All Chapters of 90 Days To Fall In Love: Chapter 11 - Chapter 20
64 Chapters
11. Mabuk
Max membopong Laras menuju kamarnya, membaringkan wanita itu dengan perlahan lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh Laras dengan tenang. Sejenak Max menatap wanita yang sedang tertidur di hadapannya itu dalam diam, mengingat kembali apa yang dilakukan wanita tersebut saat di meja makan tadi. Senyum tipis pun mengembang, tatkala wanita ini berani membentak Ria dan menyentuh wajah nya dengan sangat dekat. Di sela ingatan dengan kejadian tadi. Max membenarkan letak posisi rambut Laras yang sedikit menutupi wajahnya itu. Max ingat ucapan wanita ini ketika membandingkan dengan Ria. Max mengelus pipi mulus itu dengan lembut.  “Cantik” gumam Max tanpa sadar dan direspon dengan menggeliat Laras dalam tidurnya. Clekk. Ter
Read more
12. Sadar dari mabuk.
Ciuman Max semakin cepat tak menunjukan tanda melambat. Laras semakin bergairah dibuatnya, tangannya kini bergerak menelusuri tubuhnya. Dia pun melakukan hal yang sama. Namun ketika Laras akan membuka kancing baju lelaki itu. Seketika Max menarik tangannya dan menghentikan ciuman mereka. “Saat nya bangun Laras” katanya meninggalkan Laras sendiri di atas ranjang. Bersama dengan bunyi suara yang begitu mengganggu, dan membuat Laras langsung mengerjapkan kedua mata saat suara yang mengganggu di sampingnya itu adalah sebuah alarm yang berbunyi. Dengan perlahan, Laras mengangkat tubuhnya, mengambil alarm tersebut dan langsung menghentikan bunyi yang mengganggunya itu. Dia pun kembali memejamkan mata sambil mengukir senyum, ketika Laras kira akan kembali melanjutkan kegiatan bersama dengan lelaki tadi.  Namun, men
Read more
13. Khawatir
Keesokan pagi...   Aku datang lebih awal dari biasanya. Sesampainya di kantor aku langsung bergegas menyiapkan kopi untuk Max yang saat ini belum tiba. Dan tidak lupa aku langsung mengecek jadwal Max hari ini. Aku melepaskan nafas lega ketika melihat di layar tablet yang kupegang list Max tidak begitu padat. Mendadak semangatku memuncak, aku pastikan bisa selesaikan semua hari ini dan... aku pasti bisa membuat Max terkesan akan kinerja ku.  Ini adalah kesempatan ku untuk menunjukkan kepadanya kalau aku bisa mengambil hatinya mengingat kejadian semalam Max begitu manis padaku. Percayalah sepulang dari apartemen Max aku tidak bisa tidur semalaman. Jam sudah menunjukan pukul delapan pagi dan terlihat Max keluar dari dalam lift khusus menuju ruangannya.
Read more
14. Toko Bunga.
(Laras POV) Sambungan telepon itu terputus begitu saja. Untuk beberapa menit aku termenung  saat baru menyadari kalau untuk pertama kalinya Max menghubungiku secara pribadi tadi. Perasaan ku seketika menjadi tak menentu, apalagi saat mendengar Max akan menyusul diriku. Apa itu artinya Max ingin mengantarku ?  Semua pikiran yang berbicara di kepalaku seketika menjadi kenyataan saat sebuah mobil hitam kini  melaju pelan kearah ku. Aku semakin termenung, tak percaya dengan apa yang aku lihat. kaca mobil itu pun turun dan tak lama terdengar suara berat dari dalam mobil tersebut. “Masuklah” katanya  ku masih terpaku mendengar debaran di dadaku yangs semakin ke
Read more
15. Rumah Sakit
Sedikit terkejut aku membalikan tubuhku. Mendengar suara Max langsung ku sambut dia dengan senyuman hangat. Sejenak aku berfikir mencerna perkataan Max tadi, kulihat bunga biru ini lalu tak lama aku pun mengangguk. Mungkin tidak masalah untuk membeli nya  juga " Tolong bungkuskan bunga ini juga" pinta ku pada lelaki yang menjelaskan tadi. Lelaki itu langsung mengambil bunga biru dan bergegas untuk membungkusnya. Sebenarnya aku tidak tau untuk apa aku membeli bunga yang bahkan terdapat kisah sedih di dalamnya. Mungkin, karena aku merasa jika nasib kisah cinta ku sama seperti sang putri. Sekarang aku mengerti, bukan diriku saja yang merasakan patah hati,  sejak dulu hingga saat ini.Ternyata mencintai itu adalah suatu yang sulit. Aku pikir, Max adalah lelaki yang mudah dijangkau. Tapi, sejak dulu hingga saat ini nyatakan perasaan ku tidak pernah sampai
Read more
16. Perasaan Aneh
Setelah mengetahui bahwa Bi sri mengidap kanker stadium lanjut yang bisa ku lakukan saat itu hanya bisa terdiam, merendam semua kesedihan yang tidak ingin kutunjukkan. Bi Sri, satu satunya orang yang aku punya hanya memiliki waktu tiga bulan lagi.   Rasanya pikiranku kacau, Bagaimana mungkin semua ini terjadi. Hanya bi Sri yang aku punya dan selalu ada disampingku setelah kepergian kedua orang tua.  Ya Tuhan aku tidak mau merasakan kehilangan lagi.    Air mata yang sejak tadi aku tahan akhi jatuh. Tangis yang dipendam kini terdengar bergetar.   Aku mendudukkan wajah ku diantara pangkuan tanganku. Di sore yang begitu hening, lagi lagi aku tidak tahu harus melakukan apa.  
Read more
17. Pagi bersamamu.
3 hari bersama Max dalam satu atap adalah hal yang tidak pernah kupikirkan. Bagaimana seorang Max, yang selalu mendapatkan kenyaman mau menginap di rumah kecil seperti ini. Tapi yang ada di depan mataku sekrang ini memang benar adanya, lelaki yang sedang kupikirkan itu sedang terduduk manis sambil menikmati makan malam nya. Apa aku sedang bermimpi … Aku coba menyubit pipi ku keras. Dan Aw... Rasa sakit itu benar nyata. Sontak reaksi ku mengundang perhatian dari kedua orang yang kini sudah menatapku heran. "Ada apa Laras?" Tanya bi Sri khwatir . Aku tundukan wajah malu sambil menggelengkan kepala. "Tidak ada apa-apa bi, lidah Laras tergigit" dusta ku semakin menundukan wajah saat Max masih menatp ku datar. "Hati hati nak,
Read more
18. Keresahan hati Max
Pagi itu akhirnya Max, kembali pada kesaharianya, begitu juga dengan Laras. Mereka sudah kembali masuk bekerja. Setelah menghabiskan beberapa hari bersama dengan Laras kemarin. Percayalah, semalaman  pikiran Max terganggu. Bukan karena Max tidak bisa tertidur. Tapi karena dia dengan sadar memikirkan setiap waktu bersama Laras. Memikirkan  disaat wanita itu merangkulnya dengan sangat erat, disaaat senyum lembutnya selalu mengarah untuknya, walapun Max tidak pernah membalas itu. Memikirkan Saat bibir tipis nan raumnya hampir saja membuat Max sedikit tergoda. Dan hangat rangkulannta yang membuat tubuh Max … “Ah Sialan!” gumamnya bersamaan dengan suara ketukan pintu yang berhasil menyadarkan Max dari lamunannya itu. Segara Max mengatur suaranya untuk merespon ketukan tersebut. “Masuk” Wanita yang sedari tadi bersarang di pikiranya kini muncul. Laras, masuk dengan sopan sambil melangkah membawakan secangkir kopi hitam ke arah meja Max. “Ini kopin
Read more
19. Bertemu Kembali.
Bukan hanya Alex, Suara bunyi notif yang berasal dari ponsel wanita yang sejak tadi sibuk dengan berkas diatas mejanya itu berhasil mangalihkannya dari berkas tersebut. Lengkung di bibirnya seketika muncul tatkala melihat isi pesan dalam ponselnya. Tak bisa Laras  pungkiri betapa bahagianya dia mendapati pesan foto gambar dirinya dengan Alex beberapa waktu lalu. Alex begitu lucu, lelaki itu memang selalu mempunyai cara untuk membuat Laras tertawa melihatnya. Sahabatnya itu memang unik, ia bersyukur memiliki Alex yang selalu ada untuknya dan selalu ingin menjadi temannya. Mungkin ia harus lebih sering meneraktri Alex nanri. Langsung Laras pindahkan foto mereka kedalam folder ponselnya. Max keluar dari pintu lift sambil melihat jam di tangan nya dan segera ia melangkah menuju ruangan nya. Beberapa jam lalu ia baru saja menyelesakan meeting yang tertunda, ia bahkan melewatkan jam makan siangnya hari ini, begitu pun dengan wanita yang ikut meeting denganya tadi. La
Read more
20. Melihatnya
Jam menunjukan pukul lima sore. Aku  masih pada mejaku. Keadaan kantor sudah semakin sepi. Kini hanya tinggal diriku dan beberapa orang yang berlalu lalang di bawah. Aku menatap Arloji di tangan dengan hembusan nafas singkat.  Pikiranku masih sama. Tentang Max yang Ternyata tidak kembali ke kantor sejak kepergiannya. Ya sedari tadi aku menunggunya kembali, berharap kalau ia akan memberikanku pekerjaan tambahan. Namun, ternyata aku salah.  Dengan tidak bersemangat aku bereskan mejaku untuk bersiap pulang. Beberapa lagkah meninggalkan mejaku, tiba tiba saja aku terpaku  menatap jauh keramain kota di sore hari dari kaca gedung. Pikiranku masih mencari, Kemana sebenernya lelaki itu pergi. “Baru turun Bu” sapa seorang office girl pada saat bersamaan menunggu lift. “Iya nih mbak” “Saya kira Bu Laras sudah pulang dari tadi” ucapnya pelan “Soalnya, tadi saya liat pak Max sudah turun ingin pulang” jelasnya dengan sopan. Aku tersenyu
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status