Semua Bab My Billionaire Aiden: Bab 31 - Bab 40
49 Bab
Bab 31 Aiden Minum
Setelah pelayan itu pergi dengan membawa pesan kalau sepasang suami-istri itu akan turun ke bawah menemui Sean. Aiden memilih berdiri, berjalan-jalan di kamar. Sejujurnya terbesit rasa kecewa pada Aiden disaat mendengar pernyataan yang mengejutkan dari Stephanie .... Istrinya tidak percaya kepadanya. Apa yang harus dilakukan Aiden kalau begitu?“Sweetie.” Panggilan yang Aiden berikan membuat Stephanie menarik pandangan. Aiden menghela napasnya saat melihat wajah cantik Stephanie yang sekarang malah memerah. Terlebih lagi matanya yang bengkak. Hal itu membuat Aiden semakin merasa bersalah .... Tapi ia bingung harus melakukan apa. Haruskah Aiden menenangkannya disaat dirinya juga tidak tenang karena pernyataan Stephanie? “Kau bisa cuci wajahmu, lalu kita turun ke bawah .... Sean tidak boleh mengetahui kejadian ini.”
Baca selengkapnya
Bab 32 Pengakuan
Tetapi yang dilakukan Aiden malah sebaliknya. Dia menolak bantuan Stephanie dengan mendorong tubuh Stephanie pelan. Lalu mundur ke belakang dengan sempoyongan. “Apa kau pikir dengan bertindak seperti hari ini bisa menyelesaikan masalah?” Aiden membalik pertanyaan Stephanie. Dia menggelengkan kepalanya. “Tidak .... Kau malah membuatnya semakin rumit. Kau bertingkah dengan seenaknya. Mengusirku dari mansion kita dengan alasan pekerjaan. Apa yang kau pikirkan? Apa kau ingin semuanya tahu tentang masalah kita? Kalau iya, selamat .... Sean, kakakmu yang kau banggakan itu sudah tahu!” Stephanie menggeleng. “Aiden ....” “Dan kau ingin menyangkalnya?” Lagi, Aiden memotong. Matanya sudah memerah. Ingin sekali Stephanie membawa Aiden ke kamar. Tetapi sayang, Stephanie masih ragu. Dia takut kalau Aiden akan menolaknya untuk kedua kali. “Katakan .... Apa aku
Baca selengkapnya
Bab 33 Awal Masalah
“Sweetie ....”Stephanie yang baru saja menyeruput kopinya terpaksa memberhentikan kegiatan itu sejenak. Dia menghela napasnya. Kesal dengan Aiden yang selalu memanggil namanya berkali-kali di pagi ini. Bahkan untuk duduk dan bersantai di balkon kamarnya pun tak bisa Stephanie lakukan.“Ya. Kau butuh sesuatu lagi?” Stephanie menyahut sesudah dia masuk ke dalam kamar. Menyilangkan tangannya di depan dada. Lalu mengarahkan pandangannya ke Aiden yang sudah menggunakan kemeja. Tapi ... dasi itu merusak semuanya.“Aku tidak tahu caranya,” tutur Aiden dengan menatap Stephanie sambil memegang dasi yang sudah menggantung di leher Aiden.
Baca selengkapnya
Bab 34 Tidak ada lagi
“Apa kau bisa lebih cepat?!” Aiden membentak Alex yang sedang menyetir. Membuat pria itu langsung kaget yang sontak menekan gas dengan kuat. Untung saja Alex langsung tersadar, kalau tidak mereka akan terlibat dalam kecelakaan lalu lintas. Tidak ada yang Alex katakan sebagai bentuk dari respon bentakan Aiden. Dia mengetahui pria itu sedang sangat marah. Jadi lebih baik dirinya diam saja dan menerima semua amukan dari Aiden .... Kalau dipikir-pikir pria mana yang tidak marah mengetahui istrinya sedang berduaan dengan pria lain di dalam mall .... Itulah yang sedang Alex pikirkan sekarang.Sementara itu, Aiden hanya memusatkan pandangan ke arah jalanan yang di depan. Napasnya terdengar tak beraturan— menandakan memang dirinya sangat em
Baca selengkapnya
Bab 35 Pembalasan
“Aiden!”Sudah 3 kali Stephanie memanggil Aiden, tapi pria itu tidak mau menjawab panggilannya sama sekali. Dia menoleh ke sebelah, melihat Aiden yang sedang berjalan masuk ke dalam mansion. Langsung saja Stephanie memegang tangan Aiden. Membuat pria itu langsung menghentikan langkahnya .... Mendadak Stephanie menjadi takut dikarenakan Aiden yang menatapnya dengan tajam.“Aiden ....” panggil Stephanie lemah. Bibir Stephanie terbuka lebar disaat Aiden melepaskan tangannya dengan sekali hentakan.“Kenapa? Kau kesal, huh?” Aiden bertanya sembari mendekatkan tubuhnya ke Stephanie. Langsung saja dia menarik Stephanie hingga terpaaan napas Aiden menyapu w
Baca selengkapnya
Bab 36 Pergi
“Apa ini?” tanya Stephanie setelah mereka sampai di kamar mereka. Setelah perintah Aiden dikeluarkan, maka tidak ada yang bisa dilakukan Stephanie selain menuruti perintah suaminya itu. Mereka pergi meninggalkan Ransom dan Rose dengan alasan yang sungguh tidak masuk akal. Aiden mengatur sedemikian rupa. “Milikku,” jawab Aiden santai yang duduk di kasur dengan bersandar di bagian kepala kasur. Matanya mengarah ke beberapa tumpukan kotak makanan yang berada di meja nakas. “Brownies cokelat. Aku memesannya langsung dari tempat favoritmu.”Brownies? Tempat favorit? Langsung saja mata Stephanie menunjukkan kebinaran. Dia sangat menyukai brownies, terlebih lagi itu berasal dari tempat favoritnya. Disaat dia ingin membuka kotak brownies it
Baca selengkapnya
Bab 37 Penghinaan
“S—selamat pagi, Nyonya Stephanie.”Sapaan yang diberikan oleh sekretaris perusahaan yang langsung berurusan dengan Aiden membuat Stephanie menghentikan langkahnya. Dia menatap tajam perempuan itu. “Kenapa kau kaget? Apa karena aku yang datang?” Stephanie bertanya dengan nada tinggi. Dia tidak habis pikir dengan sekretaris tersebut dikarenakan mengizinkan Amanda masuk ke ruangan Aiden. “Sekali lagi, jika saya mendengar wanita ini datang ke sini dan kau mengizinkannya masuk, maka bersiaplah untuk keluar dari perusahaan ini ... dan ya, apa aku harus memberikanmu rok panjang? Kau pikir dengan menunjukkan pahamu akan membuat Aiden terpesona? Ck, itu malah menjijikkan!”
Baca selengkapnya
Bab 38 Tamu Tak Diundang
“Kau mau pergi kemana?” Stephanie bertanya disaat Aiden sudah berjalan melewatinya. Membuat Aiden berhenti, lalu berbalik badan. “Ke kamar mandi. Aku harus memuaskan juniorku sendiri. Padahal aku punya istri seksi tapi tidak bisa—” “Alion ....” rengek Stephanie. Dia menghela napasnya. Ikut kesal karena Aiden yang menyindirnya. “Aku tidak mood. Apa kau tidak paham, huh? Apa kau ingin memaksaku melakukan hubungan itu?” Aiden menggerakkan tangannya dari atas ke bawah. Seolah menyuruh Stephanie untuk tenang. “Tenang. Tidak perlu diributkan ... aku ingin pergi, itu tandanya aku tidak memaksamu.” Setelah kepergiaan Aiden— melewati tangga besar yang melingkar bak seperti di kerjaan untuk naik ke kamar mereka, Stephanie juga tidak tinggal diam. Dia melangkah ke arah dapur. Memberikan aba-aba apa yang harus dimasak ... dia menginginkan se
Baca selengkapnya
Bab 39 Masalah
“Aiden.” Stephanie bergumam kaget setelah membalik tubuhnya dikarenakan harum tubuh Aiden masuk ke indra penciumannya. Dan betapa kagetnya dirinya disaat Aiden menarik tangannya— menjauh dari Joshua. Joshua terlambat. Dia tidak bisa menahan hal itu. Dirinya menyadari kalau Stephanie sedang menahan kesakitan di belakang Aiden. “Kau—” “Pergi!” Stephanie berteriak. Mengambil posisi di depan Aiden sembari memeluknya. Berusaha membuat Aiden tidak bergerak mendekati Joshua. Dikarenakan dia tahu akan apa yang terjadi nanti— perkelahian. “Awas!” bentak Aiden sambil berusaha melepaskan pelukan. Dia tidak mengingat lagi Stephanie, pasalnya emosinya sudah meluap-luap. Aiden ingin melampiaskannya kepada pria yang ada di hadapannya. “Lepaskan, Stephanie. Jangan sakiti dirimu. Pria itu ingin berhadapan denganku,” ser
Baca selengkapnya
Bab 40 Kepergok
“Kerja bagus,” puji seorang wanita dengan dress mini yang membalut tubuhnya kepada seorang pelayan wanita. Tak lupa ia memberikan segepok uang yang dibalut oleh amplop. Sementara pandangannya ia jatuhkan kepada Aiden yang tak jauh dari tempatnya berada. Aiden terus saja memasukkan cairan itu ke dalam kerongkongannya yang berhasil membuat wanita tadi tersenyum. Kaki yang dibalut oleh heels mahal itu kemudian melangkah setelah pelayan wanita tadi pergi. “Kau disini ternyata,” kata wanita itu yang ikut duduk di samping Aiden. “Amanda,” panggil Aiden dengan suara beratnya sesudah berhasil mengenali siapa yang ada di sampingnya. Matanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status