All Chapters of My Billionaire Aiden: Chapter 1 - Chapter 10
49 Chapters
Pertemuan Tidak disengaja
Suara mesin yang dihasilkan oleh sebuah mobil sport keluaran terbaru berwarna merah maroon yang mengkilap membuat semua pasang mata tertuju. Mobil seksi itu berjalan mulus di jalan beraspal dengan kecepatan yang tidak bisa dibilang biasa. Banyak dari mereka yang mendecap kagum apalagi ketika mereka bisa membaca ada nama “CHAYTON” di plakat mobil. Siapa yang tidak tahu Chayton? Sebuah keluarga yang sangat terkenal karena kekayaannya. Setiap tahun nama mereka pasti berada di urutan pertama dengan pemilik harta terbanyak sedunia. Tentu ini adalah hal yang cukup mengejutkan karena salah satu dari keluarga Chayton menginjakkan kaki di balapan liar yang diadakan tiap pergantian musim. Di kursi kemudi sudah duduk seorang pria bermata cokelat tajam. Kakinya tak segan-segan menginjak gas yang ada di bawah. Dengan sekali putaran mobil itu berhasil mendarat dengan gerakan drift yang membuat mobil itu berputar setengah dengan s
Read more
Bab 2 Bertemu Kembali
Aiden dapat melihat bagaimana ekspresi Alex. Terlihat gugup, membuatnya merasa curiga. Langsung saja ia merebut tablet itu dan melihat. “Dia dekat dengan penerus utama keluarga Oliver, Tuan. Mereka berteman dekat. Menurut informasi yang saya dapat, mereka selalu menghabiskan waktu bersama,” kata Alex pada akhirnya. Mendengar itu membuat tangan Aiden terkepal emosi. Oliver. Dia benci keluarga itu sepenuhnya, apalagi kepada penerus utama. Sebisa mungkin Aiden akan melakukan apapun agar keluarga itu sengsara. Kesalahan yang telah dibuat di masa lalu membuat Aiden menyimpan dendam yang luar biasa hingga sampai sekarang. “Dia ... wanita tadi, bukan?” tanya Aiden ketika dia sudah sampai ke sebuah halaman foto, menampilkan seorang perempuan yang tersenyum menunjukkan rentetan gigi putihnya. “Iya, Tuan,” kata Alex pelan. Setelah kejadian Marvin yang melarang, Aiden terliha
Read more
Bab 3 Aiden Penuh Rahasia
“Mommy tidak ingin mendengar keributan sama sekali, atau bahkan mendengar pecahan kaca.” Rose terlihat sedikit khawatir, dibuktikan dari ekspresinya. Jelas saja Rose khawatir, karena sampai sekarang pasti ada saja kerusakan sehabis mereka berdua berbicara.“Aku tidak bisa janji, Mom,” kata Aiden. Sebelum beranjak pergi dia menampilkan senyuman lembut kepada sang Mommy. Suara yang dihasilkan dari pantofel hitam miliknya bergema kuat. Tak ada waktu bagi Aiden untuk menatap sekeliling. Pandangannya fokus ke depan dengan tatapan yang tajam, bahkan membuat benda-benda mati yang digunakan sebagai pajangan terlihat takut.Tak menunggu waktu lama, pintu ruangan itu terbuka otomatis, menandakan kalau Aiden diizinkan untuk masuk ke dalam. Harum aroma buku yang menenangkan memenuhi ruangan ini. Buku-buku milik Ransom tersusun sempurna menyelimuti ruangan kerjanya.“Apa maksudmu?” Pertanyaa
Read more
Bab 4 Bersiap
Nancy menjadi tidak enak sendiri. Walaupun demikian, dia masih ingat akan posisinya. Segera saja dia berdiri dari sofa agar sofa itu hanya diduduki oleh Stephanie seorang. “Ini bukan jadwalnya untuk perawatan. Lalu kenapa kalian datang kemari?” tanya Stephanie. Seperti biasa, para pelayan Casey akan berbondong-bondong masuk ke dalam kamarnya untuk melakukan perawatan kepada sang putri dari Erland setiap dua minggu sekali. Perawatan itu dimulai dari ujung rambut sampai ujung kaki. Stephanie sangat diperlakukan bak seorang ratu di mansion mewah ini. “Kami diperintahkan oleh Nyonya Diana untuk membantu Anda bersiap-siap, Nyonya.” “Bersiap-siap? Untuk apa?” tanya Stephanie. Dia melirik Nancy, meminta jawaban. Tapi hanya gelengan yang dia terima dari sahabatnya. Stephanie pikir Nancy tahu hal ini. “Tuan Aiden Chayton mengajak Anda untuk keluar
Read more
Bab 5 Pergi
“Silahkan duduk, Mr. Chayton,” seru Sean ketika Aiden telah masuk dan berada di ruang tamu mansion milik keluarga Casey. Aiden menurut, dia memilih duduk di single sofa lalu kembali mengarahkan fokus kepada Sean. “Aku tidak menyangka kalau seorang Chayton akan menjadi adik iparku,” seru Sean. Beberapa pelayan yang mengantarkan makanan dan juga minuman tidak membuat Sean memberhentikan kalimatnya. “Well, aku hanya bingung kenapa orang tuaku mau menjodohkan putrinya kepada seorang billionaire yang sangat sombong.” Aiden berdecak pelan. Walaupun kalimat itu sangat menohok tapi Aiden tidak memasukkan ke dalam hati. Memang mereka sudah lama menjadi kolega bisnis. Saling melengkapi lebih tepatnya. Beberapa bulan lagi mereka juga akan bekerja sama menciptakan sesuatu yang menggencarkan dunia. Oleh sebab itu pertemuan kedua pria itu akan sering terlaks
Read more
Bab 6 Marahnya Aiden
Setelah berdiri beberapa menit, akhirnya seorang pria dengan penampilan casual mengeluarkan senyuman manisnya. Senyuman yang berhasil membuat semuanya terpana, termasuk benda mati sekalipun. Kepalanya menggeleng beberapa kali dengan pandangan mengarah kepada perempuan yang wajahnya sudah ditekuk. “Tersenyumlah sedikit, Stephanie,” kata pria itu. Tak hanya Stephanie, tapi beberapa pelayan wanita juga mengarahkan pandangan ke arah dirinya. “Kakaaaakk ....” Stephanie merengek. Dia sontak berdiri lalu berjalan ke arah Sean. Meninggalkan beberapa pelayan yang masih memegang beberapa helai pakaian. “Bantu aku agar mereka pergi,” bisik Stephanie setelah merangkul lengan besar sang Kakak. “Kalian pergilah. Ada yang ingin aku bicarakan bersama Stephanie,” perintah Sean kepada mereka. Melihat satu per satu pelayan pergi dengan pakaian-pakaian itu membuat Stephanie
Read more
Bab 7 Menguji Stephanie
Tiga pria dengan pakaian serba hitam berdiri. Di tangan mereka masing-masing terdapat satu set pakaian yang terlihat sangat rapi dan pastinya mahal. “Pakaian mana yang paling kalian rekomendasikan?” tanya Aiden yang sudah duduk di sofa. Kedua tangannya bersandar di kepala sofa dan kaki seksinya menyilang. Dengan sikap seperti ini, aura diktator dari Aiden sangat kontras. Tiga pria itu juga terlihat gugup dikarenakan mata Aiden yang selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Ingin membuka suara saja terlihat sangat sulit. “Ini adalah pakaian pertama yang mereka keluarkan saat saya datang, Tuan,” jawab Alex yang lalu berjalan ke arah mereka. Kali ini dia mengambil ahli. Alex dapat maklum dengan mereka, pasalnya ini adalah kali pertama mereka berhadapan dengan seorang Chayton. Alex menunjukkan satu set jas dengan warna abu-abu bermotif kotak-kotak. Jahitannya terlihat sangat rapi. Jas
Read more
Bab 8 Pesta
“Selamat malam, Mr. Alean,” sahut Aiden kepada seorang pria berumur yang berhenti tepat di depannya. Sedangkan Stephanie, dia hanya membalas sapaan ini dengan tersenyum. “Aku kira kau tidak akan datang ke pestaku. Ini adalah sebuah kehormatan yang luar biasa.” “Kenapa tidak? Aku akan datang kalau ada waktu luang, seperti sekarang,” sahut Aiden bersahabat. Pria itu menoleh ke samping. Menatap Stephanie dengan sangat sopan. “Ternyata putri Casey yang mendapatkan dirimu. Aku ucapkan selamat untuk kalian berdua.” “Terima kasih, Mr. Alean,” sahut Stephanie sambil tersenyum manis. “Selamat atas terbukanya hotelmu yang baru ini.” “Ini tidak akan terjadi jika calon suamimu tidak membantuku,” kekeh pria itu. “Baiklah. Silahkan nikmati pesta ini. Aku harus menyambut tamu lainnya.” 
Read more
Bab 9 Aiden Marah
“Ayo! Katakan padaku bagaimana panasnya pria yang bernama Aiden itu!” Seorang perempuan berambut cokelat highlight terlihat sangat bersemangat. Wajahnya berseri-seri. Ia menatap lawan bicaranya dengan memelas, berharap kalau dia akan menjelaskannya. “Aku tidak mau menjelaskannya, Shirley,” seru Stephanie malas. Shirley Adner, seorang model yang juga merangkap sebagai sahabat Stephanie. Mereka memulai hubungan sejak duduk di bangku perguruan tinggi. Dikarenakan Nancy dan Stephanie yang berbeda universitas, membuat Stephanie sulit bergaul. Tapi untung saja di semester selanjutnya dia menemukan Shirley yang pandai bergaul. Shirley mencebik kesal. “Aku sudah mengundur jadwalku yang padat hanya untuk bertemu denganmu. Mendengar kabar baik ini membuatku langsung terbang. Tapi sayangnya kau tidak menyambutku dengan baik.” Stephanie menghela napasnya panjang. Dia memilih u
Read more
Bab 10 Restoran
Dan sekarang Aiden sudah berada di sebuah restoran. Matanya terus saja tertuju ke tempat duduk yang berada di sudut. Memperhatikan apa yang mereka lakukan. Pembicaraan mereka sangat kompak sekali. Bahkan dalam jarak yang bisa terbilang jauh, Aiden masih dapat mendengar canda tawa dari mereka. Itu berhasil membuat emosi yang ada dalam Aiden kian membara. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Aiden punya kesempatan. Langsung saja dia mengikuti perempuan itu yang berjalan ke arah kamar mandi. Perempuan itu tak lain adalah Stephanie. Sebenarnya Aiden ingin sekali menghampiri pria yang menjadi lawan bicara Stephanie. Memberinya pelajaran dengan beberapa pukulan— tapi akhirnya Aiden memutuskan untuk tidak melakukannya. Bukan dirinya takut, tapi ia lebih malas berurusan dengan pria itu. Ditambah lagi dengan kondisi restoran yang sangat ramai. Aiden tidak mau mengambil risiko dimana dirinya menjadi trending topik dengan judul “Seo
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status