Semua Bab Little Wife: Bab 21 - Bab 30
43 Bab
20. Tidak Cukup Sekali
Leon masuk ke kamar ketika Elsa sudah terlelap dalam tidurnya. Setelah membersihkan diri dan berganti pakaian, Leon menyusup ke dalam selimut, berbaring miring menghadap istrinya. Leon menatap wajah damai Elsa. Bulu matanya masih basah, pipinya menyisakan jejak-jejak air mata kering. Leon tidak kuasa menahan tangan untuk tidak menyentuh Elsa. Dia mengusap sisi kepala perempuan itu, lalu membungkuk untuk mencium keningnya. Kemudian, dengan sangat perlahan, Leon melepaskan guling dari pelukan Elsa, yang kemudian digantikan oleh dirinya.Leon menyadari sesuatu. Bahwa sekeras apapun dia mencoba untuk melawan, perasaan asing ini terasa begitu kuat. Terlepas dari kondisi hubungan mereka yang sebenarnya, Leon hanya ingin memeluk Elsa sampai tertidur.Dan Leon nyaris saja mendapatkan apa yang dia inginkan jika saja Elsa tidak melenguh dan bergarak di dalam pelukannya. Leon kembali membuka mata dan menunduk memandang Elsa yang mengernyit ti
Baca selengkapnya
21. Kerinduan Istri
Hari ini Elsa mengikuti pelajaran olahraga berenang, yang kemudian dilanjutkan dengan ulangan harian dari dua mata pelajaran, Matematika dan Sejarah. Semalaman Elsa begadang untuk belajar, lalu dilanjutkan dengan aktifitas melelahkan bersama suaminya. Wajar jika saat ini wajah Elsa tampak pucat. Apalagi ditambah dengan rasa nyeri familiar di perutnya yang biasa ia rasakan selama satu bulan sekali, namun kali ini Elsa sudah telat dua minggu tidak merasakannya.Sepulang sekolah Elsa berbaring di ranjang sambil memeluk perutnya yang terasa semakin sakit. Hari ini Leon tidak datang menjemputnya, Elsa pulang dengan taksi. Rumah pun terasa sangat sepi sebab Mami pergi ke bandara, menjemput Papa mertua Elsa.Rasa sakit itu semakin tidak tertahankan. Elsa bahkan baru pertama kali merasa sesakit ini. mungkin karena dia sudah telat menstruasai selama dua minggu, makanya perutnya menjadi bermasalah. Semoga saja bukan sesuatu yang serius.
Baca selengkapnya
22. Hamil?!
Pergi ke sekolah setiap pagi terasa semakin sulit saja. Di sekolah pun, keadaannya tidak menjadi lebih baik. Teman-teman masih mengucilkan keberadaan Elsa. Elsa masih dijadikan tukang suruh-suruh, seperti pergi ke kantin atau mengerjakan tugas. Hari ini tidak ada yang beda. Elsa baru saja selesai menyalin tugas untuk teman-temannya, lalu pergi ke kantin yang ramai untuk membelikan mereka makanan yang mereka inginkan.Elsa merasakan setiap persendian di tubuhnya berteriak sakit. Pada istirahat kedua, Elsa berjalan gontai menuju UKS. Ketika sampai di depan pintu UKS, Elsa merasakan tubuhnya limbung dan dia pun jatuh pingsan.Ketika terbangun, Elsa sudah berada di atas tempat tidur UKS. Dia terbangun bukan karena keinginannya, namun karena rasa mual yang lagi-lagi melanda perutnya, Elsa sudah memuntahkan semua sarapannya pagi tadi di toilet sekolah. Sehingga sekarang, perut Elsa benar-benar kosong sehingga hanya air saja. Elsa memunta
Baca selengkapnya
23. Hanya Tentang Materi
Jika memikirkan tentang masa depan, Elsa hanya melihat kegelapan.Dia tidak bisa menemukan titik cerah dari masa depannya setelah tahu bahwa dirinya hamil. Mama pasti marah. Dan mami mertua pasti akan kecewa. Lalu sekolahnya. Bagaimana dia bisa melanjutkan sekolah setelah hari ini?Elsa tidak siap pada penghakiman orang-orang jika mereka tahu bahwa dirinya hamil pada usia yang masih sangat belia. Belum lagi menghadapi peritah Mama-nya. Mama tidak akan senang jika tahu Elsa hamil. Karena Elsa harus lulus sekolah, menjadi perempuan cerdas, dan belajar bisnis. Tapi sekarang, Elsa tidak tahu bagaimana harus melakukannya.Lebih dari semua itu, Elsa merasa ketakutan, sebab dirinya tidak siap untuk menjadi seorang ibu.Bahkan mengurus diri sendiri saja terkadang dia tidak becus. Bagaimana dia bisa mengurus anak?Elsa tidak mau sang calon anaknya nanti berakhir menjadi seperti dirinya. Elsa membayangka
Baca selengkapnya
24. Perasaan
Leon menatap tubuh kecil yang meringkuk di dalam pelukannya. Memerhatikan setiap jengkal wajah yang tertidur damai itu. Lalu tatapan Leon mendarat pada lebam di wajah Elsa. Dengan ibu jarinya, Leon mengusap lembut, mengakibatkan dahi Elsa mengernyit. Sehingga Leon tidak lagi menyentuhnya.Tangan Elsa di dada Leon, meremas kausnya, lalu beringsut semakin dekat. Leon menahan napas sejenak ketika Elsa bergerak, mengira gadis itu akan terbangun. Namun napas Elsa masih teratur, Leon mendesah lega. Tatapannya kini beralih pada tembok di belakang Elsa, menatapnya tidak fokus, sedangkan sebelah tangannya memainkan rambut panjang Elsa dengan lembut.Di kepala Leon saat ini, sedang berkecamuk berbagai macam hal, salah satunya adalah mengenai rencananya yang akan membawa Elsa tinggal di apartemen ini. Maksudnya, mereka berdua akan pindah ke sini. Leon sangat sadar bahwa kehamilan Elsa harus disembunyikan dari Mami. Mami tidak akan suka jika t
Baca selengkapnya
25. Kepercayaan Leon
Dingin. Kesendirian itu terasa semakin nyata. Bodohnya Elsa, berpikir Leon akan membalas cintanya, atau mungkin sedikit saja memiliki rasa sayang padanya. Karena ternyata tidak. Tidak ada sedikitpun.Leon sudah memiliki kekasih. Si cantik Kanaya. Bagaimana Elsa bisa lupa?Ini terlalu berlebihan, pikir Elsa. Masalah untuk seorang gadis belia berusia 16 tahun? Elsa tidak yakin apa dia bisa bertahan jika terus-terusan seperti ini. Sekarang dirinya hamil, bisa saja Leon menerimanya dan calon bayi mereka karena terpaksa. Elsa tahu betul Leon adalah pria yang bertanggung jawab, maka Leon menganggap bahwa ini adalah tanggung jawabnya.Tidak tahu mengapa fakta itu benar-benar menyakiti Elsa. karena seharusnya dia bersyukur. Namun memikirkan kehidupan anaknya kelak yang akan besar dan tumbuh di keluarga tidak harmonis seperti dirinya membuat Elsa ketakutan. Tidak akan dia biarkan.Beberapa m
Baca selengkapnya
26. Paksaan Mama
Mami tidak setuju. Leon sudah bisa menduganya. Walau dengan berbagai macam alasan, Mami tidak menerimanya dan tetap teguh pada pendiriannya untuk Elsa dan Leon tinggal di rumah ini sampai Elsa lulus sekolah."Tapi Elsa istri aku, Mi. Dia tanggung jawab aku. Terserah mami mau izinin atau nggak, aku tetep bakal bawa Elsa tinggal di apartemen," ucap Leon final, lalu menghampiri Elsa yang tengah duduk di ruang tamu dengan punggung tegak dan raut cemas."Leon!" seru Mami tidak terima."Sudahlah, Mi," bisik Papa di sebelahnya, mengusap bahu Mami."Maafin Elsa ya, Mi. Elsa nggak bisa nolak karena kak Leon suami Elsa. Elsa janji bakal sering-sering dateng ke sini terus masak bareng Mami."Sambil menangis, Maya memeluk tubuh Elsa erat. Lalu berdiri menghadap Leon. "Kamu," tuding Mami, "jangan macam-macam dengan Elsa!"Leon terlihat jengah. "Iya," jawabnya acuh.Lantas, di
Baca selengkapnya
27. Karena Susu
Bagaimana jika Leon memang benar-benar tidak menginginkannya? Pemikiran itu terus saja berputar-putar di kepala Elsa. Dia lupa pada alasan kenapa kemarin dia begitu yakin bahwa semuanya akan baik-baik saja. Elsa mencoba memikirkannya ulang, namun perkataan Mama benar-benar sudah mencemari otaknya.Bagaimana dengan Mami dan Papa? Mereka berdua terlalu baik pada Elsa sehingga sulit meyakini bahwa mereka akan mengacuhkannya setelah bayi ini lahir.Elsa tidak bisa berpikir rasional sekarang. Sehingga dia pun mengalihkan dirinya memasak di dapur.Ketika malam tiba, Leon pulang dengan sekeresek penuh buah-buahan. Elsa menyambutkan di depan pintu sambil tersenyum lebar padanya.Awalnya Leon terkejut, namun pada akhirnya dengan langkah santai dia masuk ke apartemen dan menaruh keresek belanjaannya ke meja makan. Setelah itu, Leon menuju kamar untuk mengganti baju, Elsa membuntutinya di belakang.Ketika
Baca selengkapnya
28. Istri Untuk Leon
Siang itu, ruang tunggu klinik tampak cukup ramai. Leon menggandeng tangan Elsa ketika mereka menyusuri lorong. Beberapa ibu hamil yang duduk di kursi panjang menatap Elsa heran. Mungkin perawakan Leon dengan dirinya terlihat sangat kentara. Elsa yang bertubuh kecil dan ramping, bersanding dengan pria tinggi penuh otot yang keras. Ibu-ibu itu juga pasti sudah dapat mengira perbedaan jauh usia di antara mereka.Elsa mendapatkan perawatan VIP, jadi mereka tidak perlu mengantri dan langsung didampingi masuk ke ruang Dokter Sifa.Seperti pemeriksaan sebelumnya, Elsa diperintahkan berbaring. Namun kali ini, Elsa tidak sepanik kemarin. Dia menuruti instruksi Dokter Sifa dengan baik. Setelah selesai, Dokter Sifa memberikan dua lembar foto hasil USG kepada Elsa. Elsa tidak henti-hentinya menatap ke arah foto itu sampai Leon mengambilnya, dan memasukkannya ke dalam amplop putih."Aku mau ngomong sama dokter Sifa, tunggu aku di luar."
Baca selengkapnya
29. Kepergok Pacar
Hari ini hujan sempat turun. Langit pun masih dipenuhi gelungan awan kelabu. Elsa bersyukur karena pada akhirnya dia memiliki alasan untuk mengenakan pakaian setebal dan setertutup ini. Hanya saja, kacamata hitamnya mungkin sedikit berlebihan. Namun tidak ada juga yang begitu memperhatikan.Elsa menyelinap masuk lift bersama karyawan-karyawan kantor yang lain, yang sepertinya sama sekali tidak menyadari kehadirannya di sana. Mesin elevator itu bergerak ke atas, lalu berhenti pada lantai 7, semua karyawan keluar, menyisakan Elsa seorang diri. Lalu dia pun menuju ke lantai kantor Leon.Elsa keluar, menyusuri lorong berkaca. Seorang perempuan berbelok dan berjalan berlawanan arah dengannya. Itu Kanaya. Elsa mengenalinya dengan cepat. Jantungnya spontan berdetak lebih cepat, ada rasa nyeri dan cemburu yang membuatnya tidak nyaman. Mungkin karena dia sudah terlalu mempercayai Leon, tapi tidak tahu menahu m
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status