakan seragam The Shadow.Mereka bicara dalam bahasa Inggris."Kalian The Shadow? Siapa yang merekrut?" tanya Erik to the point menatap para lelaki yang umurnya lebih dewasa darinya."Nyonya Theresia," jawab salah seorang pria tegas."Di mana anggota yang lain?" tanya Erik seakan tidak puas."Kau ada masalah dengan itu, Anak muda?" tegasnya."Anak muda? Hah, anak muda di depanmu ini adalah pendiri The Shadow. Jaga mulutmu, Anak baru," balas Erik menghina.Kening para lelaki berseragam hitam itu berkerut. Red yang berdiri di belakang Erik mengangguk seperti membenarkan. Para lelaki itu terkejut."Maafkan kami, Tuan. Anda pasti Erik Benedict.
Read more
YIC-10. Merry Christmas
Axton diberikan kamar sendiri oleh sang Kekek. Namun, malam itu, Axton tak bisa tidur dan memilih untuk tidur bersama Giamoco.TOK! TOK!"Grand Pa. Apa kau sudah tidur?" tanya Axton setelah mengetuk pintu, tapi tak ada jawaban.Axton mendesah panjang dan kembali ke kamar dengan lesu. Namun, saat ia memasuki kamar, betapa terkejutnya ketika sang Kakek sudah berada di kamarnya sedang berbaring."Sejak kapan kau di sini, Grand Pa?" tanya Axton bingung.Giamoco hanya tersenyum. Ia mengayunkan tangan kirinya, memanggil cucu semata wayangnya untuk ikut berbaring di sampingnya.Dengan senyum merekah, Axton segera menghampiri sang Kakek dan bermanja-manja di sampingnya. Giamoco tersenyum sembari mengelus kepada Axton lembut."Jujur, Adry. Kakek sebenarnya marah padamu. Kau dengan begitu mudahnya menyerahkan benda berhargamu pada wanita tak dikenal. Terlebih, mereka itu pelacur. Aduh," keluh Giamoco mengelus dahinya
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status