Semua Bab Kulakukan Demi Keluarga: Bab 31 - Bab 40
51 Bab
Kedatangan Mama
POV Devan. Aku belingsatan berlari menuju ke kamarku, sebelum Mama menemukan ku, dengan keadaan seperti ini, meskipun kelakuan ku kurang baik, namun aku tetaplah anak Mama, dia pasti marah jika anak semata wayangnya membawa gadis ke dalam rumah dan malah sudah aku tiduri. Aku sangat takut jika ke tahuan bahwa aku semalam aku habis tidur bersama wanita yang bukanlah istri ku di rumah ini. Aku berjalan celingukan pandangan ku mengedar kesekeliling, seperti maling yang takut teretangkap warga. Ya kalau di fikir, tak ada bedanya aku dengan seorang maling, aku sudah aku mencuri keperawanan seorang gadis."Selamat." Aku menepuk-nepuk dada seraya menarik nafas lega, karena berhasil masuk ke dalam kamar tanpa bertemu Mama terlebih dahulu."Sorry Ma! Anak mu bosan menduda, aku tau, cara ini memang salah." Aku bergumam sendiri sambil merapikan kerah kemeja putih yang ke kenakan, ku lipat di kedua belah lengannya, celana bahan warna hitam untuk setelanny
Baca selengkapnya
Nyonya Besar
POV SilviAku dan Bi Rika menoleh serentak ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka lebar, kami sangat terkejut dengan kedatangan dua orang, yang sedang berdiri di ambang pintu. Dia adalah Devan dengan seorang wanita paruh baya, namun penampilannya masih terlihat sangat cantik."Nyonya besar," sapa Bi Rika ramah, seraya menyunggingkan senyuman, di barengi anggukan.Wanita itu merangsek maju ke arah ku dengan wajah di penuhi amarah kedua tangannya mengepal, suara hentakan sepatu high heels berdentum seiring langkahnya yang setengah berlari perpijak di lantai marmer kamar ini, menyerbu ke arah ku.Di susul oleh Devan wajahnya begitu gusar, dan berusaha menghalangi jalan wanita itu. "Mah, tunggu dulu Mah!" ucap Devan wajahnya panik, sambil terus menahan wanita yang di panggilnya Mama, namun ucapan Devan tak di hiraukan nya."Kau, berani-beraninya menginjakan kaki lagi, di rumah anak saya, hah! Setelah apa yang kamu lakukan, dasar perempuan murahan!
Baca selengkapnya
Menjadi ART
POV DevanDuga'an ku benar, Mama sangat membenci Silvi sama halnya seperti dia membenci Raya, awalnya aku berharap Mama bisa menerima kehadiran Silvi di rumah ini. Di lain hari aku akan pelan-pelan mengungkapkan yang sebenarnya pada Mama, bahwa aku mencintai gadis itu.Namun perkira'an ku tak sesuai yang di harapkan, belum saja aku mengatakan apapun tentang Silvi, Mama sudah lebih dahulu menemui dia dan melabraknya, bahkan mencaci maki gadis itu. Tak puas dengan mencaci-maki, Mama melayangkan tamparan tangannya, dengan keras, sehingga membekas kemerahan di pipi Silvi, amarah Mama semakin membuncah sa'at aku melerai dan berusaha menenangkannya.Tak sampai di situ tangan Mama mencengkram rambut Silvi begitu kuat, hingga beberapa helai rambutnya yang hitam dan panjang pun ikut terbawa di jemari Mama.Seakan tak puas dengan aksinya menyakiti Silvi, dia mendorong tubuh gadis itu hingga tersungkur ke lantai, Silvi terduduk seraya memegangi kepalanya, ak
Baca selengkapnya
Ingkar Janji
POV Silvi.Aku berjalan dengan langkah pelan, ku tarik nafas dalam-dalam sebelum melangkah meninggalkan kamar yang biasa aku tempati.Hati ku begitu sakit mendengar hina'an yang keluar dari mulut Nyonya besar. Memang aku ini orang miskin, tapi aku juga punya hati, sama seperti mereka.Benar aku ini tidak pantas memakai baju semewah ini, aku juga tak pantas tidur di kamar itu, namun caranya dia bicara yang membuat hati ku perih.Nyonya besar memang sangat benar aku lebih cocok jadi pembantu dari pada jadi asistennya Devan.Aku juga tak menginginkan menjadi asisten Putra tunggalnya, yang hanya memanfaatkan kelemahan dan ketidak berdaya'an ku, bukannya jadi asisten pribadi, melainkan tempat menyalurkan hasratnya.Tapi lebih baik seperti ini, bekerja sebagai asisten rumah tangga, dari pada aku menjadi pemuas nafsu majikan ku. Devan Biantara.Laki-laki itu sangat tampan dan begitu sempurna, wajahnya bisa menghipnotis para wanita, uang dan
Baca selengkapnya
Bukan Cinta Tapi Nafsu
POV Devan."Jangan menolak ku, sayang! Aku mau! Tubuh mu begitu hangat, dan menggoda, membuat ku selalu menginginkannya!" ucap ku tersenyum sambil menaikan alis dengan tatapan genit."Maksud mu? Ku kira janji mu semalam itu sungguh-sungguh, tapi ternyata kau menipu ku lagi!" tukas Silvi, dia mundur seraya meremat sprei warna biru pembungkus kasur, yang ia duduki. Wajahnya menengadah menatapku dengan tatapan murka."Iya, aku masih ingat, dengan janjiku semalam, dan aku juga sudah bersumpah pada diri sendiri, namun, hati ku tak mengizinkan aku bersumpah, karena itu sungguh akan menyiksa batinku."Aku membuka kancing kemeja yang ku kenakan dengan gerakan cepat, dan ku lempar ke sisi tubuh Silvi, juga melepas seluruh pakaian yang melekat di tubuh ku."Diam kau! Jangan mendekat! Aku tidak mau lagi Tuan! Semalam aku sudah melakukan yang kau minta, aku sudah memuaskan mu, hingga menjelang subuh," hardik Silvi sembari melempar bantal ke arahku. Ku tangkis banta
Baca selengkapnya
Datang Bulan.
POV Silvi.Perut ku sakit, seperti sedang di aduk rasanya tak bisa ku gambarkan lagi, entah kenapa ini? apa gara-gara Devan yang menggagahi ku hingga berkali-kali tadi malam, dan di susul barusan, dia melakukan aksinya lagi, hingga aku terkulai lemas. Dan perutku kini sakit, aku meringis meremas tangan Devan, menahan rasa sakit ku."Sayang... Kita ke Dokter saja ya! Biar dapat penanganan lebih lanjut," bujuk Devan, dengan nada khawatir, dia mengusap-ngusap punggung ku, aku muak di panggil sayang, namun panggilan sayangnya, tak mencerminkan, bahwa dia memang menyayangiku, dia hanya sayang dengan tubuhku, dan sesuatu yang ku punya."Gak mau, aku minta air hangat saja, sama minyak angin!" pinta ku, dengan nada ketus."Ya sudah, sebentar aku ambilkan air hangat, sekalian minta minyak anginnya, sama Bibi," ucap Devan bangkit dari duduknya, ku lepas tangannya dari genggaman ku."Iya, jangan lama-lama!" tukas ku tanpa menoleh ke arahnya, aku masih meringkuk me
Baca selengkapnya
Aku Mencintai Dia.
POV Devan."Kenapa kamu menangis sayang? Ma'af, jika aku sudah menyakiti hati mu? Apa ada yang salah, dari ucapan ku?" tanya ku, seraya menatap wajah ayu Silviana. Ku usap bulir bening, yang keluar dari sudut matanya, dengan ujung jemari ku. Silvi menggeleng sambil menundukkan kepalanya."Tak usah minta Ma'af! Tak ada yang salah, dengan perkataan mu Tuan." Aku melepaskan tangan Silvi, dari genggaman ku, lalu dia turun sambil menyeret koper warna coklat miliknya."Sini ku bantu!" ucap ku merampas koper dari tangannya."Tidak perlu Tuan muda! Saya bisa sendiri!" jawab Silvi datar, dia menolak bantuan ku dan melengos pergi ke lantai dasar menuju kamar barunya. Hatiku terhenyak dengan sikap Silvi yang selalu dingin, aku tau dia memang tak mencintaiku, aku juga tau dia jijik padaku, karena perlakuan ku padanya.Sesungguhnya aku menginginkan Silvi tetap di kamarnya seperti semula, dan memakai baju-baju yang aku berikan, aku
Baca selengkapnya
Jangan Lakukan Lagi
POV Silvi.Malam sudah larut dan sunyi, di tengah keheningan aku bangkit dari tempat tidur karena mata ku tak kunjung terpejam, dan terjaga sepanjang malam hingga menjelang subuh.Di kamar berukuran sedang dengan temaram lampu tidur berukuran kecil. Ku lirik Bi Rika yang tengah terlelap di samping ku, tidur meringkuk membelakangi ku, hanya dia yang menjadi sandaran ku selama aku berada di sini. Aku tak punya tempat mengadu untuk meluapkan keluh kesah selain dia, dua bulan sudah aku tinggal di rumah mewah milik Devan.Semakin hari aku semakin tersiksa, bukan hanya perlakuan Devan yang kerap kali menggagahi ku, tanpa kenal waktu, jika ada kesempatan, di kala Mama nya tak ada di rumah. Kini Nyonya besar tinggal di rumah Devan. Nyonya Amelia juga sangat membenci ku, tak jarang aku di hina di depan semua orang, dan dia juga tak segan menampar ku dia di hadapan ART lain, membuat aku semakin buruk di depan semuanya.Makian dan cacian yang ter
Baca selengkapnya
Memaksa
POV Silvi.Perjanjian, itu kan dulu! Tapi kenapa hingga seterusnya aku harus melayani dia untuk menyalurkan hasrat padaku. Bakti kepada orang tua untuk mendapatkan banyak uang, dan membahagiakan mereka, iya itu tujuan utama hidup ku. Tapi bukan dengan cara seperti ini, menjual diri pada lelaki yang tak pernah puas. Aku menginginkan pekerja'an yang halal, aku sudah tak mau menjadi budak Devan lagi."Aku butuh kamu, kita ke kamar sekarang!" ajak Devan mencekal lengan ku. Dengan senyum tipis Yanga ia tampilkan, dia sangat tampan wajahnya begitu memesona, hidungnya yang mancung, juga bulu jambang menghiasi wajahnya yang maskulin dia Pria sejati, namun bobrok akhlak."Jangan Tuan...!" Aku memutar tanganku sekuat tenaga agar terlepas dari genggamannya."Ck, Tak usah banyak bicara!" Devan berdecak kesal seraya menarik tubuhku ke dalam pelukannya."Sudah ku katakan, aku tidak mau! Apa kau tuli Tuan!" sergah ku, mendorong tubuh Devan agar
Baca selengkapnya
Hasil Pemeriksaan
POV Devan.Aku berdiri mematung sambil memeluk Silvi, ku dekap dia dengan erat, tubuhnya lemas dan hampir ambruk."Sayang, bangun! Kamu jangan bercanda," seruku seraya membelai pipinya dan menyingkirkan rambut yang menutupi wajah ayunya, apa Silvi benar pingsan ataukah dia hanya mengerjaiku."Hei.! Nona, buka mata mu!" Aku mengapit kedua belah pipinya dengan jemari tangan ku sambil mengguncang wajahnya. Namun dia bergeming. Rupanya dia tidak sedang mengerjaiku.Aku mulai cemas dengan keada'an gadis ini. Apa karena aku terlalu memaksa hingga dia syok dan tak sadarkan diri. Ku angkat tubuh mungilnya ke atas tempat tidur dan membaringkannya di sana. Ku tatap wajahnya lekat-lekat, dia begitu cantik sa'at matanya terpejam, wajahnya begitu damai, tanpa dosa.Bentuk wajah oval, bibirnya ranum, hidung bangir, bulu matanya lentik. Jika sedang memejamkan mata, dia tidak mirip Raya. Silvi lebih cantik wajahnya oriental, kulitnya putih mulus, tubuh ting
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status