Semua Bab Sangkar Pernikahan: Bab 51 - Bab 60
157 Bab
Jagad Marah dengan Tindakan Langit
Bara api amarah dalam diri Davina belum juga mereda. Danas baru saja pergi karena ada jadwal konsultasi, sedangkan Davina sudah selesai konsultasi sebelum bertemu Danas tadi. Meski kini sudah saatnya pulang karena tak ada lagi urusan di perkuliahan, Davina tak lantas beranjak dari tempat di mana ia berada.Davina merogoh ponsel dari dalam tas. Mencari kontak sang kakak dan mengeklik tombol panggil. Dalam beberapa detik saja teleponnya langsung tersambung.“Halo, Dav?” sapa Jagad dari balik sambungan telepon.“Kak Jagad!” sembur Davina, membuat Jagad terkejut.“Hei, hei, hei ... ada apa ini? Kamu sedang menangis?” tanya Jagad menggoda sang adik. Pria itu tahu jelas dari nada suaranya kalau Davina bukan menangis, tapi marah.“Aku sedang emosi, Kak!” pekik Davina lagi, tak sadar suaranya mengundang perhatian mahasiswa lain yang lewat di dekat tempat dirinya berada saat ini.“Kali ini kamu ke
Baca selengkapnya
Sandiwara Renata
Kelopak mata Danas bergerak. Keningnya sedikit mengerut kala ia mendengar suara dering alarm dari ponselnya. Tangan Danas terulur ke nakas yang berada di samping ranjangnya. Lalu ia meraba permukaan nakas itu untuk mencari letak benda pipih kesayangannya.Saat ia berhasil meraih benda pipih itu, Danas langsung mematikan alarmnya. Wanita itu pun bangkit dari tidurnya. Matanya masih sulit terbuka. Ia menggaruk kepalanya. Kemudian mengucek matanya. Berusaha sedikit membuka mata untuk mengecek jam yang tertera di layar ponselnya itu, Danas sedikit terkesiap karena ia telat setengah jam dari jam bangun ia biasanya.Wanita itu pun segera beranjak dari kasurnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi. Danas harap Langit tidak akan memarahinya kali ini.Usai mandi, Danas keluar dari kamarnya tepat saat ia keluar Renata kelua
Baca selengkapnya
Danas Hamil?
Seringkali Danas berpikir apakah akan lebih baik jika dirinya menghilang dari dunia ini. Berpikir kalau ia tidak sanggup lagi melanjutkan kehidupannya. Namun, setiap kali ia berpikir untuk menyerah selalu ada hal yang membuatnya yakin kalau ia masih sanggup melewati ini semua. Ia selalu menemukan satu alasan untuk kembali bertahan.Danas merapikan bukunya ke dalam tas. Hari ini, ia memiliki kelas siang. Wanita itu sudah bersiap untuk berangkat ke kampus. Danas kembali mematutkan dirinya di cermin. Membubuhi concelear di bawah matanya untuk menutupi bengkak matanya karena habis menangis.Setelah itu Danas pun merapikan alat make up dan beranjak dari duduknya. Wanita itu menyambar tas yang ia letakkan di atas meja. Melangkahkan kakinya lebar-lebar keluar kamar.Kepala pelayan yang berpapasan dengan Danas melemparkan s
Baca selengkapnya
Renata Mencoba Mencelakai Danas
Karena kondisi Danas yang masih lemas dan mual-mual, Langit tak mengizinkan istrinya itu untuk berangkat ke kampus. Bahkan Langit tak mengizinkan Danas melakukan apa-apa selain istirahat di kamarnya."Langit apa kamu tidak bekerja?" tanya Danas.Langit yang baru saja masuk ke dalam kamar Danas seraya membawa piring berisi buah-buahan langsung mendapat pertanyaan itu."Aku sudah memberitahu Rangga kalau hari ini tidak akan ke kantor. Aku ingin menjagamu hari ini."Mendengar kalimat penuh perhatian keluar dari mulut Langit tentu saja terasa asing di telinga Danas. Danas yang sudah terbiasa dengan sikap acuh tak acuh dan kasar dari Langit benar-benar merasa canggung di situasi ini.Wanita itu berusaha bangun dari tidurannya saat
Baca selengkapnya
Langit Memarahi Renata
Langit segera menghampiri Danas. Memegang bahu Danas dengan sorot wajah paniknya."Kamu tidak apa-apa?" tanya Langit kepada Danas.Danas mendongak, ekspresi meringis wanita itu menghilang. Wanita itu menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa," kata Danas jujur.Langit menggeram kesal. Ia mendongakkan wajahnya. Melihat Renata yang kini tengah melipat kedua tangannya di depan dada sambil melempar pandangan ke arah lain.Langit berdiri. Membisikkan kata tajam kepada kekasihnya itu. "Apa kamu memang sekasar ini?"Renata melirik ke arah kekasihnya. Keningnya mengerut tak suka. "Kamu menyalahkanku?!" kata Renata tak menyangka kalau Langit akan memarahinya. "Harusnya kamu bilangin ke istri kamu untuk tidak berjalan ke mana-mana. Aku h
Baca selengkapnya
Renata Mencuri Desain Danas
Di dalam kamar yang temaram, di satu sudut ruangan, Danas tampak sedang serius di depan meja dengan menggunakan lampu belajar sebagai penerangan. Waktu menunjukkan pukul sebelas malam, tetapi wanita itu masih tampak terjaga dan sibuk mengerjakan desain baju untuk tugas akhirnya. Danas membuat suatu goresan, menghapusnya, lalu mengulang proses itu berkali-kali di atas buku sketsa yang berisi kumpulan desain baju yang selama ini sudah ia gambar. Wanita itu dengan serius memikirkan desain yang akan menggugah dan menarik perhatian siapa pun yang melihatnya. “Ah, capek juga,” gumam wanita itu sembari meletakkan pensilnya, lalu bersandar di sandaran kursi. Danas kemudian memukul-mukul punggungnya yang terasa agak sakit, dan melakukan peregangan ringan karena bahunya mulai terasa kaku. Sesekali Danas melihat jam dinding. Waktu terus berjalan dan malam semakin larut. Namun, Danas bertekad untuk meyelesaikan desainnya malam ini.
Baca selengkapnya
Danas Mencuri Desain Renata?
Danas tidak bisa mengumpulkan desain miliknya sebagai tugas akhir. Tidak, di saat semua orang menganggap dirinyalah yang meniru desain milik Renata, padahal yang sebenarnya terjadi justru sebaliknya.Andai dirinya lebih dulu menyetor tugas akhirnya, apakah orang-orang akan percaya bahwa bukan dia yang meniru desain Renata?“Danas, mana tugas akhirmu?” tanya dosennya yang menagih desain miliknya.“Maaf ... saya lupa bawa. Boleh saya bawa besok?” jawab Danas yang telanjur berada di ruang dosen itu. Setiap pasang mata seakan menuduh dirinya. Susah payah Danas menahan air matanya yang hendak keluar. Ia menguatkan hatinya, bahwa bila dirinya menangis karena hal seperti ini, berarti ia kalah dari Renata.Wanita yang merupakan dosen penanggung jawab tugas akhir itu hanya mengembuskan napas lalu berkata, “Ya, sudah. Besok saya tunggu.”Danas tidak bisa tidak merasa lega atas kesempatan yang ia peroleh itu. I
Baca selengkapnya
Danas Sedang Mengandung Anakku
Mata Danas membesar ketika melihat siapa pemanggil dirinya. “Ini Langit,” kata Danas sedikit panik. Danas takut kalau Renata sudah mengadu duluan ke Langit soal kelas tadi.“Apa?” Davina lantas menaruh nampan yang tadi suah dia bawa, menarik tangan Danas keluar dari antrian untuk memesan makan. “Coba kau terima dulu saja telepon itu.”Danas terlihat ragu, apakah Langit akan marah-marah lagi?“Sudah, angkat saja dulu,” saran Davina. Tidak tega juga kalau Danas terlihat ketakutan begini.“Hallo?” sapa Danas sambil menatap Davina.“Aku ada di tempat parkir,” kata Langit langsung tanpa banyak basa basi.“Mau
Baca selengkapnya
Desain Danas yang Sempurna
Yang sebenarnya terjadi ketika pulang kampus, Danas kembali ke rumah dalam keadaan sedih, meski Davina membela habis-habisan tadi di depan kelas.Danas masuk ke dalam rumah berlinang air mata. Berjalan dengan cepat menuju kamarnya. Bi Surti melihat majikannya itu. Tangisannya terdengar pilu, meski Danas sudah di kamar, suara isak tangisnya masih terdengar.Bi Surti lantas berinisiatif ke kamar Danas, membawakan minuman dan makanan. Kalau bisa dia juga mau menenangkan majikannya. Meski Bi Surti yakin kalau yang dibutuhkan Danas saat ini adalah Langit.Bi Surti lantas mengetuk pintu kamar Danas.“Masuk!” kata Danas dari dalam kamar.Asisten rumah tangga senior itu lantas membuka pintu kamar dengan pelan. “Nyonya, makan dulu. Dari tadi nyonya sepertinya belum makan.”Danas menoleh ke arah Bi Surti, “Taruh saja di meja,” katanya sambil mengusap air matanya.Bi Surti melihat meja belajar Danas sudah ada
Baca selengkapnya
Aku Belum mau Hamil Sekarang
Entah yang ke berapa kalinya, saat ini Renata tengah mondar-mandir dengan perasaan tak tenang. Ia menggigiti kuku jempolnya tanpa sadar. Gelisah menunggu kepulangan Langit yang menjemput Danas.Tadinya ia mengira dengan Langit yang mengantarnya lebih dulu pulang adalah sebagai tanda pria itu lebih mementingkan dirinya. Nyatanya kini Renata merasa sebaliknya, justru karena Danas dijemput belakangan, maka kini mereka punya kesempatan untuk menghabiskan banyak waktu berdua. Tak seperti dirinya tadi, Langit dengan sangat jelas terlihat terburu-buru ingin segera kembali menjemput Danas.“Arrgghhh sialan!” raung Renata semakin meracuni hati dan pikirannya oleh amarah.Matanya yang memandang lurus ke arah jendela sedari tadi kini tampak melebar ketika melihat mobil Langit baru saja melintasi gerbang dan memasuk
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
16
DMCA.com Protection Status