All Chapters of 90 Days To Fall In Love: Chapter 51 - Chapter 60
64 Chapters
51.Garden by The Bay.
Malam hari pun tiba. Sambutan untuk pengesahan proyek Max telah usai dan tak memakan waktu yang begitu lama. Kini mereka pun sudah kembali terpesona dengan suasana malam kota Singapura, dan membuat mereka merasa tidak lelah sama sekali..Max, lelaki itu lebih banyak diam fokus melihat sekitarnya. Sampai sesuatu membuat langkahnya berhenti. Saat pandangan matanya  kini terpukau pada suatu lampu gemerlap yang menyala sangat indah. Ternyata tanpa Max sadar, dia sudah berada di area taman Garden by The Bay. "Max, ayo kesana" ajak Laras yang sedari tadi melangkah mengikuti Max, tersenyum melihat ke arah lampu warna warni yang begitu keren itu. Max pun mengangguk sambil kembali melangkah maju menuju taman tersebut. The Gardens by the Bay sebuah taman alam yang berada di Wilayah Pusat Singapura, bersebelah
Read more
52. Berdansa denganmu.
Max terdiam dengan raut wajah tanpa ekspresi, ia semakin menatap Laras dengan dalam. Laras yang tak kuat berlama lama membalas tatapan Max. Lantas menurunkan mata dan menunduk kikuk. Max mencondongkan tubuh kedepan dan menatap Laras dengan intens."Apa saya harus beritahu sekarang?" Max bertanya balik.Laras sontak melirik Max melihat tatapan Max yang masih begitu intens, membuat Laras mendadak lupa apa yang harus ia katakan. ia pun hanya mengangguk pelan..Max menyandarkan tubuh pada kursi yang ia duduki. Pandangan nya kini sudah kembali menatap laut malam. "Saya masih ragu." ucap Max. "Tapi, saya sedang coba menyukai kamu,"Laras tersenyum simpul mendengar itu. Ternyata, Max. lelaki itu juga sedang berjuang akan perasaan terhadap
Read more
53. Terpesona.
Setelah merasa sudah cukup memandangi wajah tidur wanita itu. Dengan pelan Max beranjak dari atas ranjang. Namun tanpa ia duga Laras menarik pinggangnya tiba tiba. Max yang merasakan itu kembali terjatuh di ranjang. Ia turunkan mata menatap wanita yang kini sudah menjadikan dirinya bantal dan dengan Perlahan mau tak mau ia pun ikut membaringkan tubuhnya. Lalu ia tarik selimut berwarna putih itu. Kemudian ia Laras kedalam dekapannya.Dalam hening nya malam. Lelaki itu masih membuka matani mengelus rambut Laras dengan lembut. Max  masih terhanyut dalam pikirannya. Tak disangka senyum Laras yang selalu mengembang sepanjang hari ini, masih  memenuhi semua pikirannya, apa lagi dengan kata-kata wanita ini tadi. Max  berdecak sejenak. Ternyata,tak perlu kesan istimewa, jika dengan semua kesederhanaan wanita ini mampu membuat Me Merasakan kebahagiaan yang seben
Read more
54. Berbincang Bersama.
Dalam hembusan angin pantai siang itu. Max masih terdiam tak tahu harus menjawab apa. Perasaan semakin tak karuan bersama dengan lebaran yang terus kembali muncul tiba-tiba. Ia menurunkan matanya, termenung memikirkan bagaimana dulu ia sangat membenci wanita itu dan bagaimana sekarang ia sangat ingin ada akan keberadaannya. Seperti saat ini berdua dengan nya, dengan senyum yang tanpa sadar selalu ada untuk nya membuat Max merasa nyaman.Max  kembali menatap Laras dengan tatapan dan raut wajah serius."hei... " panggil Max. Berhasil membuat Laras menoleh menghadapnya. "Ada pertanyaan yang harus saya pastikan untuk kamu"."Apa itu" jawab Laras cepat.Max menghembuskan nafas pelan. Lalu"Apa sebelumnya kamu pernah berhubungan dengan lelaki lain?maksud saya berpacaran de
Read more
55. Usaha Laras.
Setelah matahari sudah tenggelam sempurna. Laras membalikan badan menghadap Max. kedua tangannya kini ia taruh merangkul pinggang Max. Dengar jarak tinggi 3cm dari lelaki itu ia dongakan wajahnya menatap Max dengan senyum di wajahnya."Max.. malam ini boleh untuk ku?" tanya nya dengan mata berbinar.Max menunduk wajah menatap Laras dengan alis berkerut. "memang ada apa dengan malam ini?" Max bertanya balik sambil  menyingkirkan anak rambut yang sudah menutupi wajah Laras. "Aku mau ngajak kamu ke suatu tempat" jawab Laras.Mendengar itu Max h terdiam, ia pandangi wajah imut Laras dengan tatapan tak biasa."kemana?""Hemm.. ketempat yang manis" ucap Laras malu. "kamu mau
Read more
56. Sebuah kabar buruk.
Max tersadar akan lamunannya saat tangan wanita itu menyentuhnya. Ia terlalu terhanyut dengan semua yang dilakukan Laras. Kemudian Max bentangkan senyum ir tipis yang diiringi dengan anggukan wajah membalas ucapan terimakasih wanita itu tadi. Hanya itu yang bisa Max lakukan, Ketika semua alasan Laras tadi selalu berhasil membuat Max terdiam dan tak tau harus membalas apa. Kini ia merasa keadaan semakin menyudutkan dirinya. "Aku seneng liat kamu senyum" ucap Laras dengan wajah berbinar sangat jelas. "berdua kamu di sini, mungkin bakal jadi moment terindah dalam hidup aku" lanjutnya sembari melepaskan sentuhan pada Max. "Max, sekali lagi terimakasih udah buat kesempatan malam ini berjalan lancar"  Max mengerutkan kening tatkala kata kata Laras terdengar putus asa.
Read more
57. Max dan Dia,
Laras terbangun bingung ketika melihat Max yang sudah memunculkan raut wajah panik dan gusar. Segera ia dudukan tubuhnya di atas ranjang dengan ekspresi yang sudah ikut memunculkan raut wajah bertanya tanya memandangi lelaki itu."Ada apa?"Laras majukan tubuh nya menyentuh pundak Max saat Max masih terdiam."Max,,kenapa?"Max tersentak dengan sentuhan tangan Laras,ia  menolehkan wajah menatap Laras yang ada di samping."kita akan pulang hari ini" jawabnya "cepat berkemas" lanjut Max dengan suara yang terlihat khawatir lalu turun dari ranjang.Mendengar perintah itu Laras hanya menatap heran punggung Max yang sudah menghilang di balik pintu kamar mandi. Sebenarnya ada apa ini?. Apa ada sesuatu yang mendesak sekarang,
Read more
58. Perasaan kelut.
Laras melangkah ke lorong koridor rumah sakit termenung menatap dengan pandangan kosong jalan di depanya. Pikirannya resah dengan semua yang ia lihat tadi. ia hembuskan nafas panjang dan berhenti menatap taman di depan sana. ia melangkahkan kakinya menuju kursi besi yang berada di taman tersebut.Suasana sore di taman itu cukup sepi. Hanya ada beberapa suster yang berlalulangan di belakang nya. Ia tatap sinar matahari sore yang sebentar lagi akan tenggelam. lagi, ia hembuskan nafas ia angkat wajah menatap langit berwarna orange sembari menutup mata merasakan angin yang bertiup ke arahnya. Entah mengapa sejak tadi perasaannya tak karuan, bahkan melihat lelaki itu menatap wanita lain saja berhasil membuat ia takut dengan semua peruntungannya akan menjadi sia sia begitu saja selama ini."Laras" panggil seseorang yang sudah menyentuh pundaknya pelan.
Read more
59. Jawaban Max.
Laras yang masih terdiam di depan pintu tersebut. Seketika jantung berdebar hebat menunggu jawaban Max akan penawaran yang lelaki tua itu ucapkan tadi. Ia semakin menggenggam erat tangkai pintu seraya menguatkan tubuhnya agar tak jatuh. "Maaf sedikit keluar jalur. Cindy anak saya cerita semenjak … ketemu bapak di rumah sakit dia sudah tertarik dengan pak Max. Saya datang ke sini juga atas permintaan Cindy, ketika dengar saham ayah kamu turun. Dan kami juga rekan bisnis pak Rinto. Mungkin gak ada salahnya saya mengajukan penawaran tadi. Lagi pula kita akan sama sama menguntungkan di sini, jadi bagaimana dengan tawaran ini pak Max? apa bapak bersedia mengikat diri dengan putri saya?" tanya lelaki paruh baya itu. Max belum menjawab sama sekali ucapan lelaki di hadapannya itu, ia masih terdiam, seketika beban pikirannya bertambah banyak. Mendengar tawaran dari le
Read more
60. Berita Max.
“Itu saya taruh karena saya lagi cari dompet mbak! jangan asal nuduh ya” seru Rina dengan penuh emosi"Udah mbak bawa ke kantor polisi aja" teriak seseorang yang ada di kerumunan melihat menyudutkan Rina."iya bener tuh bener" sahut lainnya.Laras yang mendengar itu lantas memajukan tubuh masuk ke dalam kerumunan dan langsung ikut ambil peran dengan kejadian tersebut."Ada apa ya mbak?" tanya Laras meminta penjelasan menatao pegawai toko dan  bergantiajn melihat Bu Rina"Laras"  Rina membesarkan matanya terkejut."ibu ini ketahuan mau maling obat mbak saya sendiri yang liat ibu ini masukin obat ke dalam tasnya" jelas pegawai sembari menunjuk ke arah Rina.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status