All Chapters of Amagl's Bride: Chapter 31 - Chapter 40
55 Chapters
31. Persiapan Perang 1
Amora berusaha untuk menghindari Xavier. Rasanya ia begitu malu karena tadi malam menghabiskan malam yang panas tanpa merasa terpaksa sama sekali. Benar, Amora terlalu larut dalam sentuhan manis dan nuansa yang menghanyutkan. Ia tidak bisa menolak saat Xavier sudah jelas-jelas mengatakan jika ia ingin melakukan hal lebih daripada tidur bersama malam itu. Saat ini, Amora berpura-pura tertidur, berharap jika Xavier bangun dan pergi tanpa mempedulikan dirinya. Ia berharap jika Xavier segera pergi, karena saat ini Amora merasa tidak nyaman. Tubuhnya terasa lengket dan pegal. Rasanya ingin segera membersihkan diri dengan berendam di dalam kolam yang penuh air hangat dan aroma terapi. Pasti itu akan membuat tubuh Amora kembali rileks dan nyaman.“Kalau begitu, mari berendam bersama.”Amora seketika membuka matanya saat mendengar suara Xavier. Apalagi, ucapan Xavier menyambung dengan apa yang sebelumnya Amora katakan. Ia pun berbalik, dan melihat Xavier y
Read more
32. Persiapan Perang 2
“Kau harus masuk,” ucap Lilith menyadarkan Amora dari lamunannya.Setelah pembicaraannya dengan Xavier tadi pagi, Amora memang lebih sering terlarut dalam dunianya sendiri. Ia tidak bisa melupakan raut wajah, nada bicara, hingga sorot mata Xavier ketika dirinya menjawab pertanyaan Amora mengenai kebenaran dari sosok Xavion. Amora pun bisa menarik kesimpulan, jika sebenarnya Xavion bukanlah sosok Amagl Agung yang sebenarnya. Karena Xavier jelas-jelas berkata jika Xavion telah mencuri posisi yang seharusnya menjadi miliknya. Itu berarti, seharusnya Xavier yang menjadi Amagl Agung dan menjaga kekaisaran. Memang benar seluruh kaum Amagl memiliki tugas yang sama, yang tak lain adalah menjaga keseimbangan dunia. Namun, hanya satu orang Amagl yang berhak mendapatkan gelar Amagl Agung. Ialah yang nantinya akan bertugas sebagai pemimpin kaum Amagl dan memastikan jika portal pengubung dunia manusia serta dunia Savyrh tetap berada dalam kondisi baik.Karena pada dasar
Read more
33. Markas Baru 1
“Pakai jubahmu dengan benar,” ucap Xavier sembari memakaikan jubah pada Amora.Pagi-pagi sekali, Xavier dan seluruh pengikutnya sudah bersiap untuk  melakukan perjalanan. Ternyata, Xavier akan membawa semua orang untuk berpindah tempat ke markas baru yang selama ini ternyata sudah dipersiapkan oleh Xavier dan Penyihir Putih. Setelah kejadian di mana Amora terganggu oleh mimpi buruknya, Xavier ternyata lebih menunjukkan perhatiannya pada Amora. Seperti saat ini saja, setelah memakaikan jubah, Xavier menggenggam tangan Amora dengan erat dan membawanya untuk melangkah pergi bersama menuju desa. Ternyata orang-orang juga sudah bersiap untuk pergi. Kali ini, karena kekuatan Xavier sudah meningkat pesat, Xavier akan membawa semua orang berpindah dengan cepat menggunakan portal yang terhubung ke markas baru mereka.“Apa kalian sudah siap?” tanya Xavier.“Kami sudah siap, Tuan,” jawab semua orang dengan kompak.Xavier pun
Read more
34. Markas Baru 2
“Kau akan pergi ke mana?” tanya Amora pada Lilith yang tampaknya akan ke luar dari gua.Meskipun kini mereka sudah berpindah ke markas baru yang jelas lebih aman dan tersembunyi, tetapi Xavier ternyata masih saja harus ke luar dari tempat tersebut untuk mengurus sesuatu yang tidak bisa dikatakan pada Amora. Karena kini Amora sudah berbaikan dengan Lilith, jadi Amora bisa menghabiskan waktu dengannya dengan nyaman. Karena kali ini Xavier lagi-lagi sibuk dengan kegiatannya di luar desa, jadi Amora rasa tidak ada salahnya jika menghabiskan waktu dengan Lilith. Karena dirinya memang hanya bisa menghabiskan waktu dengan Lilith, karena yang lainnya disibukkan dengan kegiatan mereka masing-masing. Mendengar apa yang ditanyakan oleh Amora, Lilith menghentikan langkahnya dan bertanya balik, “Memangnya kenapa?”Kini Amora dan Lilith berhadapan di dekat lorong gua. Amora pun menjawab, “Bukankah Xavier meminta kita untuk lebih berhati-hati? Itu artiny
Read more
35. Kontak 1
Xavier berdiri di tengah-tengah lahan yang terlihat seperti bekas hutan yang telah terbakar hangus. Ia menatap ke sekelilingnya dengan pandangan sendu. Tempat tersebut sangat berarti bagi Xavier. Bahkan, masa lalunya sebagian besar dihabiskannya di tempat ini. Dalam artian, tempat ini memang memiliki tempat tersendiri dalam ingatan Xavier. Namun, penampilan tempta tersebut kini sangat berbeda dengan ingatan Xavier. Ia pun memejamkan matanya, merasakan kesedihan yang terekam jelas di alam di mana dirinya tengah berpijak. Kesedihan berpadu dengan kemarahan dan kekecewaan, membuat suasana tiba-tiba menjadi sangat berat dan udara pun tersa begitu menekan. Xavier tahu, jika kemarahan tersebut alam alamatkan kepadanya.Mereka marah karena sebagai seorang Amagl, ia tidak bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Ia tidak bisa menjaga keseimbangan alam, dan membuat dunia di mana dirinya tinggal menjadi rusak seperti ini. Bahkan, kaum Amagl sendiri menjadi musnah. Salah satu dari kaum me
Read more
36. Kontak 2
“Pergilah ke bukit itu, petik bunga kecil dengan kelopak putih dan putik keemasan. Jika dikeringkan dengan baik, lalu diseduh dengan air hangat, itu akan menjadi obat batuk yang sangat baik untuk anak-anak,” ucap Lilith sembari menunjuk sebuah bukit yang di puncaknya ada sebuah pohon berdaun rindang.“Apa aku pergi sendiri?” tanya Amora.Lilith mengangguk. “Aku harus mencari tanaman seperti yang kemarin kau cabut. Ternyata kita memerlukan tanaman itu lebih banyak. Aku akan menjemputmu lagi sekitar setengah jam kemudian,” ucap Lilith membuat Amora agak ragu. Jelas Amora takut jika dirinya akan ditinggalkan di tempat asing ini. Apalagi, ini daerah yang lebih jauh dari tempat kemarin. Seperti yang dikatakan oleh Lilith sebelumnya, ternyata mereka benar-benar pergi agak jauh dari mulut gua. Amora bahkan sama sekali tidak mengingat jalan yang sudah mereka lewati. Jika Lilith benar-benar meninggalkannya, maka Amora sudah dipastikan akan te
Read more
37. Menghabiskan Waktu 1
Amora membuka matanya yang terasa merekat dengan begitu erat. Napas Amora juga terasa sangat berat, seakan-akan ada sesuatu yang menekannya. Rasa sakit tiba-tiba menimpa kepalanya, membuat Amora meringis dan meneteskan air matanya. Jelas, Amora sadar jika saat ini dirinya tengah sakit. Sakit yang entah datang karena alasan apa. Padahal, sebelumnya Amora tidak merasakan sakit sama sekali, tetapi setelah jatuh tidak sadarkan diri kini Amora malah merasakan sakit seperti ini. Saat Amora masih tersiksa oleh rasa sakit itu, tiba-tiba merasakan keningnya disentuh oleh sesuatu yang terasa begitu dingin. Perlahan, Amora mengarahkan netra hijaunya untuk menatap hal yang membuat tubuhnya terasa lebih nyaman daripada sebelumnya.“Xavier,” gumam Amora dengan suaranya yang serak dan mengerikan. Xavier tidak mengatakan apa pun dan hanya memberikan tatapan dingin padanya. Entah mengapa, Amora malah menangis semakin keras.Xavier yang melihat hal itu, pada akhirnya mengulu
Read more
38. Menghabiskan Waktu 2
Amora menatap area latihan dengan tidak semangat. Jujur saja, Amora tidak berpikir jika hal yang dimaksud oleh Xavier dengan menghabiskan waktu ersama tak lain adalah mengunjungi area berlatih yang dibangun khus di desa tersembunyi yang mereka jadikan markas tersebut. Jelas, Amora lebih memilih untuk menghabiskan waktu di dalam rumah dengan membaca novel atau menghabiskan waktu di dalam rumah terasa lebih baik. Karena Amora sendiri sebenarnya tidak terlalu menyukai aktifitas fisik yang membuatnya harus berkeringat banyak. Melihat raut wajah Amora yang masam, Xavier pun bertanya, “Apa mungkin kau tidak menyukai kegiatan ini? Bukankah kau ingin lebih banyak menghabiskan waktu bersamaku?”“Tapi aku tidak suka menghabiskan waktu dengan cara ini,” keluh Amora. Untungnya, area berlatih yang akan mereka gunakan, terpisah dengan area berlatih yang digunakan oleh para siluman lain yang kini berlatih dengan dipimpin oleh Vheer dan Penyihir Putih.Rasa tid
Read more
39. Pertemuan 1
“Aku pergi dulu, ada hal yang perlu aku lakukan bersama Penyihir Putih. Ingat, jangan ke luar dari desa. Kali ini Lilith yang akan menemanimu berlatih. Setelah selesai, kau bisa bermain dengan Hoia dan anak-anak,” ucap Xavier lalu mencium kening Amora dengan lembut.Sedikit banyak, Amora merasa senang karena itu artinya, ia tidak akan mengalami hari yang teralalu berat karena berlatih di bawah pengawasan Xavier. Pria itu memang tidak melunak sama sekali saat melatih Amora. Ia menarapkan kedisiplinan yang tinggi saat melatih Amora memanah dan berlatih mantra sihir yang rasanya begitu sulit bagi Amora yang memang tidak memiliki bakat sihir sedikit pun. Amora pun mengangguk, tetapi ia menahan tangan Xavier sebelum berkata, “Saat kau pulang nanti, aku ingin membicarakan sesuatu. Apa boleh?”“Tentu saja. Sampai bertemu nanti sore,” ucap Xavier sebelum meninggalkan istrinya yang menuruti apa yang sudah dikatakan olehnya.Xavier perg
Read more
40. Pertemuan 2
Xavier terlihat serius untuk memastikan jika tempat yang dijadikan sebagai markas mereka benar-benar aman. Karena ternyata Xavion bahkan sudah bisa memasuki alam bawah sadar Amora, bahkan menciptakan dunia yang membuat Amora terus bermimpi buruk. Itu artinya, sangat besar kemungkinan bagi Xavion untuk menemukan keberadaan Amora dan desa ini. Namun, ini belum terlambat. Jika Xavier memperkuat perlindungan dari dalam, itu sudah lebih dari cukup untuk menyulitkan Xavion melacak keberadaan Amora. Setelah selesai melakukan hal itu, Xavier pun segera beranjak menuju area berlatih di mana Amora sudah menunggu untuk melanjutkan pelatihannya. Kini, Amora memang sudah belajar merapal mantra untuk menggunakan busur sihir. Namun, ia belum bisa melakukannya dengan baik.Masalah mimpi Amora yang tak lain adalah ulah Xavion, Xavier tidak mengatakan apa pun pada Amora atau yang lainnya. Karena Xavier yakin, hal itu hanya akan membuat situasi semakin rumit. Para pengikut pasti akan merasa cem
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status