Semua Bab LITTLE MOMMY: Bab 41 - Bab 50
55 Bab
40. Bukan Pemilik Masa Depan!
Manusia bisa berencana, tapi takdir yang menentukan. Ayden pikir, setelah dia membereskan kekacauan yang Maura buat, dia bisa bersatu bersama Delisha. Apa yang dia pikir akan semulus pantat bayi, nyatanya semua terasa runyam. Hidup ini seperti sungai, saat air mengalir ada saja tai yang lewat. Mungkin itu gambaran hidup Ayden. Delisha salah paham. Gadis bodoh dengan segala asumsi bodoh yang dia punya. Sudah bodoh, keras kepala. Delisha yang merusak segalanya dan membuat dirinya seolah-olah korban yang paling tersakiti. "Dan kamu pikir aku peduli dengan semua yang kamu lakukan? Tidak! Semua kepercayaan aku hilang! Kamu menghilang di saat aku butuh, Oma sakit, dan sampai meninggal, sedikitpun kamu tak pernah ada di sana. Aku bersabar, dan memberi kamu waktu berkali-kali, tapi kamu tidak pernah tahu itu dan selalu seenaknya." "Oma?" "Ya! Oma meninggal!" Delisha berteriak s
Baca selengkapnya
41. Janji Delisha
"Masuk aja ke dalam. Mami tunggu di luar." pesan Delisha pada Cheryl yang mengangguk. Bocah cantik itu begitu bersemangat, memakai seragam baru, sepatu baru, tas baru, beli aksesoris baru, tempat bekal baru, buku baru. Bahkan Cheryl sudah bangun subuh hari agar pergi ke sekolah karena tidak sabar memakai semua perlengkapan sekolah yang baru. Yang bikin Delisha geleng-geleng dan senyum, adalah Cheryl tidur malam sambil memeluk barang-barang baru tersebut. Antusiasnya luar biasa, itu yang membuat Delisha sibuk dan tak ada waktu untuk memikirkan hal-hal sial lainnya. Seperti biasa, banyak orang tua yang menunggu anak mereka di luar bersama pasangan masing-masing. Delisha hanya menunduk melihat dirinya, tubuhnya yang kecil membuat dirinya masih seperti anak remaja walau sudah punya anak. Dia duduk di halte dan menunggu Cheryl pulang sekolah, kebetulan Delisha ada jam kuliah siang, jadi dia punya
Baca selengkapnya
42. End Game!
Delisha tidak membenci Cheryl, tapi jiwanya terkuras habis membuatnya seperti mengabaikan Cheryl, padahal dia selalu memperhatikan putrinya. Delisha duduk dari kejauhan, dan melihat Cheryl yang sedang menggambar, Cheryl paling semangat sekolah dan mengerjakan PR, diam-diam Delisha bangga jadi seorang ibu. "Ayam-ayam punya ekor. Eh maksudnya, ayam-ayam punya sayap." Cheryl berbicara sendiri dan meralat perkataannya sendiri. Cheryl membongkar tas miliknya dan mengeluarkan pewarna dan mulai memberi warna sesuai dengan imajinasinya. Delisha langsung berangkat membuatkan susu untuk Cheryl. Dia mengaduk susu begitu lama, sambil memikirkan Ayden yang menguras emosinya begitu dalam. Delisha menggeleng, dan membawa susu itu di hadapan Cheryl dan mulai belajar bersama Cheryl. Ayden sudah lulus kuliah. Baiklah! Delisha tak ingin memikirkan laki-laki itu, walau pikirannya tetap ke sana meski raganya berada dalam ruang
Baca selengkapnya
43. Tidak Bersama Tapi Saling Membutuhkan
Delisha tahu, Cheryl menganggap dirinya ibunya yang kejam. Dia tidak bisa mencegah saat Cheryl tumbuh menjadi anak tidak mendapatkan kasih sayang orang tua. Hubungan mereka dingin, bahkan tidak bertegur sapa. Cheryl sudah besar, sudah kuliah, walau Delisha terus memperhatikan putrinya dari jauh. Saat melihat Cheryl dia selalu merasa bangga, menjadi seorang ibu. Dia tidak pernah membenci Cheryl. Delisha pusing dengan toxic relationship yang dia jalani bersama Ayden, terus bertengkar, berbaikan lagi, dan circle itu kembali. Delisha sudah dewasa, mandiri, punya karir bagus tentunya dia tidak butuh Ayden jika terus-terusan terjebak dengan toxic relationship. Bertahun-tahun juga Delisha tak pernah membuka hatinya untuk laki-laki lain, rasa itu hanya tersimpan untuk Ayden, dan juga Delisha malas untuk drama. Dia sudah tahu bagaimana capeknya menjalani hubungan relationship. Ayden sering menemui dirinya berbicara baik-baik dan ingin bertemu Cheryl tap
Baca selengkapnya
44. A Promise!
Delisha memperhatikan garis dan lekuk wajah Cheryl. Sudah besar, tidak menyangka, bayinya yang dulu merah dan perjuangannya melahirkan sendiri di toilet sampai ada rasa untuk mencekik bayi itu hingga mati, tapi lihatlah kini, bayi itu menjelma jadi seorang gadis cantik. Delisha senang hubungannya bersama Cheryl kembali membaik, bahkan begitu hangat. Dia sedang makan, sedangkan Cheryl juga makan, walau dia fokus pada ponselnya. Delisha tahu ada yang tidak beres, dia juga tahu jika Cheryl menyukai Juna, dan Cheryl harus membunuh perasaan itu. Mungkin butuh waktu, agar Cheryl bisa mengenal Ayden sebagai ayahnya. Cheryl tumbuh tanpa sosok ayah dan itu tak mudah. "Mau tambah?" Cheryl menggeleng. Begitu sayangnya seorang ibu pada anaknya. Delisha pandangi Cheryl dengan sayang, dia ingin Cheryl senang dan tidak merasa sia-sia di dunia ini. Delisha tersenyum, ingin dia peluk Cheryl dan mengatakan dia
Baca selengkapnya
45. Your Body Fits On Mine!
Cheryl dan Delisha bertengkar. Masalahnya sepele, Delisha melarang Cheryl menyukai Juna, Cheryl keras kepala tidak ada yang boleh mengaturnya. "Sekarang, mami cuman mau jangan dekati Juna lagi. Dan tolong buang perasaan itu." pinta Delisha baik-baik."Atas dasar apa mami melarangku?" tantang Cheryl."Aku, Mamimu.""Alasan yang konyol!" Cheryl tersenyum meremehkan."Aku tahu yang terbaik buatmu!""Tapi tidak dengan melarang dan mengaturku. Apalagi tentang perasaan aku. Ini bukan jaman dulu, sekarang semua orang bebas menaruh perasaan pada siapa aja.""Bagaimana, mami bilang kalau kamu dan Juna saudara kandung? Ayah Juna, ayahmu juga!""A-pa?" Cheryl langsung terkejut, Delisha tersenyum. Dia tahu, ini akan jadi beban buat Cheryl, tapi dia ingin Cheryl tahu dan mungkin sudah saatnya Cheryl mengenal langsung siapa ayahnya. Delisha perlahan mendekati Cheryl yang langsung terdiam, dia akan memberi peng
Baca selengkapnya
46. Duka Terbesar!
Detik ini Delisha tahu hidupnya berubah, menit ini dia tahu putrinya yang cantik hanya tinggal nama. Berkali-kali dia pingsan, terbangun dan kembali pingsan, jika dia belum siap menerima kenyataan yang ada. Wanita itu terbaring lemah di atas kasur, jiwanya dibawa pergi, Cheryl pergi! Cheryl meninggalkan dirinya untuk selamanya, putri yang dia rawat dari kecil, putri cantik yang Delisha cinta sepenuh hati. Hatinya begitu sakit, tidak bersemangat untuk melakukan apa-apa. "Lisha!" Delisha tak ingin mendengar apa-apa. Rasanya dia hanya ingin menangis, atau ikut meloncat ke kuburan Cheryl. Tubuhnya lemah. Saat merasakan sapuan itu Delisha semakin menutup matanya, jiwanya serasa ikut terbang, tidak ikhlas sama sekali! "Sayang." Delisha memekakan telinga dan mengunci semua indranya.Ini berat! Sangat berat! Ayden tahu, semuanya berubah dan tak lagi sama. Mungkin seumur hidupnya akan dia habiskan untuk penyesalan. 
Baca selengkapnya
47. Cookies Fortuna
Enam bulan kemudian. Tidak mudah bagi Delisha untuk melewati ini semua. Dia terus saja menangis seperti orang gila, bahkan Delisha memilih resign dari pekerjaannya. Harusnya dia menyibukkan diri dengan bekerja agar tidak mengingat Cheryl terus-terusan, tapi Delisha tahu dia tidak akan bisa bekerja dengan tenang, daripada dia terus menangis saat bekerja, lebih baik Delisha mengurus anak-anaknya—berbagai macam bunga. Mulai menata diri, dan memperhatikan asupan. Bersama Ayden, Delisha bisa sampai sejauh ini. Jika tidak, mungkin dia sudah tinggal nama. Cheryl adalah alasan dia bertahan hidup, tapi saat putrinya pergi, dia tidak punya alasan lagi. Delisha menyisir rambutnya yang terus saja rontok, tapi dia sudah menata hidupnya, makan dengan teratur dan memberi vitamin rambut. Delisha sekarang jadi pengrajin bunga, dia menanam berbagai tanaman di samping rumahnya, yang ada gazebo. Delisha belum berani untuk mengunjung
Baca selengkapnya
48. Support System Terbaik!
"Anak Mami yang cantik, setahun itu rasanya cepat, lambat, menyiksa, kelam, terpendam. Tidak menyangka, kamu pergi untuk selamanya. Setahun berlalu, tapi, Mami tak pernah lihat senyuman kamu kecuali hanya dalam mimpi. Bahkan, udah jarang mami mimpi. Kenapa? Udah nggak rindu Mami, lagi? Udah bahagia di sana?" Delisha masih bersungut sambil curhat, di kuburan Cheryl. "Ah, Mami masih belum ikhlas. Tapi ... Hari ini, dengan segala kelemahan, Mami datang untuk pertama kalinya ke sini. Ini bukan hal yang mudah, Nak. Tapi, perlahan Mami bisa bangkit. Kamu pergi, tapi, penyesalan terdalam dari kami semua takkan pernah kami lupa sama kami menyusulmu. Mami tahu, kamu pernah menyebut, Mami sebagai Mami yang kejam di muka bumi ini." air mata itu tak berhenti mengalir, bahkan semakin deras seperti air terjun Niagara. Padahal, Delisha sudah berjanji untuk melupakan semuanya, tapi kembali lagi ke kuburan, sama seperti kembali mengingat memori lama yang tersimpan, dan luka itu kembali
Baca selengkapnya
49. Terima Kasih!
Delisha tidak menyangka, ketika orang lain menikah di usia 20-an, maka, dia akan merasakan jadi pengantin baru di usia 36 tahun. Bukan lagi usia yang muda. Tidak ada acara mewah, tidak ada pesta di gedung seperti menikah banyakan wanita seperti seorang Princess. Cukup, dia terus bersama laki-laki itu. Kerasnya hidup membuat Delisha terus belajar, tak perlu banyak menuntut, asal bersyukur dengan apa yang kamu punya sekarang, maka, semuanya terasa lebih dari cukup. Wanita itu mematut dirinya di cermin. Gaun velvet brokat simple warna putih tulang yang Delisha pilih. Dia akan menambahkan mahkota kecil di kepalanya. "Ah, sudah tua." Wanita itu berbicara pada dirinya sendiri dan menggeleng, takdir menuntun hidupnya untuk menemukan belahan jiwanya ketika berusia 36 tahun, setelah melewati banyak hal bersama. Tak terasa, bulir bening setitik merembes melewati pipi kiri. Tidak ada yang dia punya di dunia kecuali Ayden. Wanita
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status