All Chapters of 90 Days To Fall In Love: Chapter 21 - Chapter 30
64 Chapters
21. Tidak Bisa Berubah.
Aku semakin meramas buket bunga denga perasaan yang sudah bercampur aduk. Melihat apa yang barusan kulihat segera aku berlari melangkah menjauh dari kedai tersebutbersamaan dengan hujan yang turun tiba tiba. Hatiku sakit melihat senyuman dan tatapan lelaki itu yang sangat sulit ku dapatkan ketika bersama ku, dan bersama perempuan tadi dia begitu bebas, entah kenapa aku sedikit kecewa. Kecewa pada diriku, kecewa pada hati ku yang tidak bisa membuat wajah itu tersenyum melihatku. Aku menatap langit malam membiarkan kali ini hujan menguyurku dengan deras. Aku hanya berharap  hujan bisa menjadi pengalih rasa kecewa di dadaku ini. Tidak peduli dengan tatapan orang banyak di sekitarku. Dalam diam air mataku pun akhirnya turun bersama jatuhnya rintik hujan malam ini. Ku keluarkan semua rasa kelutku menangis sekencang mungkin melampiaskan sesak di dadaku. Sampai hujan pun berhenti aku sengaja memperlambat langkahku yang terus melangkah tak tau arah. Sampai sebuah tangan
Read more
22. Bertemu Perempuan Asing.
Laras melanjutkan langkah sedikit berlari menuju halte bus dengan kelima jari menutup renggang matanya. Ketika pada pagi itu debu yang terbawa angin sedikit terbang ke arahnya. Namun, tiba tiba saja langkahnya terjatuh saat sebuah tubuh ramping sengaja menabraknya dengan sedikit keras. “Sial!” Terdengaran jelas umpatan kesal dari suara tersebut. Ia lantas mengerutkan kedua alis, kenapa jadi perempuan ini yang mengumpat? bukan seharusnya dirinyalah yang mengumpat jelas. Apa perempuan itu tidak melihat Laras sudah terjatuh terduduk di tanah seperti ini. Laras memagang pinggulnya dengan sedikit meringis. Ia mencoba bangun dengan perlahan dan benar saja nyeri pinggulnya semakin teras. Sebuah sentuhan lembut tiba tiba saja mengejutkan Larada, pergelangan tanganya di angkat perlahan seakan yang memerintahkannya untuk berdiri. Laras yang terkejut hanya bisa mengikut gerakan perempuan tersebut. “Maaf… apa kamu baik baik saja?” perempuan cantik ramping berkaca
Read more
23. Laras & Clara.
Laras lantas langsung mengatur ekspresi wajahnya, merapikan rambutnya dan membenarkan posisi duduknya. Lalu dia tersenyum sopan menatap perempuan tersebut.  "Maaf saya baru ingat, Saya Laras, salam kenal” ucap balik Laras seraya mengulurkan tangan kananya pada Clara. "Menurut ramalan, cuaca hari ini memang sedang tidak bagus." Sambung Clara, “Dan mungkin itu kenapa kita berdua bisa jatuh tadi” Laras hanya bisa mengangguk. Ia tidak tau harus membalas obralan itu dengan apa. Baru pertama kali ia betemu dengan wanita yang begitu humble seperti ini, dan itu membuatnya gugup. Perempuan bernama Clara itu masih terus memandanginya. tatapannya sedikit mengganggu dan membuat Laras menjadi salah tingkah. Dengan keberanian yang tersisa Laras  putuskan untuk bertanya lagi, memecahkan kegugupan di sekitarnya ini. "Sepertinya Saya baru kenal bu Clara hari ini" ucap Laras masih dengan suara gugup terdengar. Clara menyinggungkan senyum ringa
Read more
24. Perayaan Clara.
Drtt drtt. Getaran di ponsel Max mengalihkan dia dari cup cake di tangannya itu. Diletakkan kue tersebut  di atas meja dan segara membuka isi pesan yang tertera di layar ponsel itu. (To: Mr. Maxwell Prayoni A fresh beginning for our latest store. we would love to say "hello" as you enjoy you daily brew come together to celebrate the first flowers's shop) Ternyata sebuah pesan dari Ria yang mengirimkan sebuah softcopy undangan untuknya. Max memilih untuk membaca pesan itu tanpa mau membalas dan kembali melanjutkan focus pada berkasnya. Namun, tak lama suara dering ponselnya terdengar lagi dan sudah tertera nama Ria di sana. "Hallo Max, kamu sudah baca pesan dari aku?" "Hn" "Besok malam aku boleh ya berangkat bersama kamu"ucap Ria antusias. “See you tomorrow tonight" Wanita itu langsung mematikan sambungan telepon tanpa mau mendengar r
Read more
25. Perhatian Max.
Setelah menjadi pusat perhatian karena dirinya yang muncul tiba tiba tadi. Dengan sedikit salah tingkah Laras langsung menyingkir dari depan pintu tersebut. Berdiri di samping meja belakang acara dengan begitu malu. MC yang tadi menghentikan sambutnya kini sudah kembali melanjutkan tugasnya lagi. Dan para tamu pun sudah mengalihkan tatapan mereka dari Laras. Walaupun begitu tetap saja rasanya  Laras ingin sekali bersembunyi dan pergi jauh dari tempat ini sekarang juga.  Laras sangat malu! Terdengar MC memanggil nama yang Laras yakin adalah ibunya Clara untuk naik ke atas panggung. Laras lantas menatap perempuan berumur itu bersama dengan Clara yang sudah berdiri cantik di atas panggung. Dengan style gaun hitam mewah kini terdengar Clara yang sedang mengucapkan berbagai kata terimakasih untuk para tamu undangan. Tak lupa Clara juga mempersilahkan para tamu untuk mencicipi Dessert yang sudah disiapkan dan penyambutan itu pun diakhiri dengan tepuk tang
Read more
26. Begitu Takut
Laras tersentak menangkap jas hitam yang di lempar itu. Matanya menatap jas hitam yang sudah dipegang nya bergantian dengan menatap Max yang kini sudah masuk kedalam mobil. Laras terdiam, masih pada posisinya. Mendadak tubuhnya terkejut saat bunyi klakson dari arah belakangnya terdengar dan Laras pun segera memakai jas abu Max cepat setelah itu Laras masuk ke dalam mobil Max. Max langsung melajukan mobilnya dalam diam. Sedangkan Laras membenarkan posisi duduknya dengan canggung. Sepanjang perjalanan Laras hanya bisa ikut terdiam menatap jalan di luar sana. Dia tak tau Max akan membawanya kemana yang jelas dia hanya sedikit takut dengan Max sekarang. Apalagi mengingat untuk pertama kalinya Max membentak Laras begitu keras tadi. Kini rasa kekhawatiran semakin memenuhi benaknya  pikiranya  jauh berkelanan. Dia semakin menekan ujung jas menunduk takut. Sedetik kemudian dia melirik Max yang masih jelas terlihat sedang menahan amarahnya. Laras tak tau jika Max ju
Read more
27. Dinner?
Kedua orang tersebut lantas terkejut tak percaya mendengar apa yang baru saja Max diucapkan. Dengan Laras  yang kini sudah ternganga  membesar mata sempurna. Sementara dengan lelaki bernama Edgar itu sudah memunculkan ekspresi sangat terkejut dengan apa yang didengarnya itu. "Ahaha, Kenapa anda tidak bilang " Edgar tergugup salah tingkah menatap Max. Max semakin merangkul Laras di sampingnya dengan sorot mata yang masih menatap Edgar dingin. "Apa saya harus bilang?" Tanya Max mencoba tenang. Ketika menyadari dirinya terlalu tersulut emosi  Edgar semakin menciut "Kalau anda  bilang mungkin saya akan menyapanya dengan baik" Ucap Edgar semakin salah tingkah. "Dan sejak kapan Anda  suudah mempunyai tunangan? Rumor yang saya dengan anda masih sendiri”  "Anda tidak perlu tau soal itu. Saya memang tidak pernah mempublikasi status saya dam yang jelas wanita ini adalah tunangan saya " balas Max menekan setiap katan
Read more
28. Menahan Sakit.
Keesokan paginya .. Laras turun dari kasur tak bersemangat. Dia melirik jam yang sudah menunjuk di angka tujuh tepat. Pagi ini entah kenapa tubuhnya sedikit lemas tidak seperti biasanya. Sepertinya akibat pesta semalam di tambah dengan begadang membuat bahan presentasi subuh tadi. Membuat Laras merasa sangat kelelahan pagi ini. Hari ini Laras harus berangkat bekerja, tak ada alasan buat Laras untuk Absen. Apalagi pagi ini Max mempunyai jadwal meeting penting dan Laras harus berada di samping lelaki itu nanti. Dengan sedikit lunglai Laras menyeret langkah nya bergerak menuju kamar mandi. Selang berapa menit, Laras segera membenarkan penampilannya dengan sedikit tergesa. Dia mengambil tas seraya mengunci pintu dan bergegas menuju halte bus. Laras mendesah ketika melihat jam di tangan nya sudah hampir menunjukan pukul delapan. Dengan bus yang melaju lambat  sepertinya ini. Pasti Laras akan terlambat lagi. Laras harap Max belum datang sebelum dia sampai nant
Read more
29. Rasa khawatir yang tidak bisa lepas.
Dengan sigap Max menangkap tubuh Laras yang sudah jatuh kedalam dekapannya. Dia tahan tubuh itu dengan satu tangan erat. Bisa dia rasakan suhu panas dari balik tubuh Laras. Saat dia melihat kembali wajah Laras yang semakin pucat  dengan buliran keringat yang semakin bercucuran. Tanpa buang waktu lagi  Max membawa Laras masuk kedalam mobilnya.   Fokusnya semakin buyar saat mendengar tangisan yang keluar dari mulut Laras dan berhasil membuat Max  semakin kelabakan. Masa bodo dengan rambu lalu lintas. Max melajukan mobilnya itu dengan kecepatan penuh.  Dan sampailah mobil yang di kendari Max di rumah sakit tujuan. Setelah meminta dokter untuk segera menangani Laras. Kin Max pun sedikit  menghembuskan nafas lega. Dirinya terduduk sendiri di lorong rumah sakit. Menunggu pintu ruang UGD itu terbuka dan kabar dari dokter yang memer
Read more
30. Rangkulan Max.
Max sedikit menggeliat dalam tidurnya itu. Dia membuka mata ketika merasakan balasan genggaman erat pada tangannya ini. Perlahan Max bangun  melihat Laras yang kini sudah meringkuk seperti janin mendekat ke arahnya.   Sadar akan posisi Laras yang sudah sangat berbeda. Max kembali memperhatikan wajah Laras. Perlahan Max mengelus rambut Laras lagi, membawa rambut panjang  itu ke samping telinganya.Terlihat damai dan tenang. Namun terganggu saat Max melihat jejak air mata mengering di pipi Laras. Kenapa Laras menangis? Apa sesuatu telah mengganggumu? Max menghela nafas pelan sambil bertanya tanya. Dia lepaskan genggaman tangan Laras dengan perlahan saat dia merasakan getaran dari ponselnya. Sedikit membenarkan posisi tidur Laras agar terlihat nyaman.
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status