All Chapters of Selamat Malam, Tuan Ares: Chapter 21 - Chapter 30
2667 Chapters
Bab 21
Satu per satu, para penonton mulai mengutuk wanita itu. "Benar sekali. Kau sudah dewasa, bagaimana kau bisa menindas anak kecil?"Melihat situasinya memanas, wanita itu buru-buru berbisik kepada Jenson dengan wajah merah padam, "Maaf."Jenson berkata dengan dingin, "Jangan lagi memarahi Mommy-ku."Rose memandang Jenson dan matanya menjadi sembab.Di hati Jenson, Mommy adalah segalanya. Ia terlalu banyak berutang pada anak itu.Wanita itu dengan cepat mengangguk dan melarikan diri dari tempat kejadian.Masalahnya sudah diselesaikan. Rose memegang bahu Jenson dan bertanya dengan lembut, "Jens, bolehkah aku mengantarmu ke kelas?"Jenson melihat ke pintu masuk sekolah dan langkahnya melambat. Ada banyak keengganan di matanya.Rose memeluk Jenson.'Anak itu jelas takut pergi ke taman kanak-kanak, jadi kenapa ia harus dipaksa? Mungkin sesuatu yang buruk terjadi sebelumnya yang membuat Jenson tidak nyaman berada di sini."Rose dengan lembut bertanya, "Jenson, kau tidak ingin pergi k
Read more
Bab 22
"Kenapa?" Rose langsung bertanya."Bertengkar dengan orang tua teman sekelas Jenson dan membuat anak itu bolos sekolah… Dan kau masih berani bertanya?”Jay mengertakkan giginya, amarah yang ia tahan sepanjang hari akhirnya ia luapkan.Rose juga balas marah pada Jay.Tampaknya Nancy yang licik pasti mengadu tentang tindakannya.Wajah Rose mencibir. "Tuan Ares, apa kau tahu kenapa aku menghadapi orang tua itu? Kenapa aku mengeluarkan Jenson dari sekolah? Itu karena—"Jay menyela dengan tenang, "Aku tidak perlu tahu kenapa. Apa yang telah kau lakukan sudah cukup untuk menunjukkan betapa tidak dewasa dan terbelakangnya dirimu!"Rose segera membalas, "Aku menghadapi orang tua busuk itu karena ia menyakiti Jenson dan mengkritik caramu membesarkannya. Apakah kau tahu betapa buruknya hal itu dapat mempengaruhi Jens?"Tuan Ares, kau tidak berhak mengkritikku sebelum menyelidiki apa yang terjadi lebih dulu."Jay memandang tatapan tegas Rose dan mengangkat alisnya. Setelah tidak melihatnya
Read more
Bab 23
Walaupun Rose langsung bergegas ke Kaki Langit Berwarna, tapi kondisi jalan yang macet dan waktu yang singkat membuatnya harus telat kembali.Jay berdiri di balkon taman di lantai dua vila dan menatap Rose yang bergegas masuk. Sebuah cibiran muncul di wajah dinginnya."Nona Rose, lagi-lagi kau telat."Rose mendengar suara dingin yang datang dari atas kepalanya dan jiwanya hampir meninggalkan tubuhnya karena ketakutan. Ketika ia melihat ke atas, ia disambut oleh senyum terkutuk Jay.Rose terengah-engah dan mencoba mengatur napas. Yang bisa ia kerahkan setelah lari cepat diiringi putus asa adalah serangkaian kata-kata yang putus. “Tuan— Ares— Jalan— Mengemudi…” Setelah beberapa kata, ia mulai bernapas dengan berat.'Tuan Ares mengemudi di jalan, ya? Kalimat yang sangat menarik. "Wajah Jay berubah gelap, segelap arang."Bisakah kau berbicara dengan benar?" Jay mendengus.Masih terengah-engah, Rose berkata, "Tuan Ares—— Jalanan pagi ini macet—— Itulah sebabnya —— Aku—— terlambat."
Read more
Bab 24
Kedua anak kecil itu diam-diam bersembunyi di balik tangga di lantai dua dan menyaksikan debat menarik antara Rose dan Jay.Rose, sang penentang, bersikap pasif."Tuan Ares, kau selalu meremehkan segala sesuatu tentangku dan kau tidak pernah puas akan apa pun yang aku lakukan. Bagaimana denganmu? Kau membiarkan wanita yang berbeda menjemput dan mengirim anak-anakmu ke dan dari sekolah, tetapi pernahkah kau memikirkan apakah hal itu akan mempengaruhi Jenson atau tidak?""Rose, metodeku cukup baik. Aku tidak memerlukanmu untuk mengingatkanku. Selain itu, wanita berbeda yang kau bicarakan semuanya adalah kerabat Jenson. Kaulah yang berpikiran kotor. Kenapa harus mempermasalahkan apa yang aku lakukan?” Kata Jay dengan marah."Bagaimana dengan Nancy? Bagaimana hubungannya dengan Jenson?”"Rose, kau tidak punya hak untuk ikut dalam kehidupan pribadiku.""Aku tidak peduli dengan kehidupan pribadimu, tapi tolong buka matamu saat mencari pacar. Jangan temukan ibu tiri yang jahat untuk Jen
Read more
Bab 25
"Okay." Jenson menangguk.Robbie menuruni tangga. Ketika Jay dan Rose mendengar langkah kaki anak itu, pertengkaran mereka berdua berhenti tiba-tiba.Robbie berjalan ke arah kedua orang itu. Ia menatap mata merah Mommy yang bengkak dan kemudian kembali menatap Jay; Ia merasakan gelombang kemarahan yang tak bisa dijelaskan pada Ayah.Ia tidak pernah menyangka bahwa atasan besar Mommy-nya itu ternyata adalah Ayahnya yang ia pikirkan siang dan malam.Meskipun Ayah terlihat keren, tampan dan kaya raya, tapi yang memperlakukannya paling baik di dunia adalah Mommy. Ia tidak akan pernah membiarkan siapa pun menindas Mommy. Bahkan Ayah sekalipun."Jenson. Apa yang kau lakukan di sini? Cepat naik, Nona Nancy harus mengantarmu ke taman kanak-kanak nanti." Jay menatap putranya, sedikit mengernyit. Ia sepertinya melihat sedikit kebencian terhadapnya di mata anak itu.Itu tidak pernah terjadi sebelumnya.Robbie berjalan kea rah Jay dan mengangkat kepalanya.Jay membeku.Jenson biasanya men
Read more
Bab 26
Jay dan Rose melihat ke arah "Jenson" dengan kaget.Kata-kata "Jenson" mengkhawatirkan bagi Jay dan Rose.Rose memandang Jay dengan gugup, takut Jay akan curiga.Jay memelototi Rose dengan waspada, bibirnya yang tipis dan menawan mencibir. "Rose, mungkinkah Jenson menebaknya?"Rose melihat nyala api membubung dari mata Jay dan hatinya gelisah.Daripada membiarkan Jay mengetahui tentang kebenaran, Rose pikir akan lebih baik untuk mengatakan setengah kebenaran padanya. "Aku punya anak perempuan," katanya perlahan. "Satu tahun lebih muda dari Jenson ... Selama dua hari ini, ia demam. Aku terlambat karena harus merawatnya."Jay mengerutkan keningnya.Ia jijik oleh pemikiran wanita itu yang menemukan pria lain dan membuat bayi setelah meninggalkannya.Jay menyela dengan kasar, "Aku tidak ingin tahu tentang keluargamu. Karena kau tidak punya waktu untuk mengurus Jenson dengan sepenuh hati, kau tidak seharusnya mengambil pekerjaan ini sejak awal. Kemasi barang-barangmu dan segera perg
Read more
Bab 27
Jay menatap dengan tajam ke arah Rose.Tapi, Jay harus memuji putranya terlebih dahulu. "Bagus sekali," kata Jay.Mendengar pujian dari Ayah, Robbie langsung bertanya dengan girang, "Jadi, Rose bisa tinggal?""Tidak," Jay berkata dengan tegas.Rose tahu apa yang mengganggu Jay dan dengan cepat berkata, "Bukan aku yang mengajarkan kedua puisi itu.”Jay pasti berpikir bahwa Rosa berusaha keras untuk menjejalkan cinta keibuan ketika mereka bertemu sebagai ibu dan anak.Ketika Robbie melihat ekspresi panik Mommy, ia menyadari ia telah melakukan kesalahan.‘Kedua puisi itu adalah mengenai cinta seorang ibu.‘‘Pantas saja Ayah tidak senang.’Robbie buru-buru berkata, "Ayah, tolong jangan langsung mengambil kesimpulan. Kau juga bisa mengujiku akan hal lain!"Jay memandang "Jenson" yang tidak normal dan bertanya, "Apa lagi yang kau pelajari selama dua hari ini?"Robbie melihat piano di sebelahnya, kemudian ia berjalan ke piano itu dan memainkan karya berjudul Ayah.Jay sangat terke
Read more
Bab 28
Robbie panik dan buru-buru merangkak ke bawah tempat tidur untuk bersembunyi.Ketika Jenson sudah memastikan bahwa Robbie telah bersembunyi, Jenson berjalan ke pintu dan membukanya, wajahnya yang tampan tanpa ekspresi memandang Jay.Jay menatap dengan curiga ekspresi gunung es anaknya dan mengerutkan alisnya. Apa yang terjadi dengan ekspresi animasinya sebelumnya.Mengacak-acak rambut hitam Jenson, Jay mengucapkan selamat tinggal pada putranya."Ayah akan pergi bekerja sekarang. Pengasuh akan mengantarmu ke sekolah. Tidak masalah, kan?”Mata Jenson menunjukkan penolakan, tetapi ia masih mengangguk dengan patuh dan menjawab, "Uh-huh!"Jay memperhatikan keraguan itu dan mengingat apa yang dikatakan Rose kepadanya. Anak-anak dan orang tua di taman kanak-kanak itu mungkin tidak terlalu ramah kepada Jenson. Kekhawatiran muncul di hati Jay.Sosoknya yang tinggi tiba-tiba jongkok, dan ia bertanya pada Jenson dengan sangat serius, "Katakan pada Ayah. Benarkah kau tidak suka pergi ke tam
Read more
Bab 29
Kali ini, Jenson tiba-tiba menganggukkan kepalanya dengan patuh!Ia tidak ingin Mami berpikir bahwa ia adalah anak yang buruk.Setelah Rose menurunkan Jenson di sekolah, Jenson memasuki gerbang sekolah dengan sikap yang sangat baik.Rose sedikit tertegun. Mengapa anak ini begitu baik hari ini? Ia benar-benar mendengarkan apapun yang aku katakan?Sore hari, Rose pergi ke taman kanak-kanak untuk menjemput Jenson.Saat Jenson keluar dari taman kanak-kanak, Rose hampir menangis.Kemeja putih bersih Jenson dipenuhi kotoran dan tinta, dan wajahnya dipenuhi banyak tanda karena diintimidasi oleh murid lain. Ada banyak bekas cakaran yang panjang, serta belahan di bibirnya yang mengeluarkan darah segar.Setelah melihat Rose, Jenson berjalan ke samping, jelas ia tidak ingin memperlihatkan Rose kekacauan yang ia alami.Rose berlari dan menarik Jenson ke pelukannya. "Jenson!"Sambil memeluk Jenson dengan erat, air mata Rose mengalir.Jenson memandang Rose. Sebelumnya, ada saat-saat di man
Read more
Bab 30
Setelah Rose membawa Jenson pulang dan menenangkannya, ia segera menelepon Jay.“Halo, Tuan Ares, Jenson sudah pulang. Anak itu mengalami penghinaan di sekolah hari ini. Aku harap kau benar-benar dapat mengatasi penolakan Jenson terhadap sekolah— "Rose dengan serius memberitahunya tentang situasi Jenson, tetapi ia tidak dapat menjelaskan dengan gambling karena Jay menyela dengan kasar. "Rose Loyle, bolehkah aku mengingatkanmu bahwa ini bukanlah tempatmu untuk mengajariku cara mendidik anakku sendiri."Kata-katanya adalah pernyataan yang jelas tentang siapa yang menguasai anak itu.Rose menghela napas tanpa daya.“Kau bisa pulang sekarang. Aku akan segera tiba. " Setelah mengatakan itu, Jay menutup telepon.Lalu ia memberi perintah pada Grayson. “Parkir mobil di samping.”Tak lama kemudian, Rose keluar dari vila keluarga Ares sambil membawa dompetnya. Ia tampak seperti sedang terburu-buru saat ia bergegas menuju halte bus.Saat Jay hendak keluar dari mobil, ia berubah pikiran s
Read more
PREV
123456
...
267
DMCA.com Protection Status