Elsa Putri menikah pada usia 16 tahun, dengan seorang pria yang 11 tahun lebih tua darinya. Elsa tidak mengerti cinta, namun dia merasa tidak rela ketika pria yang seharusnya menjadi miliknya ternyata telah menjadi milik orang lain. Ketika perasaan mereka menjadi tidak menentu, Elsa menemukan dirinya hamil. Hamil di usia 16 tahun. ~~~ A novel by Asia July. Cover edited in Photoshop. Pic from Unsplash - Jerry Wang
view moreNur menyeka peluh yang menetes di keningnya. Jarak yang harus ia tempuh, dari tempatnya bekerja, dengan rumah tempat ia tinggal, adalah dua kilometer jauhnya. Tapi sedikitpun ia tidak pernah mengeluh karena hal itu. Meski kadang ia merasakan pegal pada kakinya, karena harus mengayuh sepeda setiap hari. Nur merasa senang bekerja di butik itu. Ia bisa bertemu orang-orang baru setiap harinya. Karena terkadang, ia diminta membantu menjaga butik juga.
Butik tempat ia bekerja, sebagai pemasang payet memang cukup terkenal di kota Banjarbaru. Banyak istri pejabat, dan istri pengusaha sebagai langganan butik tempatnya bekerja. Pekerjaan itu di dapat, setelah ia mendengar ada lowongan, dari salah satu teman sekolahnya semasa SMA. Sebenarnya Nur ingin sekali meneruskan kuliah, tapi ia kasihan dengan ibunya, dan juga merasa tidak enak, karena terus menerus dibiayai pendidikannya oleh keluarga Cantika, sahabatnya.
Tiba di depan rumah yang ditempati, bersama Wahyu suaminya. Nur segera membuka kunci pintu pagar, lalu mendorong pintu pagar sedikit, agar cukup untuk ia, dan sepedanya masuk. Kemudian ia kembali mengunci pintu pagar, lalu memarkir sepedanya di samping garasi. Setelah memarkir sepedanya, Nur membuka kunci pintu depan, baru ia masuk ke dalam rumah. Pintu depan ia kunci lagi, dan ia cabut kuncinya. Agar Wahyu bisa membuka pintu dengan kunci yang dibawanya.
Nur masuk ke dapur, diletakan goodie bag berisi tempat bekalnya di atas meja dapur. Dibuka kulkas, diambil air mineral dingin dari sana. Lalu ia mengambil gelas di rak piring, setelah itu ia duduk di kursi dapur. Dituang air es dalam botol ke dalam gelas. Didekatkan bibir gelas ke bibirnya. Ia mengucap Basmalah sebelum meneguk air es itu, dan mengucap Alhamdulillah setelahnya.
Nur menarik napas dalam-dalam, lalu ia hembuskan dengan perlahan. Suara deru mobil mengagetkannya. Cepat ia bangkit dari duduknya, lalu ke luar dari dapur untuk masuk ke kamar, tidak lupa ia membawa botol air mineral, dan gelasnya. Suara mobil yang dimasukan ke halaman terdengar di telinganya. Nur menutup, dan mengunci pintu kamarnya.
Nur tahu kalau yang datang adalah Wahyu suaminya. Jika istri lain menyambut mesra suami yang baru pulang dari bekerja, maka Nur justru memilih untuk mengabaikannya. Ia tak ingin terlibat pembicaraan apapun lagi dengan Wahyu, suaminya. Sudah cukup selama satu tahun ini ia berusaha, tapi Wahyu tetap saja mengabaikannya.
Nur duduk di tepi pembaringan, jika tidak ingat akan perasaan ibunya, pasti ia memilih untuk berpisah saja. Tadinya Nur berpikir, kalau lambat laun Wahyu akan bisa menerima dirinya sebagai istri seperti seharusnya, namun harapan hanyalah tinggal harapan. Setelah setahun pernikahan mereka, Wahyu masih setia pada cintanya kepada Cantika. Bahkan sampai sekarang, Wahyu tak pernah menyentuhnya. Jangankan menyentuh, menatap saja Wahyu seperti terpaksa. Itu sungguh melukai hati Nur, dan kerap membuatnya harus meneteskan air mata. Bukan, bukan karena ia mencintai Wahyu, sehingga ia merasa terluka. Tapi karena ia merasa terhina, karena Wahyu seperti jijik kepadanya.
Nur mengambil handuk, lalu ia masuk ke dalam kamar mandi. Ia ingin segera membersihkan dirinya.
☘☘🏵☘☘
Wahyu masuk ke dalam rumah, setelah memasukan mobil ke dalam garasi. Ia langsung masuk ke dalam kamar. Dibuka kancing kemeja satu persatu. Suara air dari kamar sebelah mengusik pendengarannya. Ia tahu kalau Nur sudah pulang dari bekerja, karena melihat sepeda yang terparkir di samping garasi.
Sebenarnya Nur tak perlu bekerja, karena Wahyu memiliki usaha dibidang perumahan, dan tanah kavling yang cukup maju. Tapi karena Wahyu tidak pernah mau menerima pelayanan dari Nur, Nur tak mau lagi menerima uang pemberian Wahyu barang sepeserpun.
Wahyu tidak pernah mau minum, dan makan apa yang dihidangkan Nur. Ia memilih membuat minum sendiri, dan memilih untuk makan di luar rumah. Wahyu tidak pernah mau pakaiannya dicuci oleh Nur, ia memilih memakai jasa laundry untuk urusan pakaiannya. Wahyu tidak pernah mengijinkan Nur masuk, dan membersihkan kamarnya, ia memilih untuk melakukannya sendiri.
Mereka bagai dua orang asing yang tinggal dalam satu rumah. Jika Nur masuk ke dapur, dan Wahyu ada di sana, secepatnya Wahyu menyingkir dari dapur, tanpa menatap apa lagi berucap sepatah kata.
☘☘🏵☘☘
Nur baru menyelesaikan sholat maghrib, ia ke luar dari kamar untuk membuat makan malam bagi dirinya. Melihat Wahyu ada di dalam dapur, Nur mengurungkan langkah untuk memasuki dapur. Ia heran kenapa Wahyu masih ada di rumah. Biasanya setelah maghrib, Wahyu selalu ke luar rumah untuk mencari makan malam. Nur memutar tubuh untuk meninggalkan dapur.
"Aku sudah selesai," ujar Wahyu dari balik punggungnya. Tubuh Nur menegang sesaat, ini pertama kali ia mendengar suara Wahyu sejak beberapa hari ini. Mereka memang tidak bicara, jika tidak ada yang penting betul.
Nur masih pada posisinya, Wahyu lewat di sampingnya dengan membawa cangkir, yang Nur yakin isinya kopi, karena tercium dari aromanya. Nur langsung memutar tubuh, dan melangkah untuk memasuki dapur. Ia tidak ingin bertatap muka dengan Wahyu.
"Tadi Ibu telpon, hari minggu kita diminta pulang." Wahyu menatap punggung Nur yang memasuki dapur.
"Ya," hanya itu sahutan Nur, tanpa ia menolehkan kepala, atau menghentikan langkahnya. Bukan karena ia tidak sopan jika ia berlaku demikian. Tapi ucapan Wahyu beberapa waktu lalu yang mengatakan, kalau wajah Nur membuat semangat hidupnya berkurang. Dan membuatnya malas untuk pulang kerumah, yang membuat Nur enggan bertatap muka dengan Wahyu.
Nur menyadari kalau dirinya tak sebanding dengan Cantika, wanita yang sangat dicintai Wahyu. Tak ada satu halpun yang bisa membuatnya bisa disandingkan dengan Cantika.
Cantika cantik, pintar, kaya, dan sangat baik. Wanita sempurna yang hampir tak ada celanya. Mungkin hanya sikap manjanya saja yang menjadi kekurangannya. Sedang dirinya, sejak kecil sudah yatim, dan harus ikut memulung barang bekas bersama ibunya. Hanya karena kebaikan keluarga Cantika, yang membuat hidup mereka berubah menjadi lebih baik.
Nur mengambil piring, lalu mengisi piringnya dengan nasi dari rice cooker. Ia membuka lemari makan, mengambil mangkok berisi ikan telang masak asam yang dimasaknya pagi tadi. Dibawa nasi, dan ikan ke luar dari dapur. Nur memilih makan di dalam kamarnya, sambil menikmati acara televisi dari tv tabung 14 inc bekas, yang dibeli dengan gajinya. Apa yang dimakannya, ia beli dari hasil jerih payahnya. Ia menolak uang pemberian Wahyu, karena Wahyu sendiri menolak untuk ia layani sebagaimana seharusnya seorang istri.
Nur tak lagi ingin memaksakan diri, untuk berusaha mengambil hati, dan perhatian Wahyu. Nur merasa sudah cukup, usahanya selama ini untuk hal itu.
☘☘🏵BERSAMBUNG🏵☘☘
Ketika menginjak usia tahun pertamanya, Samudera sudah bisa berjalan dan menyebut Leon maupun Elsa sebagai Mama Papa, walau pelafalannya masih tidak terlalu jelas.Mereka juga sudah tidak lagi tinggal di apartemen. Leon membeli sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman sangat luas, di depan maupun belakang.Elsa juga melakukanhomeschoolinguntuk mengejar ketinggalannya, sedang saat itu, Samudera akan diasuh oleh Leon atau Mami di ruangan yang berbeda. Di hari-hari libur, Elsa biasanya akan berkebun, menanam berbagai jenis tumbuhan dan bunga di pekarangannya.Seperti hari ini, Elsa tengah sibuk mencampur tanah dengan pupuk untuk bunga lili yang baru saja ia beli. Samudera duduk di sampingnya, membantu Elsa, mencontoh setiap gerakan yang Elsa lakukan. Namun, yang Samudera lakukan justru hanya membuat Elsa tertawa.Sementara itu, Elsa sama sekali tidak menyadari kedatangan Leon di belakangn
Dulu, Elsa pikir melahirkan itu akan sangat menyakitkan dan menjadi ibu pasti akan sangat melelahkan. Namun, setelah memegang Samudera di dalam gendongan tangannya, semua rasa takut Elsa itu hilang.Kini hanya ada kebahagiaan.Samudera Fernandez, seolah menjadi mentari di dunia Elsa yang selalu redup. Bahkan hanya dengan menatap sang putra tertidur saja, dada Elsa bisa langsung membuncah oleh bahagia. Dia tidak bisa meninggalkan Samudera barang sedikitpun.Bahkan hanya untuk makan dan mandi, Elsa menjadi lupa, jika saja Leon tidak ada. Maka di sini, Leon secara tidak langsung mengurus dua bayi sekaligus.Kejadian yang menimpa Elsa sebelumnya membuat Elsa menjadi lebih berhati-hati. Dia membaca banyak sekali buku tentangparentingkarena dalam hal ini, baik Elsa maupun Leon sama-sama tidak berpengalaman dalam mengurus anak, terutama Elsa.Kini usia Samudera sudah menginjak ang
Kelopak mata gadis yang tengah berbaring di bangkar rumah sakit itu langsung terbuka. Terik sinar matahari yang masuk melalui jendela membuatnya mengernyit. Saat itulah hantaman rasa sakit di kepalanya terasa.Elsa meringis, refleks memegangi kepalanya sambil mencoba bangkit, gerak impulsifnya yang biasa setiap kali bangun tidur adalah pasti memegangi perutnya terlebih dahulu agar tidak tertindih ketika ia mencoba bangkit duduk.Namun ada yang aneh. Terasa sangat-sangat aneh! Pertama-tama, Elsa melirik sebelah tangannya yang dimana di sana tertancap jarum infus yang ditutup oleh plaster putih kecil, lalu mata Elsa beralih pada perutnya yang rata.Dia terdiam untuk beberapa saat, mencoba untuk mengumpulkan semua kesadarannya dan mencerna apa yang tengah terjadi pada dirinya sendiri.Elsa mengingat tentang api... dan asap yang membumbung tinggi. Udara yang seharusnya lembab sehabis hujan menjadi panas membara. D
Leon memperhatikan bangunan villa itu untuk beberapa saat yang gerbangnya langsung terbuka ketika mobil Leon mendekat. Ini sudah malam dan badai terjadi dengan begitu lebat. Petir dan gemuruh di langit saling bersahutan.Leon mengambil ponselnya dan menghubungi salah satu bawahannya yang tengah menyusul di belakang. Leon tahu dia seharusnya tidak datang sendiri, namun ketika mengetahui keberadaan Elsa setelah melacak ponsel Diandra, Leon tidak membuang sedetikpun waktu untuk segera datang kemari.Sebuah mobil terparkir di halaman villa tersebut, yang tampak kurang terurus. Lalu beberapa saat setelah mesin mobil Leon mati, gerbang kembali terbuka dan sebuah mobil lainnya masuk. Awalnya Leon mengira bahwa itu adalah anak buahnya. Namun ketika mobil tersebut berhenti di depan teras, seorang pria keluar dengan membawa tas yang cukup besar di tangannya. Keberadaan mobil Leon di sana sama sekali tidak dicurigainya.Leon membuka sab
"Mama, kita mau kemana?" tanya Elsa, duduk di bangku penumpang mobil yang dikendarai Diandra.Elsa sudah berulang kali bertanya, namun Diandra terus menjawab dengan jawaban yang sama."Kita pergi refreshing."Perasaan Elsa menjadi tidak karuan. Alarm di dalam dirinya menyala, memperingatkan Elsa bahwa ini bukanlah hal yang baik. Dia duduk di dalam mobil itu dengan penuh antisipasi. Melingkarkan tangan di perutnya sebagai bentuk penjagaan.Ini semua berawal dari Elsa yang lupa mengirimkan uang, sehingga Mama meminta bertemu, namun Elsa tolak berulang kali.Beberapa saat setelah kepergian Leon ke supermarket tadi, Mama tiba-tiba saja datang dan mengajak Elsa untuk keluar. Tentu saja Elsa menolak, namun Diandra memaksanya dan bahkan nyaris menyeretnya keluar.Sampai di sinilah Elsa sekarang.Jalanan yang mereka lewati semakin lenggang. Yang awalnya masih di jalan ra
Di kehamilan Elsa yang sudah memasuki bulan ke delapan, Leon semakin protektif padanya. Elsa jadi sangat jarang sekali keluar rumah, jika bukan ditemani oleh Leon atau Mami mertua.Well, sebenarnya Elsa merasa tidak masalah, sejak dulu dunia luar memang bukan tujuannya. Elsa lebih suka berdiam diri di rumah membaca buku.Namun, akan ada hari di mana Leon malah yang memaksanya untuk keluar. Kata suaminya itu, Elsa butuh lebih banyak bergerak dan sinar matahari. Jadi Leon mengajaknya naik ke rooftop melewati tangga dan bersantai di atas sana.Menurut pemeriksaan dokter Sifa, kandungan Elsa baik-baik saja dan sangat sehat. Elsa juga selalu menerima foto hasil USG yang menampilkan sosok bayi kecilnya di dalam sana. Sampai saat ini, masih sulit bagi Elsa mempercayai bahwa ada nyawa lain di dalam dirinya yang tengah tumbuh berkembang. Sebentar lagi dia akan menjadi seorang ibu. Akan selalu ada rasa ngeri setiap memikirkannya, namun k
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments