All Chapters of DANGEROUS LOVE: Chapter 31 - Chapter 40
59 Chapters
ORANG KETIGA
Setelah seminggu di kampung halaman Jenar, keduanya akhirnya pulang kembali ke kota. Rasanya masih sulit dipercaya oleh Jenar, dia sungguh menikah dengan Remo. Ajaib rasanya. Remo tak mau buang waktu, dia langsung meminta bantuan jasa pindahan untuk memindahkan barang-barang Jenar ke rumahnya.  Tidak banyak barang memang, dan terlihat jomplang di rumah Remo, tapi sayang juga kalau tidak dipakai. Sampai malam hari Jenar sibuk merapikan barang-barangnya.  "Keliatan cocok gak kalau kulkas aku kuletakin di kamar kita?" tanya Jenar meminta pendapat. Remo yang sedang sibuk membaca skrip untuk film baru hanya mengangguk sekenanya. "Apa gak kita jual aja dengan harga murah? Di dapur kita udah ada kulkas besar." "Jangan deh, lumayan ini buat tempat naruh minuman." Jenar menolak.  Remo menutup skripnya, lalu merenggangkan tangan.  "Kamu besok ada sy
Read more
JUJUR
Gadis cantik bernama Nana itu mendekat ke arah Jenar, tapi Remo berusaha menghalanginya. "Mau apa lu, gila?!" hardik Remo takut kalau Nana akan berbuat nekad dan menyakiti Jenar.  Nana justru menangis di hadapan Jenar, meringkuk seolah memohon dikasihani. "Lu sama gue tuh sesama perempuan, lu pasti tau perasaan gue, gue hamil anaknya Remo! Tolong bantu gue!" isak Nana sambil menatap lekat mata Jenar.  Remo segera mendorong Nana agar keluar. "Kita omongin lain kali aja, gue mohon! Gue baru balik ama Jenar dari kampung, perjalanan jauh, gue juga habis sibuk pindahan! Kita capek, ini udah malam, Na!" "Gue tau, kok! Lu baru aja nikah sama dia, makanya gue sengaja datang sekarang! Gue mau minta sedikit belas kasihan aja dari dia, gue gak bohong!" jerit Nana yang makin membuat kepala Jenar pusing.  Jenar bingung harus mempercayai siapa dalam situasi rumit begini. Apakah Remo mengatakan yang
Read more
I LOVE U
Mendengar pengakuan mengejutkan yang dilontarkan Remo barusan, hati Jenar cukup hangat, dia sama sekali tak tahu kalau motivasi Remo pada malam itu memang karena dia tertarik padanya. Meski bagaimana pun, hal itu tidak bisa dibenarkan, Jenar tetap saja terenyuh. Perlahan Jenar mendekati Remo, meraih tangannya, lalu mereka berpelukan. Remo memeluk Jenar dalam-dalam, kuat-kuat, dia seakan sedang mengirimkan perasaannya kepada Jenar melalui dekap yang berlangsung lama itu.  "I love you," bisik Remo di telinga Jenar. Jenar terdiam, tidak menjawab. Remo menarik dagu istrinya itu, menatap pada bola matanya yang indah. "Kamu kok gak balas, sih?" protesnya agak bermanja. "Perlu banget?" ledek Jenar setengah bergurau. Remo pura-pura cemberut, bibirnya dia majukan, Jenar kemudian mencubitnya gemas. "Iya ...! iya ...! I love you too! I love you so much!" katanya seraya menyatukan bibir
Read more
PENGAKUAN JACKSON
Sedang jam istirahat makan siang di kantor tempat kerja Jenar. Tak disangka, Nana datang menemuinya dan mengajak untuk makan bersama di kafetaria. Jenar sebetulnya ingin menolak, tapi karena Nana sudah datang jauh-jauh, akhirnya dia turuti saja permintaan gadis itu, apa lagi saat ini dia tidak sedang dalam kondisi mabuk.  Jenar dan Nana duduk berhadapan, Jenar hanya menyantap seporsi salad saus tomat sedang Nana cuma minum kopi. Anehnya lagi, Nana menyulut sebatang rokok dengan cueknya. Jenar bingung tentu saja, sebab yang dia tahu berdasarkan pengakuan Nana, dia sedang hamil saat ini. Gila saja jika seorang ibu hamil malah merokok, apa lagi usia kehamilan masih muda, pikir Jenar. Namun, dia memilih untuk menyimpan keresahannya sendiri saja, tak mau protes lantaran merasa tak punya urusan untuk mencampuri Nana.  Diam-diam juga tanpa sepengetahuan Jenar, di meja belakang, Jackson sedang makan siang pula, pria itu menajamkan pendenga
Read more
ADEGAN RANJANG
Jenar mundur perlahan, tak nyaman dengan tatapan Jackson yang seakan siap untuk menerkam. "Gue gak bisa menerima lu, lu tau kan kalau gue udah nikah? Jangan gila deh!" tolak Jenar cepat. Rahang Jackson tampak mengeras, tinjunya pun mengepal. "Nar, gue denger sendiri apa yang terjadi! Si Remo punya anak dari cewek lain, apa yang lu harapkan dari dia? Hah?!" Jackson mencengkeram kedua lengan Jenar. Jenar segera menepisnya.  "Gue hargai niat baik lu Jackson, tapi lu gak tau apa-apa! Kenyataan gak selalu sama dengan apa yang lu kira! Gue ..., gue masih percaya kok sama Remo! Tolong hargai keputusan gue, gue percaya sama suami gue, dia gak seburuk yang lu kira, Son." Jenar menarik napas panjang, lantas berbalik badan hendak pergi, tapi sekali lagi Jackson menarik tangannya. "Aku suka sama kamu, Nar! Please! Dulu aku kalah sama Jaka, tapi sekarang aku harus kalah lagi sama Remo?!" Air mukanya berubah sendu. 
Read more
MEMBUJUK JENAR
Mata Jenar melotot agak lebar, sulit untuk mencerna apa yang baru saja dikatakan oleh suaminya. Tangannya bahkan sampai berhenti bergerak di atas talenan.  "Hah? Adegan ranjang? Adegan buat apa itu? Kayak apa?" Tidak. Jenar tidak sepolos itu sampai tak memahami perkataan Remo, dia tahu apa itu adegan ranjang, hanya saja dia memang sengaja ingin menguji jawaban Remo, entah apa yang akan dia jelaskan sekarang. "Ya ... Kamu tau, dong!" Remo menyahut santai. "Nope! Aku bukan aktor loh, Yang. Aku gak tau spesifiknya itu kayak gimana dan bagaimana." Cukup masuk akal alasan Jenar. "Ya ..., you knowlah, orang di ranjang ngapain! Jangan pura-pura, deh!"  "Ya ... Apa? Aku gak pura-pura, Remo! Bisa aja kan orang di ranjang main gaplek!" Jenar tetap kukuh ingin meminta penjelasan. "Ya ... Oke, aku akan jelasin!" Remo menghadap kepada Jenar.
Read more
PENGUNTIT
"Nar, gue bisa minta tolong gak?" Ratna, salah seorang karyawan, teman sekantor Jenar menghampiri meja kerja Jenar dengan sebuah file di tangan. Jenar yang sedang menatap laptop segera menoleh. "Hm? Apaan?" tanyanya. "Mesin foto kopi kita rusak, nih. Bisa pergi ke depan dulu gak? Foto kopiin file ini, gue lagi sibuk banget sumpah. Minta tolong ama OB juga lagi pada repot mereka di bawah, ada satu lantai yang mau dipake buat rapat besar jadi mereka mesti bersih-bersih di sono. Lu bisa bantu kan? Ini file udah gue kumpulin semua, lu tinggal minta kopi aja." Ratna meletakkan sebuah tumpukan file itu di atas meja kerja Jenar. "Aduh, kenapa sih yang kayak gini-gini selalu jadi bagian gue? Gak Ratu, gak Ratna, lu bedua tuh ngatur gue mulu!" protes Jenar. "Duh, mohon pengertian dong Nar! Lagian, kan lu gak lagi sibuk-sibuk amat. Lu keluar juga enak kali, bisa sekalian ke kafe bentar buat beli kopi!" kata Ra
Read more
POSSESIVE
Jenar detik itu juga menghubungi Remo, dan meminta untuk bertemu. "Kamu harus jelasin saat ini juga! Kalau kamu gak dateng, ya udah aku akan bawa kasus ini ke polisi, orang suruhan kamu akan aku jebloskan ke penjara!" ancam Jenar terlalu naik pitam. Dia tak habis pikir bahwa Remo akan melakukan tindakan begitu piciknya, sekaligus sangat konyol, menguntit istri sendiri? Terlalu tak masuk akal. Remo tak punya pilihan selain datang juga akhirnya. Setelah menunggu setengah jam, Remo datang meninggalkan lokasi syutingnya. Wajahnya sedikit pucat, sedang Jenar masih terlihat sangat murka. "Aku akui dia emang suruhan aku, tapi sekarang tolong biarkan dia pergi. Ini cukup urusan kita berdua aja." Jenar menghela napas panjang. Dia biarkan akhirnya orang suruhan Remo untuk pergi, mereka juga tak mungkin bicara empat mata di sana, Jenar mengajak Remo masuk ke dalam sebuah kafe sepi di dalam mall, dia tak acuhkan pesan yang masuk dar
Read more
TAMU TAK DIUNDANG
Langit malam bertabur bintang, Jenar duduk di ayunan yang terdapat di teras belakang, menunggu Remo yang belum pulang dari lokasi syuting. Sejak peristiwa penguntitan yang diperintahkan oleh Remo, hubungan mereka memang menjadi lebih dingin dan kaku, Remo sering pulang telat atau tidak mengabari Jenar kapan dia akan pulang. Dan Jenar selalu berakhir mesti menunggu kepulangannya dengan hati dongkol. Satu pesan pun tidak dia terima. Jenar sendiri merasa dirinya masih terus diawasi oleh orang suruhan Remo, hal itu tidak membuat dia merasa nyaman dan aman, melainkan justru merasa takut dan cemas. Jenar melipat tangan di dada, ayunan bergerak perlahan, matanya terus awas menatap ke luar pagar dari sisi samping halaman, lahannya lebih tinggi sehingga Jenar bisa melihat siapa yang ada di jalan dari halaman belakang maupun samping. Dia yakin betul ada seseorang yang mengawasi dirinya dari balik kegelapan di ujung jalan sana. "Gak dari si cewek aneh
Read more
MAMA
"Ma-ma-masuk, Tante ..., maksud saya, Mama." Jenar kagok dan segera mempersilakan mama Remo untuk masuk ke dalam rumah.  Namun, sebelum mamanya masuk, Remo langsung mengambil tempat di hadapan Jenar. "Mau ngapain datang ke sini?" tanyanya sedingin es batu. "Remo ..., kenapa kamu bilang gitu?" bisik Jenar di belakang kepala Remo agar tak terdengar mamanya. "Jangan ikut campur Jenar, rumah ini masih rumah aku, harus aku yang menentukan siapa yang bisa masuk sini atau enggak." Sambil berkata begitu, Remo menatap tajam kepada mamanya, mamanya pun menatap lekat balik kepada putera yang lama tidak dia jumpai itu. Atmosfer berubah menjadi begitu kelam dan suram. Jenar terjepit dalam posisi yang sulit. Bagaimana tidak, ini adalah kali pertama dia berjumpa dengan mama Remo, ibu mertuanya, tapi di saat bersamaan, dia tak bisa menyambut dengan selayaknya sebab hubungan yang buruk antara Remo dan mamanya. D
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status