Semua Bab Bukan Istri Cadangan: Bab 31 - Bab 40
73 Bab
Part 31
Caliana  memilih untuk berenang demi menghilangkan kesalnya. Kalau bukan karena Carina dia tidak akan se-bad mood ini. Ia berenang sebanyak dua putaran sebelum menghentikan aksinya di salah satu sisi kolam renang. Menyandarkan punggungnya dan mendongakkan kepala untuk menerima pancaran sinar matahari yang sebenarnya ia tahu tidak baik untuk kulitnya. “Masih bad mood?” suara seseorang membuat Caliana membuka mata. Seketika Caliana bertatapan dengan mata coklat yang tertunduk ke arahnya. Tampak sama basahnya. Jelas sekali ia juga selesai berenang. Caliana mengabaikannya. Memilih untuk kembali menutup mata. Gelombang air memberitahu Caliana kalau pria itu juga sudah masuk ke dalam kolam. “Aku mewakili mereka untuk minta maaf.” Lanjut Adskhan ketika tak mendapat respon dari Caliana. “Maaf untuk apa?” tanyanya sinis, sedikitpun tak berniat membuka mata. “Untuk s
Baca selengkapnya
Part 32
Gita melirik jam tangannya. Ia juga melirik Caliana. Belum waktunya mereka check out dari penginapan namun sahabatnya itu dengan segera membereskan pakaiannya setelah selesai mandi. Wajahnya yang tampak cemberut membuat Gita tak banyak bertanya dan memilih mengikuti apa saja yang dilakukan sahabatnya. Ia tidak mau ditinggalkan Caliana di kota yang tidak ia kenal.Caliana benar-benar pergi, bahkan ia tidak berpamitan atau mengkhawatirkan keponakannya. Gita mengekorinya saja tanpa ingin bertanya karena takut.Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore ketika Caliana menepikan mobilnya di jalan sebelum lingkar Nagreg, tempat yang beberapa waktu ini menjadi trending di media sosial karena dijadikan tempat berfoto. Gita bertanya-tanya sendiri apakah sahabatnya itu hendak melakukan hal narsis dengan ikut berfoto di sana? Tapi waktu sebentar lagi gelap, apa yang ingin ditunjukkan gadis itu di fotonya?Namun ternyata Gita salah. Karena Caliana menepi bukan untuk berself
Baca selengkapnya
Part 33
Caliana sampai di rumahnya pada pukul sepuluh malam. Sebelumnya dia mengantarkan Gita ke kontrakan gadis itu. awalnya Caliana meminta gadis itu untuk menginap di rumahnya. Namun setelah berpikir cukup lama, Gita akhirnya menolak karena dia tidak mau repot bolak-balik ke kontrakannya besok sebelum pergi ke kantor. Dan kini Caliana merasa bersyukur sahabatnya itu tidak ikut menginap di rumahnya, karena saat Caliana membuka pintu gerbang, mobil Gilang sudah ada di sana.Kembarannya itu memang memiliki pintu cadangan kediaman Caliana, jadi Caliana tidak terkejut melihat keberadaannya disana.Caliana membuka pintu depan setelah selesai kembali mengunci gerbang rumahnya. Kakak kembarnya itu sedang menonton televisi dengan semangkuk mie instan di tangan. “Darimana?” tanyanya tanpa repot-repot menoleh.“Kondangan temen di kota sebelah.” Jawabnya. Ia memilih duduk di samping kakaknya dan meminta mie yang ada di tangan kakaknya. Gilang tidak menola
Baca selengkapnya
Part 34
Jam makan siang datang. Gita menyenggol lengan atas Caliana dengan sikutnya lalu mengedikkan kepalanya ke arah pintu. Tepat dimana Haikal berada dan tersenyum ke arahnya. "Ayo kenalin." Mohon Gita dengan bisikan yang teramat pelan. Caliana melirik ke arahnya kemudian mendelik. "Makan siang bareng, boleh?" Tanya Haikal yang sudah berdiri di dekat meja Caliana. Caliana hanya tersenyum dan mengangguk. Ia meraih dompetnya dan berdiri. Mengajak Gita turut bersama mereka. "Dia Gita. Kalian udah kenalan kan tadi." Caliana buka suara. Haikal mengangguk. Gita melambaikan tangannya dan tersenyum manis pada pria di depannya. Haikal hanya membalas dengan menunjukkan lesung pipi manisnya. Mereka bertiga berjalan menuju lift. Ruangan kerja tim lain pun tampaknya sudah mulai kosong. Bersamaan dengan mereka memasuki lift,  mereka melihat Adskhan berjalan bersama dengan ketua tim audit. Lantas tiba-tiba Caliana mengingat ucapan Gila
Baca selengkapnya
Part 35
Caliana masih membeku di tempatnya. Menatap Adskhan dengan bingung. "Ayo." Ucap pria itu lagi. "Tidak usah, Sir. Saya akan memesan taksi atau ojek online." Tolaknya halus. Dia tidak mungkin berkata kasar sementara saat ini mereka masih berada di lingkungan kantor dan ada satpam yang mengawasi. "Ini perintah, Ana." Jelas sekali Adskhan tak ingin ditentang. Caliana melirik satpam yang sedang berjaga yang dengan terang-terangan balik menatapnya dan Adskhan bergantian dengan mimik bingung. Tak ingin terus menjadi tontonan. Caliana akhirnya mengekori Adskhan. Pria itu membukakan pintu penumpang bagian depan untuknya. Awalnya Caliana menduga mereka akan disupiri oleh supir pribadi Adskhan. Tapi Caliana salah. Karena jelas kursi kemudi dalam keadaan kosong meskipun mesin mobil masih menyala. Adskhan memutari bagian depan mobil dan duduk di balik kemudi. Tanpa banyak kata lagi, pria itu melajukan mobil kelua
Baca selengkapnya
Part 36
Adskhan terbangun tanpa membuka mata dan merasakan pegal di lengan kanan bagian atasnya. Seketika ia tersadar bahwa saat ini dia sedang tidak berada di kamar tidurnya sendiri. Tersentak, Adskhan membuka mata dan melihat sisi dimana Caliana tidur kosong. "Ana?" Panggilnya dengan suara serak. Adskhan terduduk dan mencari sekeliling ruangan dan menyadari kalau Caliana tengah bersujud di atas sajadah. Hatinya melega seketika. Adskhan melirik jam tangannya, lalu Ia pun turut turun dari atas tempat tidur. Adskhan berjalan menuju kamar mandi. Mencuci muka dan membersihkan diri seadanya. Ia bersikap seolah rumah itu rumahnya sendiri. Setelahnya dia kembali ke kamar dan melihat Caliana sudah melepas mukenanya. Rambut gadis itu tampak basah. "Kamu mandi?" Tanya Adskhan terkejut. Caliana menyentuh rambutnya dan mengangguk. "Bukannya kamu gak enak badan? Memangnya demam mu sudah turun?" Adskhan mendekat dan hendak menyentuh dahi Caliana. Namun Caliana m
Baca selengkapnya
Part 37
Adskhan kembali ke dalam rumah. Ia berjalan langsung menuju ke dapur dan mencari alat makan sebelum kemudian memindahkan bubur yang dibelinya ke atas mangkuk dan meletakkannya di atas nampan beserta segelas air putih hangat yang sengaja dia tuang dari dispenser. Caliana masih berbaring dalam posisi memunggungi pintu. Tubuh gadis itu terlihat gemetar pelan dan napasnya tampak pendek-pendek. Adskhan meletakkan nampan di atas nakas lalu kemudian menyentuhkan kembali punggung tangannya di dahi gadis itu. Panas. Sepertinya kali ini ia harus memaksa gadis itu untuk pergi ke rumah sakit. “Ana, makan dulu sarapannya.” Adskhan menyentuh pundak gadis itu. Caliana mengerang lirih, namun kemudian berbalik dan memandang Adskhan. “Buburmu, sudah aku minta sesuai seleramu pada tukang buburnya.” Ujarnya. Dahi Caliana mengerut. “Aku menghubungi Syaquilla dan dia bilang cukup mengatakan bubur Neng Ana dan tukang buburnya mengerti
Baca selengkapnya
Part 38
Baik Adskhan dan Caliana keduanya terdiam. Caliana tahu dia sudah melewati batas. Tidak seharusnya dia menanyakan hal yang begitu pribadi. Terlebih mungkin hal ini akan sangat menyakiti perasaan Adskhan karena pria itu terpaksa mengungkit masa lalu yang mungkin sebenarnya sangat ingin dia lupakan. Caliana merasa ia telah mengeluarkan pertanyaan yang salah. Ia hendak meralat pertanyaannya namun kemudian Adskhan bersuara. “Bukankah pertanyaan semacam itu lebih baik kamu ajukan pada orang yang mengenalku?” ia balik bertanya. Caliana mendongakkan kepala, balik memandang pria itu. “Jika kau bertanya langsung padaku, bagaimana jika aku memutarbalikan fakta?” Caliana terdiam. “Itu bisa saja terjadi. tapi mendengar dari orang lain pun belum tentu mendapatkan jawaban yang sebenarnya. Bisa saja mereka melebih-lebihkan dan turut memutar balikan fakta hanya supaya Anda terlihat lebih baik. Tapi bisa juga sebaliknya. Jadi le
Baca selengkapnya
Part 39
Caliana mengangkat tubuhnya dan mendekati Adskhan. Adskhan sudah menutup mata dan bersiap menerima tamparan dari tangan Caliana. Namun sedetik setelah menutup mata, ia membelalakkan mata dan menatap Caliana tak percaya.   Panas yang menyebar di pipinya bukanlah panas akibat tamparan. Melainkan karena tangan gadis itu merangkum wajahnya dengan kedua tangannya dan bahkan dengan tak bisa Adskhan bayangkan, gadis itu mengecup bibirnya. “Ana?” cicit Adskhan saat gadis itu sudah kembali duduk di tempatnya, seolah semua itu tidak pernah terjadi.   Caliana mengabaikan panggilan pria itu dan memilih membaringkan tubuhnya kembali di atas tempat tidur dan menyembunyikan tubuhnya ke balik selimut. “Aku lelah. Dan benar-benar mengantuk. Aku mau tidur.” ucapnya ketus.   “Ana?” Adskhan kembali menyebut nama gadis itu.
Baca selengkapnya
Part 40
Di waktu yang sama di tempat lain. "Ayolah..." Tangan Syaquilla terus menerus menggoyangkan lengan Carina. Carina yang sedang fokus dengan buku bacaannya kini menghentakkan buku nya ke atas meja dan melotot ke arah sahabatnya. "Qilla, Itan itu masih dalam Mad Mode On, you know?" Ucapnya dalam bahasa Inggris yang malah membuat Syaquilla terkekeh geli. "I tuh lagi learning English. Please do not disturb." Lanjut Carina dengan kesal. "Lagian kenapa sih maksa-maksa buat ngehubungin Itan?" “Penasaran aja.” Jawab Qilla dengan lugunya. “Abisnya Papa pagi-pagi udah nanyain bubur buat Itan. Jangan-jangan mereka sarapan bareng. Itu berarti Itan gak Mad Mode On sama Papa. Iya, kan?” tanya Syaquilla penuh harap. Carina menyipitkan mata. “Kalo gitu, itu namanya gak adil dong!” ujarnya kesal. “Kenapa gak a
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status