Semua Bab Twins D: Bab 1 - Bab 10
48 Bab
Prolog
Sakit dan nyeri.Daffa merasakan nyeri di dadanya. Tetapi Daffa harus segera menghabiskan sarapannya kemudian pergi ke sekolah. Daffa terlihat memegangi dadanya yang semakin sakit dan kepalanya yang berputar-putar hebat. Semakin lama semakin sakit. Daffa tidak dapat melihat sekelilingnya dengan jelas, pandangannya perlahan kabur dan tiba-tiba...Bruk....Daffa ambruk ke lantai. Dia merasakan bahunya sangat sakit membentur lantai dengan keras. Samar-samar Daffa seperti mendengar teriakan seorang wanita yang memanggil namanya.Rasanya begitu jauh. Pun tubuhnya semakin terasa kebas.Tanpa bisa mencerna apapun; tubuh Daffa letih, kemudian pandangannya menggelap.
Baca selengkapnya
Part 1 : Meet
Darren tidak tahu apa yang terjadi, hanya saja di hari pertama menggantikan Daffa, dia dipertemukan oleh orang yang sepertinya pernah dia lihat.Seorang cowok; ganteng, tinggi, berwajah tirus dan punya postur semampai (mungkin umurnya sekitar 18 tahun untuk hitungan rata-rata usia kelas 3 SMA).Dan Darren ingat fitur cowok ini, yang memang pernah muncul di rumahnya dengan kesan yang sedikit tidak elit.Serta merta Darren langsung menarik lengan cowok itu ke arah taman sekolah yang masih terlihat sepi."Hoi, kenapa sih? Kalau lo megang tangan gue seintim itu yang ada kita dikira homo," tegur si cowok.Darren melepaskan tangannya dengan ekspresi jijik yang kentara.
Baca selengkapnya
Part 2 : Risoles
Bel tanda istirahat kedua berbunyi. Darren terlihat sibuk memasukan bukunya ke tas. Rendy buru-buru menghampirinya."Makan yuk! Gue laper," ajak Rendy manja."Sejak kapan gue akrab sama lo?" tanya Darren sarkas."Sejak lo bantu gendong gue pas gue pingsan di dapur rumah lo. Daffa cerita sama gue kalau lo ngegendong gue ala tuan puteri gitu," kata Rendy semangat. Matanya mengedip-ngedip. "Aih, malunya..."Darren mendengus jijik."Kak Daffa..."Baru saja Darren berniat keluar dari kelasnya, ada suara cewek yang memanggilnya."Siapa namanya? Lupa gue," bisik Darren pada Rendy sambil m
Baca selengkapnya
Part 3 : Rok Mikaela dan Jaket Darren
Pagi harinya di kelas, Darren masih merasa heran kenapa risoles yang dia beli di toko kue kemarin tak seenak buatan Mika. Darren terus bertanya-tanya sejak kemarin, meskipun akhirnya risoles yang dia beli juga dilahap hingga tandas.Apa benar kata salah satu anak kumuh itu kalau kue buatan Mika selalu enak?Ah, mustahil. Cewek itu bahkan terlihat seperti cewek centil kebanyakan; yang lebih suka nyentrik di make up daripada panas-panasan di dapur. Bahkan dilihat dari kuku-kukunya yang terawat juga mustahil dia bisa memasak.Tapi meskipun Darren sudah meyakinkan dirinya kalau Mika tidak sehebat itu, rasa penasarannya tetap tidak terbayar. Apa dia harus menanyakan hal itu pada Mika sendiri?"Hoi, Darren! Iu muka serius amat. Lag
Baca selengkapnya
Part 4 : Fans Dadakan
Malam itu Darren sedang menganggur. Tubuhnya merebah pada tumpukan bantal di ranjangnya sambil bertopang kaki. Untuk membunuh waktu, dia iseng membuka salah satu akun sosial medianya dan juga mengecek akun milik Zania. Ada satu postingan baru dari pacarnya itu yang membuatnya tersenyum kecut.Cepat sembuh, sayang. Aku kangen kamu.Dilemparnya ponsel itu hingga melesak ke bawah bantal. Rambut digusak asal. Setelah menahannya cukup lama, akhirnya rasa bersalah Darren terhadap Zania hampir tidak bisa terbendung lagi.Dia merasa sangat bersalah karena telah membohongi gadis sebaik Zania. Dia juga sangat merindukan pacar kesayangannya itu. Tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.Sesungguhnya Darren ingin ber
Baca selengkapnya
Part 5 : Zania
"Lo udah siap?" tanya Rendy di seberang telpon pada Darren."Ya.""Oke, gue jemput 20 menit lagi ya, soalnya supir gue lagi buang hajat.""Oke."Malam ini Darren dan Rendy akan berangkat ke Singapura menjenguk Daffa sesuai rencana mereka. Sabtu malam berangkat, Minggu malam pulang.Darren menaruh tas ransel berisi 2 T-shirt dan celana serta beberapa keperluan lainnya di sofa kemudian menjatuhkan diri di sampingnya. Setelah menelpon orang tuanya dan mengabarkan bahwa Darren akan berkunjung bersama Rendy kesana, Darren merasa bingung.Ibunya mengatakan bahwa Zania datang setiap hari ke rumah sakit untuk menu
Baca selengkapnya
Part 6 : Her Laugh
Keesokan harinya Darren dan Rendy sudah berada di sekolah lagi."Gila! Gue jetlag nih kayanya," keluh Rendy.Darren tidak menanggapi dan sibuk mengeluarkan buku-bukunya."Harusnya gue nggak usah masuk sekolah hari ini, gue ngantuk berat. God gue butuh vitamin," Rendy mengumpat. "Gue pengen ke lapangan rasanya Secara kalau gue maen basket bakalan ada dedek-dedek gemes yang ngelihatin gue sambil teriak-teriak manja. Kyaa kak Rendy keren, kak Rendy ganteng, kak Rendy hot, kak Ren--"Darren menutup mulut Rendy dengan kertas. Entah cewek seperti apa yang bisa mengidolakannya."Bah, jahatnya!""Telinga gue budeg dengerin
Baca selengkapnya
Part 7 : Saingan?
"Kenapa, Ma?"Darren sedang mempersiapkan bukunya ke dalam tas sambil mengangkat telpon dari Ibunya."Temen Mama baru pindah ke Jakarta, dan anaknya baru masuk ke sekolah Daffa.""Jadi?""Mama minta tolong sama kamu, untuk temenin dia. Soalnya Mama nggak enak, Ibunya udah minta tolong ke Mama. Dia belum punya temen di Jakarta.""Oke, Ma.""Jangan lupa, ya. Tante Rina itu udah baik sama kita. Jadi Mama harap kamu bisa baik-baik ya sama anaknya Tante Rina.""Iya, Ma."Darren menenteng tas ranselnya dan men
Baca selengkapnya
Part 8 : Debaran
Sebuah tepukan kecil di bahu mengagetkan Mika yang sedang berjalan ke kelasnya. Ia menengok, dilihatnya Michelle, si gadis setengah bule sudah berada di belakangnya sambil tersenyum manis."Pagi, Kak Mika.""Pagi," jawab Mika malas-malasan."Kak, kok ngelamun aja, mikirin apa sih?"Nih anak sok akrab banget."Nggak ngelamun kok, perasaan lo aja kali.""Kelas kakak dimana?"Mika menunjuk kelas yang berderet paling ujung di samping pohon beringin yang rindang."Kakak pacarnya Kak Daffa ya?"
Baca selengkapnya
Part 9 : Jawab, Kak!
Sejak kejadian di perpustakaan rasa kesal Mika menguap hilang entah kemana. Tetapi ucapan manis Daffa itu hanyalah ucapan manis belaka. Mungkin hanya untuk membuatnya senang. Buktinya sampai sekarang Daffa sama sekali tidak pernah memberitahukan keinginannya. Terhitung sudah beberapa hari semenjak Daffa mengatakan bahwa dirinya akan bilang ke Mika kalau ingin makan masakannya. Kenyataannya Mika-lah yang selalu mengirim pesan duluan untuk menanyakan apakah Daffa ingin dibawakan bekal atau tidak.Dan tidak.Sampai hari ini Mika tidak pernah membawakan Daffa bekal lagi.Mika memandang ke arah lapangan basket yang tidak jauh darinya. Sekarang dia, Siska, dan Michelle sedang duduk di bangku bawah pohon beringin samping kelasnya sambil melihat Daffa dan Rendy yang sedang melatih junior-junio
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status