All Chapters of Pendekar Mayat Bertuah.: Chapter 71 - Chapter 80
255 Chapters
Siluman kuda cantik
Akhirnya tubuh Darto dan Darso jatuh terperosok ke dalam jurang. "Aaahhh ... aaahhh ..." Brougs ...! Brougs ...! Tubuh mereka berdua pun jatuh tepat berada di pinggiran kolam yang unik itu dengan saling tumpang tindih. "Lho To, tadi aku kok merasa seperti ada yang menarik kakiku dari bawah, kok aneh ya?" ujar Darso dengan tubuh masih menindih saudara kembarnya itu. "Lha iya, aku pun juga merasakan seperti itu, tapi tolong kamu cepat turun to ...!" pinta Darto pada Darso yang memang masih menindih tubuhnya itu. Lalu Darso pun segera turun dari tubuh saudaranya itu dan kemudian mereka berdua segera bangkit dan berdiri. Masih dengan perasaan heran, mata Darso dan Darto nampak menyapu seluruh ruangan jurang itu seperti sedang mencari sesuatu. "Gimana So, apakah kamu melihat sesuatu yang aneh dalam jurang ini?" tanya
Read more
Siluman mesum
Buks, baks! Buks, baks! Buks, baks! Sungguh-sungguh luar biasa, meskipun dihantam pukulan dari dua manusia raksasa seperti Darto dan Darso nampak siluman kuda itu tidak merasakan sakit apa pun, dia terlihat hanya menggeleng ke kanan dan ke kiri mengikuti arah hantaman pukulan itu menyasar tanpa memperlihatkan ekspresi kesakitan sama sekali. Namun meski begitu, ada kejadian aneh yang terjadi pada diri siluman kuda itu manakala air yang ada di kolam jurang itu berubah warna menjadi merah tiba-tiba wajah siluman yang semula berupa perempuan yang cantik namun kini telah berubah menjadi wanita yang sangat tua dan keriput. Memang begitulah setiap kali air dalam sumur jurang itu berubah warna maka wajah sang siluman pun juga ikut berubah. Lalu setelah cukup lama dua saudara kembar itu menghujani pukulan kepada sang Siluman, akhirnya mereka berdua pun malah merasa capek sendiri. "Hihiyyeh, hihiyyeh,
Read more
Klimaksnya Sang Siluman
Darto dan Darso nampak masih belum bisa menentukan sebuah keputusan. Oleh siluman kuda itu mereka berdua benar-benar dibikin lemah dan dipaksa bodoh dalam waktu yang sama.  Ya, Darto dan Darso jadi lemah memang karena siluman kuda itu terlalu tangguh untuk bisa dikalahkan, juga terpaksa menjadi bodoh karena dihadapkan dengan dua pilihan yang memang sama-sama tidak ada enaknya bagi Darto dan Darso, yaitu antara menyetubuhi siluman atau tidak mendapatkan bunga itu selama-lamanya.  Sementara itu, seolah tahu dengan apa yang ada di pikiran Darto dan Darso, nampak siluman kuda itu juga sedang berpikir mencari cara agar supaya Darto dan Darso mau melakukan mantap-mantap dengannya.  'Sebaiknya aku buat kabur saja pandangan dua manusia ini, biar mereka mau menyetubuhiku, karena aku tau, kalau mereka berdua merasa tidak bernafsu dengan perwujudan ku yang seperti ini. Lalu tiba-tiba saja mulut s
Read more
Balas budi sang Siluman
Mendapat genjot dari lawan yang masih utuh staminanya, nampak siluman kuda itu hanya bisa pasrah, dengan mulut terlihat menganga dia nampak sangat menikmati tusukan demi tusukan yang dilancarkan oleh Darto.  Darto sendiri nampak begitu menikmati gigitan lobang milik sang siluman, tangan kanan yang semula dia gunakan untuk memegangi ekor siluman kuda itu kini dia gunakan untuk berpegangan pada pangkal pahanya, Darto sudah tidak menghiraukan lagi dengan ekor siluman yang sesekali menerpa wajahnya, dia nampak terus menghujamkan rudal kenyalnya itu dengan kuat dan semakin cepat hingga pada saatnya Darto nampak merasa kalau tidak lama lagi dia akan segera mencapai klimaks. Lalu demi bisa mendapatkan kenikmatan yang sempurna dalam puncak klimaksnya itu Darto nampak menarik mundur rudalnya dan baru kemudian dia hentakan lagi rudal kenyalnya itu dengan sangat kuat masuk ke dalam lobang sang siluman.  "Heeek'eh ...!"
Read more
Tidak lupa bayar hutang
"Malam Ki ..." sapa Darso pada lelaki tua itu. "Malam, lho kamu Nak Darso? Gimana apakah sudah dapat daun racun itu?" tanya Ki Jontor. "E, gini Ki, kami telah mendapatkan daun yang tumbuh di dalam jurang itu, tapi kok warna bintiknya tidak sama seperti yang kami cari ya?" ujar Darto terlihat kebingungan. "Emang seperti apa daun yang telah kamu dapatkan?" tanya Ki Jontor. "Ini Ki," sahut Darso sambil menunjukkan daun yang telah didapatkannya itu. Begitu melihat dan memeriksa daun racun itu, nampak Ki Jontor tidak langsung memberikan komentarnya, sesaat lelaki tua itu nampak seperti orang yang sedang berpikir, dan tidak lama kemudian dia pun kembali bertanya."Apakah kamu bertemu dengan Nyi Sendang?" tanya Ki jontor sambil menatap pada Darto dan Darso bergantian. "Nyi Sendang? Siapakah Nyi Sendang itu Ki?" tanya Darso nampak tidak tahu dengan nama yang di tanyakan oleh Ki Jontor tersebut. 
Read more
Pulang berjaya
Melihat ada dua orang yang datang dan hendak masuk ke dalam istana para prajurit penjaga yang berjumlah empat itu pun langsung menghadangnya. "Hei, berhenti!" seru salah satu prajurit penjaga. Darto dan Darso sebenarnya sudah banyak dikenal oleh para prajurit istana, itu dikarenakan saking seringnya mereka berdua datang ke kediaman Rakryan Dipasena. Karena tidak ingin ada keributan di pagi buta, Darto dan Darso pun langsung menghentikan langkah kudanya. "Aku Prajurit, ini aku! Tolong bukakan gerbangnya," seru Darto. Setelah mengamati dengan jelas barulah keempat prajurit penjaga tahu dengan dua orang yang datang itu. Dan begitu pintu gerbang utama Kerajaan Karma Jaya dibuka, Darto dan Darso pun segera langsung melaju kudanya masuk, dan karena memang masih sangat pagi jadi belum banyak orang yang melakukan aktivitas di situ, bahkan beberapa prajurit yang berjaga di kediaman para punggawa Kerajaan pun juga terlihat masih terlelap dalam tidurnya. 
Read more
Meracik Racun
"Begitu juga boleh, dan nanti sekalian langsung kita ajak mereka berdua ke pedagang perhiasan," jawab Darto sambil memberi usulan. "Ya baiklah, nanti mereka berdua biar milih sendiri perhiasan yang mereka sukai," timpal Darso nampak setuju dengan usulan saudaranya itu. Duk, duk, duk, duk ... Tiba-tiba terdengar suara langkah Rakryan Dipasena menuruni anak tangga ruang bawah tanah itu, dan begitu tahu kalau junjungannya telah datang Darto dan Darso langsung menata kembali posisi duduknya. Sambil membenahi posisi, nampak mata Darto dan Darso begitu kompak melirik tangan junjungannya itu yang terlihat menggendong kepingan uang hadiah untuk mereka berdua. Uhuk, uhuk!Suara batuk Dipasena langsung membuat Darto dan Darso mengalihkan pandangan mereka ke atas meja, sambil memainkan jari-jemarinya dua saudara kembar itu berusaha untuk tidak memperlihatkan ketidaksabaran mereka untuk
Read more
Menjalankan rencana
Rakryan Dipasena terus berjalan menuju dapur istana Prabu Jayantaka, dengan tenang sepupu sang Raja itu melangkahkan kakinya nampak seperti tidak akan melakukan apa-apa.  Selama berjalan nampak Rakryan Dipasena berpapasan dengan beberapa Abdi dalem Istana Prabu Jayantaka, mereka yang memang sudah mengetahui dengan Dipasena pun langsung pada berhenti sambil menundukkan kepala untuk sekedar memberikan penghormatan.  "Itu kenapa ya Gusti Dipasena kok kemari?" tanya salah satu Prajurit.  "Lha iya itu, kok tumben-tumbennya beliau lihat-lihat dapur, apa mungkin dia mau mencari Gusti Ratu Bhanuwati?" timpal salah satunya.  Memang kebetulan saat itu Ratu Bhanuwati juga sedang berada di dapur istana, dan itu sama sekali tidak diketahui oleh Dipasena sendiri. Lalu sebelum melanjutkan masuk ke dalam dapur, dari tempat berdirinya itu Dipasena nampak sudah mendengar dulu suara yang dirasa suda
Read more
Hati-hati Pangeran!
Mendengar suara yang memanggilnya itu Rakryan Dipasena pun meresponnya. 'Eh, panjang juga umur kau Cayapata, baru saja ku bicarakan kau langsung muncul, tapi kau sebenarnya tak perlu panjang-panjang umurnya, karena kamu juga akan aku singkirkan, hehehe ...' gumam Dipasena sambil senyum-senyum sendiri."Paman Dipasena ..." seru suara yang tidak lain adalah Pangeran Cayapata itu kembali berulang."Ya ... tunggu sebentar ..." balas Dipasena sambil bergegas keluar menemui anak sepupunya itu."Gimana, ada apa paman tadi mencari ku?" tanya Pangeran Cayapata sambil masih berdiri di depan pintu rumah Dipasena."Kemarilah, mari ikut Paman," sambut Dipasena sambil melambaikan tangan dan kemudian langsung berjalan menuju ke ruang bawah tanah, sementara itu Pangeran Cayapata pun langsung berjalan mengikuti di belakangnya. Dan begitu sampai di ruangan itu Dipasena pun langsung mempersilahkan Pangeran Cayap
Read more
Dayang Cerdas
Setelah tiba di istana pusat nampak Pangeran Cayapata memanggil salah seorang dayang istana."Hai Dayang, kemarilah," seru Pangeran Cayapata seraya melambaikan tangannya."Hamba Pangeran?" tanya salah seorang Dayang sambil menunjuk dirinya sendiri, karena memang yang berada di situ ada tiga orang Dayang yang terlihat sedang menata perabotan istana."Ya, kamu," sahut Pangeran Cayapata sambil mengangguk. Lalu Dayang itupun langsung bergegas mendekat ke Pangeran Cayapata."Ada apa Pangeran?" tanya sang Dayang. "Yang bertugas mengantarkan makanannya Ayahanda Prabu siapa?" tanya Pangeran Cayapata sambil menatap kepada Dayang tersebut."Ya gonta-ganti Pangeran, tergantung jadwalnya.""Bukankah kamu juga termasuk?" lanjut tanya Pangeran Cayapata."Iya benar Pangeran, saya bagian ngantar makan malamnya Gusti Prabu," jawab Dayang terseb
Read more
PREV
1
...
678910
...
26
DMCA.com Protection Status