All Chapters of Remember When : Chapter 31 - Chapter 40
45 Chapters
Bab 30 - Pelan-Pelan Saja
Pagi harinya Olivia terbangun tanpa Dante disisinya. Sisi kiri tempat tidur disebelahnya terasa dingin menandakan jika laki-laki itu tidak tidur di sana semalaman. Tidak ada yang berubah di dalam ruangan ini. Hanya ada jas yang dikenakan Dante semalam tersampir dipunggung sofa, selebihnya tidak ada lagi. Ini mungkin salahnya. Olivia telah melakukan kesalahan yang fatal semalam. Sekarang apa yang harus dia katakan saat bertemu dengan Dante nanti? “Kamu sudah bangun rupanya.” Sapaan itu terdengar manis ditelinga Olivia, tapi terlihat pahit disaat Dante masih mengenakan kemeja yang sama dengan kemarin. “Semalaman kamu ke mana ?” “Aku cari angin di luar dan kebetulan bertemu teman di sana.” Olivia mencium adanya kebohongan di kata-kata Dante. “Apa karena penolakanku? Apa karena alasan itu kamu nggak sudi tidur denganku?” “Nggak, Via. Aku hanya sedikit lupa waktu karena bertemu teman dan—” “Karena perlakuanku semalam hingga membuatm
Read more
Bab 31 - Malam Pertama
Mobil yang menjemput mereka telah sampai di hotel berbintang lima tempat acara nanti malam. Sambutan hangat dari seorang bellboy serta welcome drink menghapus penat siang itu. Dante menggeret dua koper dalam bentuk sedang ke arah kapsul lift sambil memastikan nomor kamar sebelum menekan tombol lift.  “Kamar kita di lantai berapa ?” tanya Olivia sembari ikut-ikutan melirik tulisan yang tertera di kartu. “Kalau di lantai tertinggi kita minta ganti kamar ya?” katanya lagi. Kamar tempat mereka menginap berada di lantai 10. Kamar dengan pemandangan teramat menakjubkan cukup membuat suasana hati Olivia senang hari ini. Bahkan laut juga terlihat meskipun berjarak cukup jauh. Masih ada waktu beberapa jam sebelum acara nanti malam. Cardigan yang menutupi tubuh Olivia sedari teronggok begitu saja di lantai meninggalkan gaun bermotif bunga bertali spagetti yang bersembunyi dibaliknya. Olivia mengambil botol lotion berspf dan mengolesnya dilengan serta lehe
Read more
Bab 32 - Pengganggu Datang
“Kenapa kalian bisa ada di sini ?” pekik Dante. Selayaknya pasangan yang sedang berbulan madu, berbagai tempat tak luput menjadi spot foto untuk mengabadikan momen. Dante mengubah bussiness trip menjadi honeymoon trip selepas acara anniversary yang pada akhirnya tidak dihadiri olehnya. Di saat keduanya sedang merajut kasih sambil menikmati pemandangan pantai, Reihan tiba-tiba bersama dengan Lussi muncul di depannya. Membuat suasana hati Dante yang sedang berbunga-bunga mendadak bergemuruh karena menahan kesal. “Lo memasang pelacak di badan gue?” kata Dante lagi-lagi tidak terima. Reihan tertawa. “It’s been a while we didn’t spend time together, Bro.” “W-What?!” “Si Kembar mana ?” Olivia ikut menimpali. “Ikut Mamaku ke Bandung. Makanya aku bisa terbang ke sini sama Reihan,” kat Lussi panjang lebar. “Aku nggak akan bertanya apa-apa setelah melihat kalian berdua. Agak kaget juga sih Si Dante tiba-tiba memperpanjang cutinya.” “Dasa
Read more
Bab 33 - Hadiah Terindah
Tatanan meja telah Dante persiapkan sedemikian rupa sejak tiga jam yang lalu. Buket bunga mawar putih telah ia letakkan di sampingnya. Makanan sudah siap, kejutan sudah siap, dan dekorasi ruangan pun sudah mantap berkat bantuan dari sepupunya. Hari ini adalah genap satu tahun pernikahan mereka. Di tanggal yang sama tahun lalu, Dante tidak sepenuhnya ikut mempersiapkan pesta pernikahannya sendiri. Namun tidak dengan tahun ini. Kemudian kenop pintu diputar seseorang dari luar. Muncul sosok perempuan cantik yang telah Dante tunggu-tunggu mengenakan gaun sifon berwarna hitam lengan pendek dengan aksen renda dibagian pinggang. Sederhana namun menawan di matanya. “Suka dengan gaunnya?” tanya Dante dan masih memandangi istrinya itu tanpa berkedip. “Seleramu boleh lah—” Olivia memberikan kedua jempol padanya. Rasa kagum menyelimuti diri Olivia. Dekorasi yang dibuat Dante serta buket besar bunga mawar putih yang diterimanya seolah menggambarkan jika suaminya itu benar
Read more
Bab 34 - Sedang Ingin Manja
Berita kehamilan Olivia menjadi berita paling membahagiakan untuk keluarga besarnya dan Dante. Mereka yang sama-sama terlahir sebagai anak tunggal sungguh amat menantikannya. Martha dan Ambar langsung melakukan teleconference bersama Dante memberikan petuah agar senantiasa sabar menuruti semua keinginan Olivia jika ia mengalami masa ngidam nanti. Sementara Iko memberikan petuah secara private bagaimana cara menjadi suami yang siaga yang siap kapanpun jika dibutuhkan. Kehamilan Olivia sungguh membawa perubahan besar untuk semua. Sampai-sampai Lussi juga tidak ketinggalan berita. “Maklumin saja, Via. Ini cucu pertama mereka, jadi memang agak lebay. Dulu saat aku hamil Si Kembar malah lebih parah. Reihan sama sekali nggak mau berpisah jauh dariku.” Olivia menghela napas sembari menatap wajah Lussi di depan layar ponselnya. “Tapi bayangkan saja, Lu masa aku sama sekali nggak diperbolehkan keluar kamar sama sekali sama Mama Martha? Aku nggak sakit dan aku juga ngg
Read more
Bab 35 - Pria Dari Masa Lalu
Empat bulan adalah masa paling menyiksa untuk seorang ibu hamil. Morning sick akut dialami oleh Olivia untuk kehamilan pertamanya. Ia benar-benar tidak sanggup menjalankan harinya seperti sedia kala. Terkapar tak berdaya di atas ranjang hanya itu yang bisa Olivia lakukan saat ini. Rasa berat di kepala semakin bertambah parah hanya sekedar untuk pergi ke kamar kecil. Sungguh nikmat kesakitan ini Olivia rasakan. Dante menggendong Olivia ke mana pun Olivia inginkan. Laki-laki itu menepati mendadak menjelma menjadi suami siaga. “Kamu baik-baik saja? Kalau nggak kuat, bilang sama aku ya. Aku nggak akan ke mana-mana kok. Via, jangan bandel. Nurut sama aku ya!” Hampir setiap hari celotehan itu selalu Olivia dengar dari bibir Dante. Olivia tahu rasa khawatir Dante. Dante cuma ingin Olivia merasa nyaman menjalani kehamilannya. Sebisa mungkin laki-laki itu memenuhi kebutuhan dan keperluan Olivia tanpa harus repot-repot meminta, namun sifat dasar Olivia yang tidak suka diatur y
Read more
Bab 36 - Ancaman
Wajah Olivia yang memucat jelas mengundang segudang pertanyaan untuk Lussi. Tidak ada yang bisa Olivia katakan untuk mengungkapkan perasaannya sekarang. Olivia cuma ingin tiba di rumah secepatnya dan bertemu Dante. “Via, kamu nggak apa-apa?” Lussi tiba-tiba bertanya. Sayangnya niat Olivia untuk menjawab benar-benar sirna. Olivia tidak ingin membuka mulutnya sampai tiba di rumah. “Via, please bilang sama aku. Aku bisa dimarahi Dante kalau memulangkanmu dalam keadaan seperti ini.” Kembali Olivia tidak menggubris. Tatapannya menerawang jauh tak terselami. Olivia sejenak larut kembali dalam lamunan tidak menyenangkan. Olivia masih tidak bisa melupakan wajah dan senyum seringai milik Yogan. Tidak ada yang berubah, hanya guratan luka di pipinya saja yang berbeda. Ah … masa bodoh! Bukan itu yang Olivia risaukan. Olivia takut kehadiran Yogan malah justru akan mengusik kebahagiaannya atau bahkan menghancurkannya lagi. Mobil Olivia masuk ke pekarangan rumah. De
Read more
Bab 37 - Dering Telepon
Terjadi. Ancaman Yogan pada Olivia benar-benar terjadi. Sebuah paket diperuntukkan untuk Olivia datang bertubi-tubi. Lima paket yang sama di lima hari yang berbeda datang untuknya. Dengan gemetaran Olivia menerima paket dari seorang tangan kurir suruhan Yogan. Anehnya lagi Olivia tidak pernah merasa pernah memberikan alamat tinggalnya pada laki-laki gila itu. Dan hari ini adalah puncak dari kiriman paket yang tidak pernah Olivia buka sama sekali. Kali ini sebuah nomor tidak dikenal mengirim Olivia sebuah pesan singkat dan memintanya untuk melihat isi dari kotak yang dikemas rapi itu. Olivia menjerit lalu terduduk lemas di lantai ketika membuka isi kotak yang ternyata adalah dua ekor bangkai tikus. Sejenak Olivia teringat akan sesuatu. Mungkinkah tikus ini melambangkan Si Kembar? Batin Olivia. Olivia memberingsut menjauh. Olivia ketakutan ditengah sepinya rumah. Hingga tiba-tiba saja Dante muncul dari pintu depan dan tampak kaget dengan apa yang ditem
Read more
Bab 38 - Penculikan
Tangan yang menggenggam tangan Olivia berkeringat ketika Dante menceritakan semuanya pada Lussi dan Reihan. Olivia tidak peduli aibnya terbongkar dihadapan kedua sahabatnya itu. Di dalam pikiran Olivia saat ini hanyalah keselamatan Devandro dan Deliandra semata. Kedua bocah gembul itu sama sekali tidak pantas menerima perlakuan karena ulahnya terdahulu. Lussi memutar posisi duduknya menghadap Olivia. Genangan airmata terlihat di sana. “Kenapa kamu nggak bilang, Via? Kenapa kamu bungkam padaku selama ini.” Olivia menepuk punggung tangan Lussi. “Sudah berlalu, Lu. Nggak perlu diungkit-ungkit lagi. Sekarang yang terpenting anak-anakmu. Yogan sudah mengenali Si Kembar dua kali.” “Kalau gitu untuk sementara Si Kembar nggak usah ke sekolah dulu.” Reihan mengambil alih topik obrolan. “Aku pikir itu adalah solusi paling aman.” “Nggak, Rei. Kalau Si Kembar nggak ke sekolah seperti biasanya, maka Mama Elok akan curiga. Mama sudah tua dan aku nggak mau k
Read more
Bab 39 - Selamatkan Aro
Percikan air membangunkan Olivia dari pingsannya. Olivia menyipitkan mata karena silaunya lampu yang menerangi ruangan yang terbilang asing untuknya itu. Rasa sesak mulai dirasakan Olivia akibat debu dan minimnya sirkulasi udara. Olivia memeriksa sekeliling dengan matanya. Ia mencoba menerka serta mencari tahu di mana lokasinya saat ini. Nihil. Tidak ada informasi yang bisa Olivia dapatkan. Kalau begini caranya akan sulit bagi Olivia menyelinap dan meminta bantuan orang sekitar. Pintu besi yang sedari tadi tertutup terbuka lebar. Seringai menjijikkan milik laki-laki brengsek itu mendadak membuat Olivia ingin muntah dihadapannya. Yogan berjongkok, menarik dagu Olivia mendekat. Kemudian tanpa Olivia sadari Yogan sudah melumat bibir Olivia begitu rakus seolah bibir Olivia adalah oase di padang pasir. Olivia memberontak, tapi tangan yang beralih fungsi mencengkram tengkuk Olivia saat ini amat begitu kuat. Yogan menjelajah begitu dalam sehingga mengambil kesempatan Olivia untuk m
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status