All Chapters of Kontrak Cinta: Chapter 11 - Chapter 20
53 Chapters
S E B E L A S
Indira baru saja membuka matanya saat melihat Mahesa sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Kemarin suaminya bilang, kalau hari ini dia akan ada di kampus seharian, jadi Mahesa sudah mewanti-wanti Indira agar tidak pergi dengan Adrian dulu.Mahesa menoleh kepada Indira yang terduduk dan menatapnya dalam diam di atas ranjang. Lalu tersenyum menyapa, “Pagi.”“Hm. Udah mau berangkat lo?”“Iya. Inget ya, hari ini jangan pergi dulu sama Adrian. Kalaupun memang terpaksa, bilang aja kamu mau me time, soalnya aku udah bilang ke mama juga kalau aku akan di kampus sampai sore.”Indira mengangguk mengerti.“Aku udah masakin sarapan buat kamu,” ujar Mahesa, lalu mengambil tas laptopnya, mengecup kepala Indira, lalu keluar kamar.Tunggu! Apa itu tadi? Mahesa mengecup kepalanya? Beraninya pria itu! Minta diberi pelajaran sepertinya! Indira melompat turun dari kasurnya, kemudian berlari mengejar Ma
Read more
D U A B E L A S
Sialan! Gara-gara lamunan mesumnya, Indira baru bisa memejamkan mata menjelang subuh. Setiap kali dia menutup mata, di saat yang sama potongan lamunan mesumnya bersama Mahesa terus melintas. Bahkan pagi tadi dia sengaja melewatkan sarapan dan buru-buru berangkat, tapi suara mama dari dapur langsung menghentikan langkah masuk mobil Indira. Mama bersikeras agar dirinya berangkat diantar Mahesa saja, kebetulan memang Mahesa sudah siap berangkat. Dan sepanjang perjalanan, Mahesa tidak berhenti bertanya tentang Kesehatan Indira.“Kamu yakin enggak apa-apa? Kamu diem aja dari tadi.”Oh! Seandainya Mahesa tahu alasan Indira menjadi diam seperti sekarang ini—entahlah, Indira tidak bisa membayangkan, apakah suaminya akan bangga menjadi bahan mesum Indira, atau malah sebaliknya merasa jijik?Ketika sampai di kantor, Indira merasa ada yang aneh. Dilihatnya arloji di tangan kirinya yang sudah menunjuk pukul sembilan, tapi tidak ada seorang pun di lantai ya
Read more
T I G A B E L A S
Mahesa baru saja mengetik tiga paragraf di bab empat tugas akhirnya, saat ponselnya yang ada di sebelah nampan berisi bungkus cheeseburger bergetar. Setelah mengantar Indira bertemu dengan Adrian tadi, sebenarnya Mahesa tidak benar-benar pergi dari restoran cepat saji ini. Dirinya memutar arah kembali setir mobilnya dan memilih menghabiskan waktu menunggu Indira dengan mengerjakan tugas akhirnya di McD—seperti kebanyakan anak kuliah lainnya. Oh iya, Mahesa melihat layar ponselnya berkedip, tanda sebuah panggilan. “Ya, Ma?” Mahesa tidak punya pilihan lain selain berbohong saat ini. “Aku sama Indira mungkin pulang menjelang pagi. Iya, di sini Olive dan yang lainnya belum selesai pesta. Iya, Ma. Ok, aku akan jaga Indira baik-baik.” Setelah sambungan terputus, Mahesa masih menatap layar ponselnya. Menjaga Indira? Apa istrinya itu perlu dijaga? Bahkan saat ini, wanita itu ada di pelukan pria yang sangat dicintai dan mencintainya. “Kak Mahe
Read more
E M P A T B E L A S
Indira menarik napas dalam-dalam sembari jemarinya memainkan cangkir teh di hadapannya. Mahesa menolak berbicara saat di rumah Tante Anin tadi, dengan alasan terlalu banyak orang, masuk akal memang. Terlalu beresiko kalau sampai ada orang yang tahu, tentang apa yang ingin Indira bicarakan saat ini. Hingga akhirnya, sepanjang pesta, keduanya kembali bersandiwara seperti biasa, dan kembali saling diam ketika perjalanan pulang.Setelah sampai di apartemen dan keduanya sudah membersihkan diri, Mahesa menarik kursi makan dan langsung duduk berhadapan dengan Indira.“Apa yang ingin kamu bicarakan?”Satu kalimat dari Mahesa. Tenang, tapi mampu membuat Indira kehilangan kata-kata. Memulai pembicaraan serius seperti ini, setelah tidak saling menyapa selama hampir seminggu, bukanlah perkara mudah.“Bisa enggak kita kayak dulu lagi? Anggap kejadian waktu di rumah mama, itu enggak pernah terjadi?”“Bukannya sekarang yang kita jala
Read more
L I M A B E L A S
“Sayang? Kamu mau pesen apa?”Adrian sibuk memilih menu makan malam yang ingin dipesannya melalui aplikasi go-food. Sore tadi, dia memutuskan untuk datang ke apartemen Indira. Dia sungguh merindukan kekasihnya itu, tapi sepertinya Indira sedang banyak pikiran. Wanitanya sedari tadi tidak menjawab pertanyaan Adrian, dan malah sibuk menatap kosong pada layar teve yang sedang menayangkan acara jalan-jalan.“Dira?” Adrian sekali lagi memanggil.“Ya?”“Kamu ngelamunin apaan, sih?”“Enggak ada.” Indira berusaha menutupi kegugupannya. “Kenapa emangnya?”“Aku dari tadi nanya ke kamu. Kamu mau makan apa?”“Samain aja sama kamu.”“Ok.”Adrian lalu memesan dua porsi makanan dan minuman untuk teman mereka menonton film. Sembari menunggu, Adrian membantu Indira memastikan obat-obatan yang perlu dia bawa untuk persediaa
Read more
E N A M B E L A S
“It’s a wrap! Makasih ya, Dir.”Indira baru saja menyelesaikan pemotretan untuk produk minuman isotonik. Setelah tiga jam diguyur dengan air, akhirnya Indira bisa beristirahat di ruang ganti. Sedangkan Olive sedang sibuk memeriksa jadwal Indira selanjutnya. Selesai dari pemotretan, Indira harus kembali ke kantor untuk mengambil beberapa pakaian dan sepatu yang akan dia bawa ke Paris.“Dir, visa, tiket, apartemen di Paris, semuanya udah gue urus. Nanti pas lo nyampe, di bandara ada orang dari The Models yang bakal jemput lo dan nganter ke apartemen.” Olive membolak-balik lembar agendanya. “Lo udah nyimpen nomornya orang agensi sana, kan?”“Hm.”“Gue baru dapet izin dari Bu Hannah buat nyusulin lo dua minggu setelah lo berangkat. Tau sendiri kan si Mak Lampir itu, gue mesti ngurusin dia juga, karena manajernya yang ngundurin diri.”“Hm.”“Kalau bagasi
Read more
T U J U H B E L A S
Indira merasakan dirinya tidak lagi berpijak di lantai kamarnya—entah di mana sekarang dia berada—ketika Mahesa memperdalam lumatannya. Mahesa terus mencecap dan melumat bibir Indira, diselingi dengan kecupan-kecupan kecil. Dan entah untuk berapa lama, Indira masih terpaku, tapi dia juga menikmati ciuman selamat pagi yang diberikan Mahesa.Masih belum melepaskan ciumannya, Mahesa menyelipkan tangannya di bawah lutut Indira. Mengangkat istrinya untuk dibawa duduk di pangkuannya. Sebelah tangan Indira yang terbebas, mengalung mesra di leher Mahesa. Begitu juga dengan tangan Mahesa yang mengelus punggung Indira, membuat tubuh keduanya semakin merapat. Sungguh pagi yang panas!Ketika Mahesa melepaskan ciumannya, pria itu tersenyum menatap Indira yang juga balas menatapnya. Seolah tanpa perlu kata, keduanya berbicara lewat tatapan. Dan entah apa yang mendorong Indira semakin mengetatkan pelukan tangannya di leher Mahesa, kemudian mendekatkan wajahnya untuk kemba
Read more
D E L A P A N B E L A S
Lusa adalah hari keberangkatan Indira ke Paris. Meskipun lengannya belum sembuh benar, tapi tidak ada pilihan lain bagi Indira. Semua keperluannya sudah siap menyambut kedatangannya di kota yang terkenal romantis itu, termasuk kontrak percobaan selama lima bulan, dan jika diterima maka di tahun berikutnya, Indira akan resmi menjadi bagian dari The Models. Kepergiannya ini juga sebagai salah satu cara yang diusulkan Olive untuk menghindari gosip dirinya dengan Adrian.Beberapa hari terakhir ini, Indira menuruti setiap ucapan Olive. Dirinya tidak mau bersikap bodoh yang bisa membuat kacau semuanya. Bahkan Indira juga melarang Adrian untuk datang, meski hanya sekedar mengantar makanan untuknya—karena Mahesa belum juga kembali ke apartemen semenjak memutuskan merawat bapak yang sedang sakit.“Berapa, Mas?”“Sudah dibayar pake go-pay, Mbak.”“Makasih, ya.”“Eh, Mbak Indira. Maaf,” ujar mas-m
Read more
S E M B I L A N B E L A S
Entah sudah berapa lama Indira duduk sembari netranya tidak lepas dari Mahesa yang sedang mengobrol dengan papa di kursi seberangnya. Hatinya menghangat menatap setiap gestur Mahesa yang begitu bersemangat dan senang menjelaskan tentang proyeknya dengan Dokter Patrick. Sesekali mama akan turut larut dalam percakapan mertua-menantu itu.“Eh, bengong aja!” tegur Olive. “Kesambet baru tau rasa lo!”Indira tersenyum mendengar godaan Olive.“15 menit lagi lo masuk gih. Masih ngantri imigrasi juga, kan?”Indira mengangguk, dengan mata yang masih menatap Mahesa dan kedua orang tuanya. Membuat Olive yang duduk di sebelahnya bergantian menatap bingung pada Indira dan Mahesa.“Ngapain lo lihatin terus? Entar jatuh cinta beneran lo!”“Apaan, sih? Siapa yang ngelihatin Mahesa?” elak Indira.“Lha, emang ngeliatin siapa? Om sama tante?” kekeh Olive. “Dir, kita sahabatan u
Read more
D U A P U L U H
“Aku senang bekerja sama denganmu. Kamu sungguh profesional meski sedang cidera. Kuharap lenganmu cepat sembuh. Aku sangat puas dengan penampilanmu sore ini,” sanjung Eric, seorang desainer gaun pengantin, yang baru saja menyelesaikan pagelaran busananya. “Violette tidak salah jika dia langsung memilihmu untuk tampil di fashion week bulan depan. Kamu sungguh sempurna,” puji Eric lagi.“Anda terlalu berlebihan memuji, Monsieur.”“Oh, tidak, Darling. Mata Violette memang tidak pernah salah dalam memilih seorang supermodel.”Hari ini adalah hari pertama Indira tampil di acara fashion show di kota Paris. Violette—CEO The Models yang terkenal tidak pernah meleset dengan penilaian untuk para calon supermodel memercayakan tugas pertama Indira dengan tampil di salah satu peragaan busana temannya, Eric Sanchez.“Setelah ini ada after party, ji
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status