Semua Bab LITTLE MOMMY: Bab 11 - Bab 20
55 Bab
10. Bermain Bersama Ayden
"Makan?" Aku menggeleng. Sudah seminggu aku terkurung dalam sangkar emas Oma. Harusnya aku merayakan bisa terbebas dari para iblis, tapi aku mengkhawatirkan sekolahku. Sedari dulu, walau bukan orang yang berprestasi aku selalu mengutamakan pendidikan. Aku ingin menjadi orang yang terpelajar dan terdidik agar bisa dihargai orang ketika menginjak usia dewasa. "Oma ... Lisha mau sekolah." "Pulihkan diri dulu. Kamu tak bisa terus bersama para iblis itu. Atau mau pindah sekolah." Aku tahu, Oma sangat mengkhawatirkan kesehatan mentalku. Tapi aku sebenarnya ingin meyakinkan Oma bahwa aku baik-baik saja. "Oma ... Lisha sebentar lulus sekolah. Saat masuk SMA, Lisha bisa pindah kesini. Sekarang mau pindah nanggung, Lisha hitungan bulan sudah tamat." "Bagaimana kalau mereka masih jahat sama kamu?" Aku terdiam, aku tahu tak ada jaminan untukku selamat dari Mama. Mama pasti akan menyimpan dendam lebih padaku, tapi aku juga harus sekolah. Sekolah ta
Baca selengkapnya
11. Remuk, Tak Bersisa!
Masa remaja adalah masa untuk mengenal jati diri. Dan adalah masa percobaan. Banyak hal di sekitar yang membuat para remaja penasaran dan coba-coba. Jika, tidak dibekali dengan ilmu yang cukup atau diberi edukasi yang baik tentu mereka akan terjerumus dan masa remaja yang seharusnya disiapkan demi masa depan seolah tergerus dan tak ada masa depan yang menjanjikan di sana. Seks edukasi itu sangat penting. Dan para orang tua sebisa mungkin mendengarkan anak-anak mereka saat mereka mengadu menjalani pelecehan seksual. Bukan malah tutup mulut, karena pelaku adalah keluarga dan akhirnya membuat anak trauma hingga dewasa. Delisha benar-benar tak tahu, jika masa depannya telah direnggut paksa. Bagaimana ia tak tahu, jika masa depannya bisa hancur hanya karena semua kepolosannya. Ketika dengan suka cita Delisha menyerahkan dirinya pada Ayden. Padahal Ayden juga begitu muda, belum mengerti apa itu bertanggung jawab jika seandainya ia hamil. Bahkan Delisha tak mengerti
Baca selengkapnya
12. Gugurkan Anak!
Dari kecil Delisha meragukan Tuhan. Dan sekarang, Delisha masih mempertanyakan Yang Maha Kuasa. Bagaimana mungkin ia diberi cobaan bertubi-tubi yang seolah tak ada habisnya. Menangis juga rasanya percuma, semuanya sudah terjadi. Delisha diam! Lebih baik malaikat maut mencabut nyawanya sekarang. Gadis itu hanya bisa terdiam dalam waktu yang tak bisa ia katakan. Terdiam dalam waktu yang lama. Walau langkah pertama yang Delisha lakukan adalah ingin pergi ke toko buku. Delisha ingin membeli buku tentang kehamilan, entah kenapa gara-gara perkataan manusia laknat itu Delisha langsung sadar dan membuka matanya tentang apa yang terjadi padanya selama ini. Menyesal, kata itu seolah tak layak untuk dirinya, ia juga yang bodoh jadi memang Delisha harus menghapus kata menyesal dalam kamus hidupnya. Delisha berjalan kaki siang ini ke toko buku yang berjarak satu kilo. Walau tubuhnya belum begitu sehat, tapi Delisha terus berjalan karena ujian dalam hidupnya lebih berat se
Baca selengkapnya
13. Segala Cara Dilakukan Tetapi Gagal!
Aku merasa seperti banyak kegelapan menyelimuti hidupku. Suara-suara asing yang berlari dalam kepalaku membuatku pusing, aku takut, aku ingin berlari sejauh mungkin dari sini. Aku tak tahu, apa yang menimpa hidupku sebenarnya. Aku bisa menetralkan napasku, ketika membuka mata dan melihat Ayden berhenti di sebuah rumah besar walau dari luar terlihat menyeramkan. Selama perjalanan aku sudah menduga ada yang tak beres di sini. "Aku nggak mau turun!" Aku jadi merajuk. Bukan merajuk-merajuk manja, tapi aku memang tak mau turun dan masuk dalam rumah sarang hantu tersebut, aku yakin di dalamnya banyak penghuni. "Ayo turun! Dua jam kita pergi sejauh ini." Aku hanya menggeleng dan memeluk lututku sendiri. Tak mau turun demi apapun, aku ingin hidup tenang walau hidupku selalu dipenuhi dengan bencana, setidaknya aku tidak mengundang bencana yang lain. "Aku mau pulang!" "Lisha ... Aku masih manggil baik-baik, jangan sampai aku main kas
Baca selengkapnya
14. Mengakui Perbuatan
Tak kehabisan akal. Makhluk hidup mempunyai insting yang luar biasa untuk bertahan hidup, karena kejamnya seleksi alam yang jahat, membuat mereka melakukan apa saja untuk bertahan hidup. Seperti para binatang liar yang hidup di Africa bagaimana mereka bertahan hidup, di tengah tanah gersang yang luas dan tetap bertahan hidup. Beruntunglah bagi binatang yang mempunyai kekuatan, kecepatan atau tubuhnya besar. Kita sering melihat bagaimana rusa yang malang tak tenang minum air di pinggir sungai karena bisa dimakan buaya secepat mungkin atau saat mereka tengah berjalan santai di tengah lapangan gersang tanpa sadar tubuh mereka telah terserat oleh singa yang buas dan berkuasa. Delisha menarik napas panjang. Melihat dirinya di cermin, ia beruntung mempunyai insting yang begitu tajam bagaimana bertahan dengan kondisinya yang seperti sekarang. Gadis itu menarik bungkusan pembalut, dan menatap nanar benda tersebut. Jika, tidak ia hanya perlu memakai setiap bulan dan t
Baca selengkapnya
15. Misi Untuk Ayden
"Papa benar-benar akan melihat kamu berjuang bagaimana mengurus anak, baru Papa izinkan mengurus anak sendiri." Ayden diam, ia kalah. Ia kalah sebelum berperang. Bahkan masih dengan darah di seluruh wajahnya, tapi orang tuanya seperti tak peduli, bahkan kalau boleh mereka ingin Ayden mati sekarang. "Papa akan tunjukan satu hal sama kamu. Sebelum Papa akan menerima kamu menjadi anak." Ayden hanya menunduk, melihat banyak darah yang terus mengalir membasahi lantai dan juga seluruh pakaiannya. Entah dari mana sumber darah berasal. "Sini Mama bersihkan." Ayden tak punya kuasa untuk melawan, dan menurut saja saat ia ditarik ke sofa dan ibunya menyeka darah-darah di wajahnya. Bisa dibilang wajah Ayden tak berbentuk sekarang. Wajah tampan yang sering ia banggakan jadi tak bersisa. "Maksud Papa untuk kebaikan kamu, kamu masih terlalu muda untuk punya anak. Kamu akan tetap bertanggung jawab Mama pastikan itu, sedari kecil Mama
Baca selengkapnya
16. Young Parents
Entah ini sudah bulan ke berapa Delisha harus berpura-pura meneteskan darah palsu demi mengelabuhi semua orang. "Capek sih ya. Tapi, mau bagaimana. Mau nangis? Kamu yang bodoh!" Delisha berbicara pada diri sendiri. Ia lebih dari kuat sekarang untuk bertahan, dan akan menerima semua takdir buruk di masa depan. Delisha tahu, hidupnya akan terus terpuruk dari waktu ke waktu. Walau begitu, ia akan terus melanjutkan hidupnya, dan mungkin melahirkan tanpa persiapan apa-apa. Delisha terkadang meringis membayangkan bagaimana seorang anak lahir, melalui lubang intinya yang begitu kecil, walau kata orang memang elastis tapi saat belum merasakan dan membayangkan sendiri membuat Delisha pusing. Apa ia bisa? Delisha jelas akan melahirkan sendiri, bagaimana ia akan melahirkan sendiri tanpa bantuan orang lain seperti kucing melahirkan. Gadis itu menyisir rambutnya sambil berkaca, melihat wajahnya yang masih anak-anak, tapi sudah punya anak. Delisha yakin, saa
Baca selengkapnya
17. Keadaan Yang Memaksa!
Delisha tak menyangka, dalam hidupnya bisa bertemu dengan calon mertua semuda ini. Walau ia dan Ayden tak bisa jadi pasangan. Tapi permintaan laki-laki itu jelas menyita pikirannya.Apa yang sebenarnya Ibu Ayden mau? Delisha tak punya orang tua dan selalu berekspektasi jelek tentang orang tua. "Mama mau jumpa sama kamu." "Mau ngapain?" Delisha memandang Ayden dan membenarkan rambutnya  yang terus ditiup angin. "Mau kasih sumbangan." "Oh ya? Padahal aku bukan korban banjir." tanya Delisha dengan polos, membuat Ayden langsung menarik hidung Delisha karena gemas. Walau mereka tak bisa hidup bersama, tapi keduanya akan jadi orang tua. "Banjir perasaan." Delisha langsung memukul dada Ayden. Laki-laki itu tertawa. Walau masalah terus berdatangan dan seolah tak ada habisnya, bagi Ayden jalani semuanya dengan hati yang lapang, maka tidak akan merasa berat. "Mau ya. Mama aku nggak jahat. Nggak gigit orang." De
Baca selengkapnya
18. Terjebak!
Manusia adalah makhluk paling menjijikan. Rasa-rasanya semua yang ia bicarakan benar adanya. Orang-orang di sekitar dirinya dengan menjijikan membuat dirinya seperti ini. Dasar yang ia punya kuat hingga ia berani mengatai seperti ini. Delisha memang belum dewasa dan masih anak-anak, tapi ia akan ditempah untuk menjadi dewasa sebelum waktunya. Ia harus bersikap dewasa, ia harus menghadapi masalah orang dewasa. Dan orang yang membuatnya hancur, sekaligus orang itu yang bisa menenangkan dirinya sekarang. Delisha tak tahu, sudah berapa lama ia menangis karena merasa sakit hati. Padahal rencananya ia ingin mengakhiri hidupnya, malah Ayden langsung menarik tubuh kecilnya. "Aku memang naif, karena tak bisa melawan orang tua aku." Delisha hanya menangis, walau Ayden seperti berusaha menghiburnya. Harusnya gadis itu membenci laki-laki ini, nyatanya ia masih membutuhkan laki-laki ini juga. Orang yang membuat dirimu hancur dan dia juga yang membu
Baca selengkapnya
19. Pingsan
Delisha suka belajar, tapi tidak dengan pelajaran olahraga. Bagaimana dengan keadaannya sekarang ia tidak bebas bergerak. Bagaimana praktik olahraga terakhir sebelum minggu depan melaksanakan ujian nasional, dan Delisha akan fokus pada kehamilannya, dan menyambut kelahirannya, walau ia mungkin akan mengurus semuanya sendirian. Terik matahari begitu menyengat. Delisha masih pakai sweater, walau tubuhnya kecil tapi tubuh ibu hamil dan tidak itu sangat berbeda. Delisha hanya berdoa semoga tidak ada gilirannya, bagaimana mereka harus berlari 15 putaran mengelilingi lapangan basket, dan akan ada sit up 50 kali. Membayangkan saja Delisha akan pingsan duluan, dari dulu ia paling malas berolahraga. Mana namanya termasuk awal sesuai dengan jadwal. Delisha hanya terdiam di bawah pohon Ketapang, melihat teman-temannya buat kelompok dan bergurau bersama. Entah kenapa Delisha begitu takut, jika ketahuan sekarang. Gadis itu menghitung atau pura-pura
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status