All Chapters of Amagl's Bride: Chapter 41 - Chapter 50
55 Chapters
41. Siapa? 1
“Tuan, Anda sudah kembali?” tanya Penyihir Putih yang memang menunggu kepulangan Xavier. Tidak seperti apa yang dibayangkan oleh dirinya, ternyata pembicaraan Xavier dan Blax menghabiskan banyak waktu. Xavier bahkan kembali kala fajar menyingsing dengan kondisi yang tidak terlalu baik. Penyihir Putih bisa melihat jika Xavier benar-benar kelelahan. Penyihir Putih sendiri merasa cemas, dan penasaran mengenai apa yang sudah terjadi. Ia memang harus kembali lebih cepat ke desa, untuk memastikan jika pertahanan tetap dalam kondisi baik.“Xavion menjebak kita,” ucap Xavier tiba-tiba membuat Penyihir Putih terkejut.“Apa maksud Anda, Tuan?” tanya Penyihir Putih meminta penjelasan lebih lanjut.Saat akan menjawab, tubuh Xavier limbung dan membuat Penyihir Putih dengan sigap menangkap tubuh sang tuan. “Orang yang aku temui di istana itu bukanlah Blax, melainkan Xavion. Aku hampir mati saat berhadapan dengannya,” jawab Xavie
Read more
42. Siapa? 2
“Ka, Kau siapa?!” tanya Amora dengan nada tinggi. Jelas terlihat jika Amora tengah merasa ketakutan. Xavier sama sekali tidak menjawab pertanyaan Amora. Ia malah meraih tangan Amora dan menariknya untuk jatuh ke dalam pelukannya.Jelas Amora berontak untuk melepaskan dari pelukan itu. Namun, ia sama sekali tidak bisa melepaskan diri. Ia malah mendengar perkataan yang membuat bulu kuduknya berdiri seketika. “Jika aku bukan Xavier, suamimu. Lalu, kau pikir siapakah aku?”   Amora menggigit bibirnya, merasa benar-benar takut karena Xavier yang kini tengah memeluknya terasa begitu asing dan menakutkan baginya. Ia bahkan hampir menangis saat itu, tetapi kecupan pada kening Amora membuatnya tersadar dari gelombang rasa takut yang membuat tubuhnya bergetar hebat. Amora bertatapan dengan Xavier yang menatapnya dengan begitu lembut. “Sebenarnya apa yang kau khawatirkan, Amora? Aku Xavier. Mem
Read more
43. Penyerangan 1
“Argh!” seru Amora sembari terbangun dari tidurnya. Ia terduduk dengan napas terengah-engah, dan segera menyentuh lehernya.“Kau sudah bangun.”Amora menoleh dan segera berusaha menghindar dari Xavier yang berniat melakukan kontak fisik dengannya. Tentu saja, Xavier mengerti mengapa Amora bertindak seperti itu. Amora kini berada di sudut ranjang dengan menjadikan bantal sebagai tameng yang melindunginya dari Xavier. Amora bahkan tidak yakin jika pria di hadapannya ini adalah Xavier. Masih lekat dalam ingatan Amora apa yang terjadi tadi malam. Bagaimana pria yang menyamar menjadi Xavier, mencekiknya dengan penuh nafsu untuk membunuh. Amora masih mengingat seberapa rasa sakitnya saat jalan napasmu diputus paksa. Itu terasa sangat menyakitkan.“Menjauh dariku!” seru Amora.Melihat jika Amora begitu ketakutan, Xavier pun sadar jika apa yang sudah terjadi tadi malam pasti sangat mengguncang Amora. Jika saja mereka bisa salin
Read more
44. Penyerangan 2
Xavier berdiri dengan gagah berani memimpin pasukannya. Penyihir Putih dan Vheer masing-masing berdiri di sisinya. Hoia terlihat menggunakan wujud rasaksanya dan melebarkan kedua sayapnya dengan penuh keberanian. Ternyata, barrier sempurna yang dipertahankan oleh Xavier dan Penyihir Putih dengan mudah bisa dihancurkan oleh pasukan musuh. Untungnya, semua wanita dan anak-anak sudah berhasil di evakuasi hingga mereka tidak perlu mencemaskan apa pun mengenai perang yang akan terjadi selanjutnya. Perang yang memang terjadi lebih awal daripada yang diperkirakan oleh Xavier, mengingat Xavion sudah berhasil menemukan celah untuk menyusup ke dalam markas mereka. Xavier mengeluarkan pedang yang terbuat dari air dan udara yang Xavier bekukan dengan sihirnya. Ia menatap tajam pada pasukan musuh yang ternyata dipimpin oleh langsung oleh Xavion yang mengenakan topeng dan jubahnya, lalu ada pula Meghan, dan Whein yang tak lain adalah para bawahan terpercaya Xavion.“Serang!” se
Read more
45. Luka Masa Lalu 1
Dengan penuh kemarahan, Xavion pun melesat dan mencekik Amora dengan kuat. “Dewa sialan! Aku, benar-benar akan menghancurkan semua rencana busukmu! Aku akan membuat semua orang menderita, sama seperti menderitanya aku di masa lalu!” seru Xavion dengan penuh kebencian, sama sekali tidak mempedulikan Amora yang berusaha untuk melepaskan diri dari cekikan yang benar-benar menyakitkan.   Mendengar seruan Xavion, Amora pun menyadari sesuatu. Xavion, adalah seseorang yang memiliki luka mendalam di hatinya. Seseorang yang terlampau kecewa, hingga membuatnya marah dan tidak mau lagi percaya pada siapa pun di dunia ini, termasuk Dewa sekali pun. Amora menghentikan upayanya untuk melepaskan diri dan menatap netra biru keperakan milik Xavion yang hanya menyorot penuh dengan rasa benci. “Kau bisa marah dan kecewa, tetapi hal salah jika kau melampiaskan kemarahanmu pada orang yang tidak bersalah,” ucap Amora terbata-bata karena c
Read more
46. Luka Masa Lalu 2
“Tuan, sekarang apa yang harus kita lakukan?” tanya Vheer setelah memindahkan semua wanita dan anak-anak ke bangunan yang masih berdiri dengan kokoh.Setelah pasukan pengikut Xavion benar-benar ditarik dari desa tersebut, Xavier dan Penyihir Putih memilih untuk fokus dengan masalah yang berada di depan mata mereka. Xavier memang belum sepenuhnya tenang, tetapi kini dirinya sudah bisa berpikir lebih jernih. Ia sama sekali tidak bisa melacak keberadaan Amora, dan ia pun tidak bisa membuka portal menuju dunia Savyrh, seakan-akan ada hal yang sudah memblokirnya dari sana. Tadinya, Xavier berpikir jika dirinya bisa mendapatkan informasi dari Lilith atau para wanita yang juga berada dalam rombongan evakuasi. Namun, hal itu tidak bisa dilakukan. Karena hingga saat ini, mereka semua tidak sadarkan diri. Sudah dipastikan jika semua ini adalah ulah Xavion.“Aku tidak bisa mengambil langkah yang gegabah. Atau akan ada banyak kerugian yang kita tanggung nantinya,
Read more
47. Tantangan
Xavion duduk di tepi ranjang dan mengamati raut wajah Amora yang terlihat tidak baik-baik saja. Kini, Amora masih belum terbangun dari tidurnya. Ia masih berada di dalam dunia mimpinya. Tentu saja, hal inilah yang diharapkan oleh Xavion. Akan sulit untuk membuat Amora mengetaui apa yang tejadi di masa lalu saat dirinya sadar, karena hal itu akan membuatnya tertekan dan kembali jatuh tak sadarkan diri. Karena itulah, Xavion memilih untuk menunjukkan semuanya pada Amora dengan membuatnya menjelajah di dunia bawah sadarnya. Xavion mengulurkan tangannya dan mengusap pipi Amora dengan lembut. “Lihat semuanya dengan detail, Amora. Lalu nilailah kembali, aku atau Xavier yang pantas untuk disebut sebagai orang yang kejam,” ucap Xavion.Sisil yang berdiri di sekat ranjang melihat tindakan lembut Xavion dengan kening mengernyit. Setelah mendapatkan peringatan keras dari Xavion, Sisil memang bertindak lebih berhati-hati mengenai menunjukkan perasaannya. Meskipun dirinya memi
Read more
48. Kehancuran Amagl
Xavion membuka kelambu dan melihat sosok Amora yang seakan-akan berubah menjadi sosok peri yang tengah tertidur. Ia terlihat begitu cantik, dan anggun dengan balutan gaun indah yang ia kenakan. Kulit, rambut, bahkan kukunya terawat dengan baik akibat Xavion yang menugaskan Sisil secara khusus untuk merawat Amora yang masih tenggelam dalam alam bawah sadarnya. Benar, Amora masih menjelajah dunia yang Xavion ciptakan. Dunia yang menunjukkan dengan jelas, tiap detail kejadiam di masa lalu yang seharusnya Amora ketahui. Xavion pun duduk di tepi ranjang dan mengusap lembut pipi Amora, seakan-akan sedikit sentuhan kasar bisa saja membuat Amora terluka. Tak lama, Xavion meletakkan telunjuknya tepat pada kening Amora. Lalu sinar abu-abu muncul dan sedetik kemudian Amora membuka matanya dan terengah-engah seakan-akan dirinya sudah menemui hal yang sangat mengejutkan baginya.Xavion hanya membiarkan Amora begitu saja, dan mengamatinya dalam diam. Seolah-olaj yakin jika Amora akan tenan
Read more
49. Kenangan
Vheer terlihat fokus memeriksa persenjataan yang akan digunakan dalam peperangan yang sudah ditentukan. Ia memang diberikan tanggung jawab untuk memeriksa semua persenjataan, sementara Xavier tengah fokus memberikan arahan bagi para siluman yang jelas belum memiliki pengalaman dalam berperang. Sementara itu, Vheer yang memang sudah mengetahu strategi dan jalur yang akan ditempuh dalam perang nanti, memilih untuk segera memeriksa peralatan untuk peperangan nanti. Karena ini juga adalah salah satu faktor penentu kemenangan mereka dalam perang. Mengingat, bahwa tidak semua siluman yang menjadi pengikut setia Xavier memiliki kemampuan untuk menggunakan sihir. Jadi, senjata-senjata ini benar-benar diperlukan oleh mereka.Setelah memeriksa jika semuanya berada dalam kualitas baik, Vheer pun ke luar dari gudang dan menatap langit malam yang terlihat begitu gelap. Karena sudah tidak ada lagi barrier, kini Vheer bisa melihat langit dengan leluasa. Namun, langit malam seakan-akan ingin
Read more
50. Perang
“Tuan, mereka benar-benar datang,” ucap Blax melaporkan situasi terkini pada Xavion yang kini duduk di singgasan yang seharusnya ditempati oleh kaisar yang agung. Namun, Gilbert yang masih berada di bawah kendali XavionXavion yang masih mengenakan topengnya terlihat menyeringai. “Sesuai dengan apa yang aku harapkan darimu, Xavier,” gumam Xavion terlihat begitu puas dengan apa yang tengah terjadi saat ini.Blax yang mendengar hal itu tentu saja mengernyitkan keningnya. Seakan-akan Xavion memang sudah memperikarakan langkah inilah yang akan diambil oleh Xavier. Namun, Blax tidak mengatakan apa pun dan memilih untuk menunggu perintah seperti apa yang akan diberikan oleh Xavier selanjutnya. Tentu saja, sejak awal Blax dan yang lainnya sudah menempatkan pasukan mereka di barisan terdepan sebagai lapisan keamanan yang jelas akan dihadapi oleh pasukan lawan sebelum benar-benar memasuki pusat kekaisaran yang tampaknya akan menjadi medan perang mereka.
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status