All Chapters of DANGEROUS LOVE: Chapter 41 - Chapter 50
59 Chapters
CINLOK?!
"Oke cut!" Suara dari sutradara menghentikan gerak Remo dan lawan mainnya yang sedang beradegan romantis di atas tempat tidur. Remo memasang muka cemberut, sudah lebih dari lima kali mereka mengulang adegan yang sama. Penyebabnya selalu lawan mainnya yang kikuk dan juga sutradara yang terlalu banyak menuntut. "Please yah! Ini tuh adegan ranjang, bukan adegan sembarangan! Kemistrinya di mana?! Kok lu ragu-ragu dipegang sama Remo?!" Sutradara menghardik sang aktris utama wanita. Remo berkacak pinggang, menghela napas sambil sesekali melirik kesal kepada lawan mainnya itu. "Yang serius, dong! Lu pernah berhubungan intim gak sih?!" timpalnya jengkel. Aktris utama wanita bernama Yuki itu meremas tangannya gugup di depan dada. "Sorry ya, gue bener-bener gak tau mesti ngapain!" "Ya udah mending lu bedua latihan dulu deh! Lu tentukan mau adegannya kayak apa! Senyaman
Read more
RISIKO JADI ARTIS
Jenar menata meja makan sekali lagi, memastikan semua siap dan layak untuk makan malam romantis dia dan Remo.  "Dia pasti capek malam ini, udah seharusnya aku gak nambah-nambahin masalah dia." Jenar menghela napas kemudian mengecek jam dinding. Bentar lagi dia bakal sampe, batinnya. Meninggalkan meja makan, Jenar berlalu ke ruang tamu untuk menyalakan TV. "Nonton acara gosip aja kali ya? Ketimbang boring gue nungguin dia." Jenar mengganti channel melalui remote.  Tak ada firasat sama sekali ketika acara gosip itu menayangkan berita seputar syuting terbaru Remo untuk film mendatang. Sampai tiba muncul dugaan cinta lokasi. Jenar mengernyitkan kening. "Apa-apaan nih?! Cinlok?"  "... Hal ini belum dikonfirmasi oleh Remo maupun Yuki, namun produser berkata hal itu bisa saja terjadi mengingat kedekatan tak biasa di antara mereka berdua. Lantas bagaimana kabar pernika
Read more
SATU KEBOHONGAN
Syuting berjalan lancar sampai siang menjelang, Remo dan Yuki beristirahat sementara sutradara mengambil adegan lainnya dengan pemeran pendukung. "Makan siang udah datang belum, sih?" tanya Remo kepada Putri, salah satu asistennya. "Udah, mau makan nasi kotak?" tanya Putri. "Emang makan siangnya nasi kotak? Mending pesan aja deh! Yang lain, bosan makan nasi kotak!" Sementara Remo fokus bicara dengan Putri, sebuah taksi berhenti di depan area syuting. Jenar turun dari taksi itu dengan membawa sebuah rantang yang cukup besar. "Sayang ...! Makan siang ...!" seru Jenar sambil berlari mendekat. Remo terbelalak, dia tak menduga sama sekali kalau Jenar sungguh merealisasikan niatnya, dia sangka apa yang dikatakan Jenar kemarin tidak lah serius. Semua mata tertuju kepada Jenar saat ini. Termasuk mata para kru, Yuki dan juga Putri yang telah lebih dahulu mengenal Jenar. Remo berdiri dan m
Read more
CERAI SAJA
Remo makin naik pitam dengan perlawanan yang diberi Jenar. Dia merasa ditolak, direndahkan, dan dianggap remeh. Kian melonjak emosi, Remo menahan tubuh Jenar dengan tubuhnya sendiri.  "Lepasin aku Remo! Mestinya bukan aku yang kamu larang untuk ketemu Jaka atau siapa pun, tapi kamu yang stop ngikutin aku! Aku muak kamu intai!" teriak Jenar terus memberontak. "Kamu milik aku! Aku gak mau kamu ketemu siapa pun selain aku!"  "Kamu butuh obat penenang, Remo! Please! Kamu akan nyesal lakukan ini ke aku!" erang Jenar. Remo memberi satu ciuman yang menyakitkan bagi Jenar. Tak mampu menahan segala perih yang mendera, Jenar meringis, "Lebih baik kita cerai aja ..., please ...." Bagai tersambar petir di siang bolong, Remo terdiam selama hampir satu menit. Jenar juga kaget melihat diam nya Remo, dia tatap mata Remo, Remo tak bicara sama sekali, hanya aura yang meruak dari tubuhnya
Read more
MALAM ROMANTIS
Pupil mata Remo membesar, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. "Berobat? Berobat apa? Emangnya aku sakit apa?" tanya Remo dingin. Jenar menghela napas agak panjang. "Kamu tau sendiri kekurangan kamu, kamu harus menerima itu semua, Mo. Jangan menyangkal, ini demi kebaikan kamu." "Bukan itu yang aku tanya, aku tanya ... apa sakit aku? Jelasin dong kalau memang itu benar, biar aku gak menyangkal lagi." Remo terdengar sinis, Jenar tahu Remo tak senang sama sekali. "Kamu bikin aku berada di posisi yang sulit, Mo ... kamu sadar gak sih?" Jenar menatap lurus Remo, ditepisnya rasa ragu dan takut yang sempat hinggap di dada. "Kita gak bisa lanjut kalau terus kayak gini, kesabaran aku ada batasnya!" tegas Jenar sambil berdiri. "Terus mau kamu apa? Kamu mau aku bilang kalau aku ini gila? Orang gak waras? Mau kamu umumkan ke seluruh dunia? Kalau suami kamu ini ..., yang katanya aktor terkenal
Read more
BAHAYA DI DEPAN MATA
Cahaya senja masuk menembus kaca gedung perkantoran, membuat meja kerja Jenar tampak menguning dan jingga. Dia rapikan file-file di tempatnya, lantas dia tutup laptop. Pulpen, pensil, semua masuk ke dalam kotaknya, dan tersusun rapi.Jenar menggendong tas, siap untuk pulang. Namun, Jaka tiba-tiba berlari ke hadapannya. "Nar, kamu gak apa-apa kan?""Soal apa?" Jenar balik bertanya."Ya ... You know, suami kamu, si Remo, soal aku ngomong sama kamu kemarin, buat minta maaf."Senyum Jenar mengembang. "Kalem aja, gak ada masalah apa-apa kok, lagian kita kan sekantor, satu kampung lagi, mau diam-diaman sampe kapan? Ya kan? Gak mungkin banget." Jenar tertawa kecil. Menutupi apa yang terjadi sebetulnya di antara dia dan Remo."Oke deh, syukur kalau dia ngerti. Eh, mau aku antar pulang gak?""No no no ..., kalau untuk yang satu itu, duh maaf-maaf aja nih, aku belum punya nyali!" tawa Jenar.
Read more
PERMINTAAN NANA
Air mata. Hanya air mata saja yang semalaman menemani Jenar di dalam kegelapan yang menyesakkan. Rasa sesal tak menuruti perkataan Remo menghinggapinya, harusnya dia dengarkan apa kata Remo. Harusnya. Kalau saja dia tahu bahaya apa yang ada di depannya, dia takkan biarkan dirinya melakukan hal yang begitu bodoh, menolak seseorang untuk terus menjagainya. Dalam hati Jenar terus merapalkan doa, dia sadar dia penuh dengan kesalahan, khilaf dan dosa, tapi untuk setidaknya kali ini saja, dia berharap dia diampuni dan diselamatkan. Dia ingin kembali kepada Remo, tanpa kurang satu apapun. Dia merindukan bau tubuh Remo, suaranya yang tajam tapi lembut serta sikapnya yang jutek namun penyayang. Jenar kangen semua itu. ***Remo bolak-balik ke kamar lalu ke dapur, lalu ke halaman belakang, ke toilet, semua tempat sudah dia cek, tak ada tanda-tanda keberadaan Jenar. "Sial!!" Remo berteriak untuk merilis amarah sekaligus kecemasannya. Kalut, t
Read more
ISTRI KEDUA
Hanya terdengar suara piring dan sendok beradu selama Jenar dan Remo makan, mereka tak bicara sama sekali. Jenar masih penasaran apa yang membuat Nana melepaskannya, dia ingin tahu kenapa ancaman yang diberikan Nana tak terjadi kepadanya. Habis makan, Remo dan Jenar  mandi, mereka masih membisu. Remo langsung sibuk membaca naskah lagi sebelum tidur. Saat itulah Jenar berusaha mendekatinya, lalu bertanya lembut, "Apa kesepakatan kamu sama Nana?" "Kesepakatan apa?" Remo balik bertanya tanpa mengabaikan naskah di depan matanya. "Aku ini gak bodoh, Remo. Aku tau ada sesuatu, jawab aku, jawab dengan jujur, aku janji gak akan marah. Aku cuma butuh kejujuran sebelum aku cari tau sendiri." Remo menutup naskah di tangannya, lalu menatap Jenar lurus-lurus. "Apa yang mau kamu tau? Aku jujur!" "Apa yang membuat Nana akhirnya melepaskan aku? Kamu tau apa ancaman dia ke aku? Kamu tau?! Ng
Read more
PREMIER FILM
Sampai tiba saatnya syuting film Remo berakhir, dia tak juga rujuk dengan Jenar, mereka masih seperti berada di puncak gunung es. Malam itu Remo pulang membawa sebuket bunga mawar merah, diniatkan untuk membujuk Jenar. Remo menyerahkan buket bunga itu sambil berkata, "Besok kamu datang kan? Ke gala premier film aku. Di sana aku juga akan umumkan resepsi pernikahan kita, aku akan undang para wartawan juga!"  "Kenapa?" Suara Jenar masih tetap sinis. "Kamu mau menjual hubungan kita sebagai gimik untuk meningkatkan jumlah penonton kamu? Iya? Supaya film kamu laku keras? Banyak yang nonton? gitu?" "Pernikahan kita bukan gimik Jenar!" teriak Remo, agak kesal. "Kadang aku bingung mau kamu apa, aku udah jelasin ke kamu posisi aku, aku cuma minta sedikit pengertian." Remo kembali bicara dengan intonasi yang lebih lembut dan pelan. Mata Jenar membesar. "Gokil, hebat kamu, minta punya istri dua itu kamu bi
Read more
BUJUK RAYU SUAMI
"Kamu masih marah sama aku?" tanya Remo sehabis dia Menutup pintu rumah. Mereka baru saja kembali dari acara premier film. Jenar melepas jaketnya lalu langsung duduk di atas sofa dengan cuek. "Penting ya emangnya gimana perasaan aku sekarang?" "Kenapa sih, Nar? Udah-udahin lah ngambeknya, kan bentar lagi kita ngadain  pesta pernikahan kita, gimana kalau kita sekarang fokus mikirin gaun pernikahan kamu? Terus juga katering, apa lagi ya yang kita butuhin?" Remo ikut duduk di samping Jenar, mencoba untuk memperbaiki suasana hati Jenar. "Bodo amat, aku udah gak peduli lagi, paling entar aku minta sama ibu aku buat ngirimin kebaya." Remo menghela napas panjang, dia memutar otak, mencari ide. "kamu mau temanya apa? jangan kebaya, dong. Kan kita udah nikah tradisional di kampung kamu, kali ini harus spektakuler! Harus megah, mewah. Hm?" Remo menarik tangan Jenar dengan lembut lalu mengecup punggung tan
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status