All Chapters of Pendekar Mayat Bertuah.: Chapter 61 - Chapter 70
255 Chapters
Ritual sesembahan
"Pokok tadi itu aku sudah menyuruh Pranata dan Pranayan untuk datang kemari pagi-pagi, sebelum acara sesembahan itu dimulai mereka berdua sudah aku minta untuk datang, karena aku yakin dua orang asing itu akan datang juga ke acara sesembahan besok itu," jawab Panja yang terlihat sudah memiliki sebuah rencana.  "Lalu apakah kamu mau menyerang mereka berdua di acara sesembahan itu?" tanya temannya lagi.  "Ya itu kita lihat saja besok, kalau sekiranya itu memang harus, ya apa boleh buat ...? Aku harus membuat mereka berdua malu, sebagaimana mereka telah membuat malu padaku seperti tadi sore itu," timpal Panja dengan raut muka yang menaruh dendam.  Waktu terus bergulir, dan tidak terasa bahwa malam sudah mendekati pertengahan, nampak Panja dan para pemuda teman-temannya itu juga ingin segera istirahat, mereka nampak tidak ingin bangun kesiangan dan datang telat di acara sesembahan besok pagi. &nbs
Read more
Gaduh di pelataran kuil
"Permisi Bapak-bapak, saya mau tanya!" ujar Darto berbasa-basi, karena sebenarnya dia sudah tahu dengan orang yang sedang dia cari.  "Ya, ada apa anak muda ...?" balas para bapak-bapak itu dengan suara seraknya.  "Siapakah diantara Bapak-bapak ini yang bernama ki Jontor?" tanya Darto dengan menatap satu persatu bapak-bapak tua yang sedang duduk berjajar itu.  "Aku anak muda, Akulah ki Jontor, ada apa engkau mencariku?" lanjut tanya ki Jontor.  "Aku ada perlu sama kamu Ki, bisakah aku berbicara hanya dengan mu saja?" ujar Darso dengan menatap orang tua itu.  "Maaf anak muda, ada urusan apakah sehingga engkau memintaku untuk bicara berdua saja?" tanya ki Jontor.  "Ada urusan yang sangat penting dan mendesak yang harus segera Ki Jontor lakukan!" jawab Darto.  "Apakah urusan itu mengenai keselamatan nyawa se
Read more
Ritual berujung pertarungan
"Ya apa boleh buat, kayaknya mereka juga cukup bernyali untuk melawan kita," balas Darso nampak juga setuju. "Terus bagaimana dengan Ki Jontor?" lanjut Darto bertanya. "Kita selesaikan dulu anak kepala desa dan dua cecunguknya ini dan setelah itu ... " belum juga selesai Darso menjawab namun tiba-tiba ... "Hiyyaat ...! " dua pengawal Panja yaitu Pranata dan Pranayan langsung melakukan tendangan yang sangat keras kepada Darso dan Darto. "Heyyaat, heyyaat ..."Bouks ...! Bouks ...! Kedua kaki Pranata dan Pranayan pun mendarat ke tubuh Darso dan Darto, dan karena memang belum siap untuk menghindar apalagi melawan maka tendangan dua pengawal Panja itu pun benar-benar tepat mengenai arah samping tubuh Darso dan Darto. Dan sudah bisa dipastikan Darso dan Darto pun akhirnya terjengkang kesamping beberapa tombak. Braks ... prang ... prang ... pyaar ... pyaar ..
Read more
Bertarungnya para pendekar bayaran
Mendapat rentetan serangan yang sangat begitu ketat benar-benar membuat Pranayan merasa pusing, meskipun toh sebenarnya serangan dari Darso itu masih bisa dia tangkis dan belum pernah mengenai sasaran yang tepat dari tubuhnya.  'Aku harus cari cara untuk bisa membuat Darso ini mengendorkan serangannya ini, sebab kalau sampai begini terus, aku benar-benar mati kutu karena pergerakanku selalu dia kunci, tapi bagaimana mana ya caranya ...?' ujar hati Pranayan bertanya. Dan selagi Pranayan masih berpikir mencari cara untuk bisa lepas dari kurungan serangannya si Darso, nampaknya itu justru membuat dirinya sedikit lemah dalam mengantisipasi serangan-serangan dari si manusia raksasa itu, hingga akhirnya pada titik tertentu Darso menemukan kesempatan untuk menyarangkan pukulannya ke arah dada si Pranayan.  "Mampus kau pendekar kunyuk! Heyyak, heyyak, heyyak ...!" Darso pun melepaskan pukulannya itu dengan kekuatan penuh, akan tetapi Prana
Read more
Pertaruhan nyawa para pendekar
Dua pendekar suruhan Panja itu terlihat telah kembali siap untuk mengeluarkan jurus "Katak Blingsat", sebuah jurus yang mengandalkan kekuatan tubuh dalam melakukan loncatan. Berbeda dengan Darso dan Darto yang menggabungkan ilmu kekebalan tubuh dengan cara merekatkan dua telapak tangan keduanya, kalau si Pranata dan Pranayan dalam mengeluarkan jurus Katak Blingsatnya itu terlihat dengan cara mengambil posisi jongkok dengan kedua tangan diletakkannya di antara kedua kakinya, yaah mirip-mirip katak yang mau loncat gitu. Lalu tidak lama setelah itu mulut Pranata dan Pranayan terlihat komat-kamit membaca sebuah mantra, sorot mata kedua pendekar itu terlihat sangat tajam menatap Darso dan Darto, dan selanjutnya tiba-tiba tubuh Pranata dan Pranayan pun mengembung, terutama bagian dua pipi dan area perut, diiringi dengan terdengarnya suara dengungan yang cukup menakutkan. Ghoung ... krok, krok, krok ... ghoung ... krok, k
Read more
Darto dan Darso kok dilawan
"Hei, kau Kepala Desa! Ketahuilah, bahwa sebenarnya aku tidak butuh bantuan mu, saat ini yang aku butuhkan adalah bantuannya Ki Jontor untuk segera menurunkan hujan. Ayo Ki, cepat segera lakukan! Jangan sampai bikin aku jadi tambah marah! Karena kalau sampai itu terjadi! Maka kalian semua akan aku bunuh sama seperti dua pendekar kalian itu!" bentak Darto sambil memandangi sang kepala desa dan Ki Jontor dengan bergantian. "Ayolah Ki, turuti permintaan tuan pendekar ini ... jangan sampai mereka membunuh kita ..." pinta sang kepala desa dengan muka merengek. "Ya, ya, baiklah ... aku akan bantu tuan berdua untuk menurunkan hujan ... tapi untuk melakukan itu tidak bisa serta-merta bisa dilakukan sekarang ..." ujar Ki jontor yang langsung di sahut oleh sang Kepala Desa. "Karena ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi ... begitu Ki?""Benar Bapak Kepala Desa," balas lelaki tua itu sambil mengangguk.&
Read more
Makan daging sampah
Dengan terbunuhnya sang Kepala Desa, kini setidaknya sudah ada tiga mayat yang berada di pelataran kuil itu, dua yang pertama adalah pendekar suruhannya si Panja yaitu Pranata dan Pranayan, dan yang baru saja adalah Bapak Kepala Desa Gunung sari itu sendiri, ya semoga saja setelah itu sudah tidak ada lagi korban dari keganasan si Darto dan si Darso.  Sementara itu Ki Jontor yang melihat semua rangkaian peristiwa pembunuhan yang dilakukan oleh Darto dan Darso itu, tidaklah bisa berbuat apa-apa, memang benar apa yang dikatakan oleh Nenek Mirah, bahwasanya Ki Jontor itu bukanlah seorang pendekar, dia tidak memiliki ilmu silat apalagi kesaktian, dia hanyalah sesepuh kampung yang dihormati karena memang berkelakuan baik, dan juga sebagai pemuka agama yang biasa memimpin acara ritual keagamaan di situ, jadi ketika melihat semua pembantaian yang di lakukan oleh Darto dan Darso tidak ada yang bisa diperbuat olehnya, kecuali hanya bisa pasrah dan berdoa. 
Read more
Cemas menanti hujan
Lalu Darto nampak duduk di sebelah Ki Jontor, lalu dipegangnya kaki keriput yang baru saja terhantam patung kayu itu, kemudian Darto nampak mengurut pelan kaki lelaki tua itu dengan lembut. Sambil terus mengurut-urut Darto mencoba menanyai Ki Jontor dengan pelan. "Ki ... Ki Jontor ..." tanya si Darto"Hemm, ada apa ...?" balas Ki jontor dengan suara seraknya. "Apakah Ki Jontor merasa lapar?" sahut si Darso gantian yang bertanya. "Enggak ... aku masih merasa kenyang ..." balas Ki Jontor sambil memandangi kakinya yang masih diurut oleh si Darto. "Sudah mengurutnya, sekarang sakitnya sudah mulai hilang," ujarnya lagi sambil meraih tangan kekarnya si Darto untuk disingkirkannya dari kakinya. "Oh iya sudah kalau begitu," balas Darto sambil membenahi posisi duduknya. "Oh ya Ki, kira-kira Panja dan teman-temannya itu sampai kapan ya kemb
Read more
Hujan pun turun
Waktu terus berjalan, dan malam pun semakin larut. Menunggu sesuatu yang masih belum jelas kapan datangnya membuat Darto dan Darso merasa lelah juga, sempat terbesit keinginan untuk menginterogasi Ki jontor sebagai bentuk tindakan protes kenapa hujannya kok gak turun-turun, namun akhirnya mereka urungkan setelah berpikir bahwa tindakan itu terlalu arogan kalau lelaki tua itu juga harus menerima kegarangan dari keduanya, karena setelah mereka renungkan secara mendalam, untuk Ki Jontor tidaklah sepatutnya bila juga harus mereka perlakukan dengan tindakan yang kasar, karena Darto dan Darso juga tau kalau sejak awal Ki jontor tidak pernah menentang mereka berdua, apa lagi mau membuat celaka pada keduanya.  Berbeda halnya dengan tiga orang yang telah tewas sebelumnya, yaitu Pak Kepala Desa, Pranata dan juga Pranayan yang nyata-nyata menantang mereka berdua dan telah bermaksud membuat mereka celaka, karena untuk Pak Kepala Desa memang telah berani memasukkan racu
Read more
Jurang indah tapi angker
Setelah merasa cukup mendapatkan beberapa bumbu dan rempah, Darto pun segera balik lagi ke kuil, dan setibanya di situ nampak si Darso belum lagi selesai menghangatkan daging hasil dari memungutnya kemaren, itu dikarenakan kayu bakar yang mereka kumpulkan agak sedikit basah akibat terkena air hujan semalam.Namun begitu, dengan sangat telatennya Darso terus mengipas-ngipasi api yang dia gunakan untuk menghangatkan kembali daging-daging hasil dari memungutnya itu. Dan selagi Darso mengipas dan memanggang nampak si Darto menyiapkan bumbu dengan menghaluskannya di atas sebuah lempengan batu dengan menggunakan batu yang berukuran satu kepal yang dia ambil dari sungai sewaktu mencari aneka rempah tadi.Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya selesai jugalah mereka berdua menghangatkan daging-daging tersebut, dan setelah itu Darso pun langsung membalurkan rempah-rempah yang baru saja di haluskan oleh Darto itu dan kemudian kembali menghangatkannya la
Read more
PREV
1
...
56789
...
26
DMCA.com Protection Status