Semua Bab My Billionaire Aiden: Bab 21 - Bab 30
49 Bab
Bab 21 Stephanie Merasa Bersalah
Aiden menoleh ke samping. Menatap Stephanie yang sedari tadi masih diam. Tidak ada topik pembicaraan yang mereka buka selama perjalanan kali ini. Dan Aiden, untuk pertama kalinya dia merasa bingung. Bingung ingin membuka pembicaraan dari mana. Salah langkah, maka Stephanie akan marah. Tentu Aiden tidak mau itu terjadi. Untuk saat ini, diam lebih baik. “Aiden.” Panggilan yang Stephanie berikan membuat Aiden kembali menoleh sekilas. Lalu memusatkan ke arah jalanan. “Apa dia akan menceritakan semuanya?”Aiden mengerti maksud pertanyaan Stephanie. Ini tentang ancaman yang Amanda berikan. “Biarkan saja. Lagi pula aku tidak peduli.” “Tidak peduli bagaimana?” tanya Stephanie kesal. Menatap Aiden dengan pandangan tak masuk akal. “Kalau dia menceritakan semuanya bagaimana dengan kita? Jangan pikirkan kita. Pikirkan tentang keluarga. Para tamu juga belum pulang .... Seharusnya kau tidak memb
Baca selengkapnya
Bab 22 Panas
“Kenapa Calon Menantuku tiba-tiba datang sepagi ini?” Ransom bertanya dengan kekehan di akhir. Ransom sedang jalan santai di teras mansionnya sembari melihat keadaan sekitar. Tapi tiba-tiba ada mobil milik Sean dan ternyata Stephanie keluar dari sana. Dan sekarang, Stephanie sedang berada di hadapannya. “Apa aku tidak bisa datang ke sini, Dad?” tanya Stephanie sambil tersenyum lebar. Stephanie tidak merasa canggung seperti pertama kali mereka bertemu. Dirinya merasakan kalau Ransom sama seperti daddynya, sama-sama punya kesan hangat, terlebih dari tatapan mereka. “Tentu. Kau bisa datang ke sini semaumu. Tapi nanti, kau yang akan menguasai mansion ini, Sayang,” seru Ransom. Dia merasakan ada sesuatu yang bergerak di belakangnya. Segera saja Ransom menoleh ke belakang. Mendapati Rose sedang berjalan ke arahnya dengan tergesa-gesa. “Lihatlah Mommy-mu. Dia sangat semangat menyambutmu sampai-sampai tidak
Baca selengkapnya
Bab 23 Pulau Pribadi
“Silakan duduk, Sayang.” Stephanie menuruti perkataan Ransom dengan duduk di salah satu kursi yang langsung menghadap meja makan. Terlebih dahulu Stephanie mengedarkan pandangan lalu jatuh ke Ransom. “Kemana Mommy, Dad?” tanya Stephanie setelah menyadari ada yang kurang. “Sebentar lagi dia akan turun. Aku juga tidak tahu apa yang dia lakukan di kamar,” jawab Ransom yang membuat Stephanie mengangguk mengerti. “Lalu kemana calon suamimu?” Mendengar pertanyaan Ransom membuat Stephanie menjawabnya. “Dia juga di kamar untuk berganti pakaian. Mungkin sebentar lagi Aiden akan turun, Dad.” Jujur saja, tatapan Ransom ke Stephanie membuat dirinya merasa curiga dan tidak enak. Seperti ada yang ingin disampaikan Ransom namun tertahan. Entah apa sebabnya. Yang jelas itu membuat Stephanie merasa penasaran. “
Baca selengkapnya
Bab 24 Kecewa
“Kau menghancurkan segalanya, Sweetie,” cicit Aiden lemah. Stephanie menggeleng. Memegang tangan Aiden supaya Aiden mendengarkan penjelasannya terlebih dahulu. “Maaf,” kata Stephanie tidak enak. Baru saja dia meminta maaf tadi pagi dan kali ini Stephanie mengulanginya. Dan topiknya masih sama, karena Amanda. Stephanie bukan bermaksud menghancurkan segalanya. Pertanyaan itu terlintas begitu saja dan anehnya malah keluar dari bibirnya. “Itu tandanya kau masih belum percaya padaku,” jelas Aiden. Dia membuang napasnya panjang. “Lalu kenapa kau minta maaf tadi pagi?” Stephanie semakin kalang kabut. Pertanyaan Aiden jelas membuat Stephanie tak berkutik. Apalagi dengan manik cokelat yang semakin menajam. Itu membuat Stephanie malah semakin takut. “Aiden—” “Aku mau kita berhenti membicarakan ini.” Stephanie men
Baca selengkapnya
Bab 25 Berbicara dengan Amanda
Aiden menggerakkan tangannya, menyuruh Xander untuk segera keluar dari ruangan yang terdapat di dalam sebuah restoran. Segera Xander keluar layak seorang anak yang menurut pada ibunya. Barulah setelah itu Aiden melirik perempuan yang sedang duduk menghadap dengan dirinya. Perempuan itu tersenyum, tapi anehnya membuat emosi Aiden malah memuncak. Perasaan sesak mulai menghinggapi Aiden kala dia sudah duduk di bangku yang berhadapan dengan Amanda. “Kenapa kau memanggilku ke sini?” Amanda segera mengeluarkan pertanyaan. “Kau rindu denganku?” Aiden meremas tangannya kala mendengar pertanyaan itu. Rindu ... tak pernah sekalipun Aiden mengizinkan dirinya merindukan perempuan licik yang tega meninggalkannya dengan penuh luka. “Buang jauh-jauh pemikiranmu itu,” tegas Aiden. Dia menatap tajam Amanda. “Apa tujuanmu datang ke sini setelah dua tahun berlalu?” Amanda
Baca selengkapnya
Bab 26 Aiden berjaga-jaga
Setelah acara makan malam selesai, Ransom langsung menyuruh Aiden untuk menemuinya di ruang kerja Ransom. Ada sesuatu yang ingin dibicarakan oleh Ransom sebelum menyambut hari besar esok— hari pernikahan Aiden dan Stephanie. Dan Ransom sama sekali tidak menemukan alasan mengapa Aiden mempercepat semuanya .... Maka dari itu dia berniat membicarakan masalah ini dan mengabaikan sejenak tentang perselisihan yang mereka miliki. Aiden tidak berniat untuk mendudukkan bokongnya di salah satu kursi. Dia tetap berdiri sambil bersedekap dada. Mengarahkan pandangan ke Ransom yang sedang bersandar di kursi kebesarannya. “Katakan apa yang ingin kau bicarakan.” Aiden berucap langsung. Dia tidak ingin tinggal lebih lama di ruangan ini. Ransom mengangguk. Menarik napas panjang, lalu membuang. “Apa alasanmu mempercepat pernikahan ini?” Aiden memutar bola matanya jengah. “Ini bukan waktu yang te
Baca selengkapnya
Bab 27 Pernikahan
Stephanie berjalan menyusuri lorong gereja yang telah dipermak sedemikian rupa dengan karpet merah yang langsung menuju ke arah podium. Di sana terdapat Aiden dengan seorang pendeta. Tak hanya musik yang indah sebagai peneman, Erland juga ikut menemani Stephanie menuju ke arah podium. Kilatan-kilatan cahaya yang berasal dari beberapa kamera juga ikut menyambut mereka. Tak lupa Stephanie memberikan senyumannya kepada setiap orang yang berdiri dari kursinya. Aiden berdiri dengan gagahnya di depan sana. Dia menatap Stephanie tanpa berkedip sekalipun. Seolah tidak ingin melewatkan setiap gerakan yang Stephanie lakukan. Walau Stephanie menggunakan penutup wajah, itu tidak mengurangi kadar kecantikannya. Dan itu berhasil membuat Aiden mematung sampai suara pendeta membuat semuanya kembali seperti semula. “Tolong jaga putriku, Aiden.” Erland bersuara disaat Aiden sudah mendekat. Disaat Aiden menganggukkan kepalanya, disitu pula Erland m
Baca selengkapnya
Bab 28 Hancur
Stephanie terbaring dengan pasrahnya di atas kasur empuk. Napasnya terengah-engah karena permainan memabukkan yang Aiden lakukan dari tadi. Dengan pandangan yang bergairah, Stephanie memberanikan diri untuk menatap Aiden yang berada di atasnya— duduk di kasur dan berhadapan langsung dengan tubuh Stephanie yang sudah dalam kondisi tidak terbalut apapun. Aiden mendekat dengan tatapan yang sama seperti Stephanie. Dia memberikan kecupan di kedua mata Stephanie yang terpejam. Dan dengan suara serak basah, Aiden berkata, “Ini sedikit sakit tapi akan terasa nikmat nanti .... Rileks, Sweetie.” Stephanie tidak bisa merespon apapun. Karena sungguh dia sangat takut disaat Aiden mengatakan ‘sakit’. Itu membuat seluruh badan Stephanie mendadak menegang. Dan apa yang Stephanie rasakan dapat dipahami baik oleh Aiden. Aiden tersenyum. Walau dia sudah ada dalam ujung tanduk— dimana gairahnya yang benar
Baca selengkapnya
Bab 29 Cerai
Disaat Stephanie ingin bergerak meninggalkan ruangan itu karena tidak sanggup untuk menahan rasa sesak yang tiba-tiba menghimpit dadanya, suara Aiden terdengar. Membuat Stephanie mendongak, menatap Aiden dengan mata berkaca-kaca. Aiden menautkan kedua alisnya. Merasa bingung karena melihat mata Stephanie yang sudah ingin menumpahkan air matanya. Dalam hati Aiden menerka-nerka apa yang terjadi. Apakah Aiden membuat kesalahan? Tidak ingin berperang lebih lama dengan kepalanya, dia langsung mendekat. Sesaat ingin memegang bahu Stephanie, perempuan itu langsung bergerak mundur. Stephanie memeluk badannya sendiri. Seolah melindungi tubu
Baca selengkapnya
Bab 30 Aiden Mengakuinya
Stephanie tersenyum miris melihat bagaimana kondisi kamar yang ia tempati semalam. Gaun dan pakaian Aiden tercecer di lantai, ditambah lagi kondisi kasur yang sudah tak berbentuk itu berhasil membuat dirinya kembali ke keadaan semalam. Keadaan dimana dia sepenuhnya telah menjadi seorang wanita …. Harusnya dirinya senang karena telah melakukan itu dengan suaminya, tapi sayangnya sebuah fakta yang dirinya dengar membuat semuanya berbanding terbalik. Dia pun memilih untuk merapikan semuanya seperti sedia kala. Berharap dengan rapinya kamar ini membuat bayang-bayang kegiatan percintaan mereka lenyap …. Sayangnya tidak segampang yang Stephanie kira. Dan pada akhirnya Stephanie memutuskan untuk pergi dari kamar, tapi sesudah dia memutar knop pintu, pintu itu tak kunjung terbuka.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status