All Chapters of The Undying Tales of AGORA BEAK: Chapter 71 - Chapter 80
84 Chapters
Mundur!
[Lapangan Tenis - tempat penyimpanan] [Teja, Jimi & Yunita Vs Rangga & Iwan] Jimi menyadari Teja dan Yunita sudah bergerak mundur lebih dahulu mendekati pos, seluruh yang ia potong juga belum kunjung ditarik oleh pasukan Rangga dan Iwan. Namun saat Jimi hampir memutari lubang di tengah lapangan tenis, sesuatu yang besar terjadi. "Jimi lindungi dirimu!" mendadak Hanuman memberikan peringatan keras kepada Jimi. Dengan cepat Jimi berdiri diam dan menyilangkan kedua lengannya di depan wajah dan menunduk. "Yuda!" Jimi lantas mengaktifkan kemampuan fisiknya karena ia belum menguasai teknik melindungi diri. Tiba-tiba terdengar sebuah ledakan dan guncangan kerasa di tanah. Dari dalam lubang menyembur asap pekat berwarna hitam yang lantas membumbung tinggi ke langit. Pemandangan yang menyerupai erupsi gunung berapi. Jimi tidak lama menahan tekanan dari ledakan tersebut, itu membuatnya terhempas menghantam pagar
Read more
Tanpa atau dengan bantuan Setan
Agora sudah kalah di tiga tempat. Agen mereka yang dikirim untuk menyabotase Linda hanya meyisakan Umbu yang hampir tidak mengetahui kemampuan mengerikan kapten bagian peralatan dan penyimpanan tersebut. Waktu sudah bergeser ke subuh dan Linda sudah menguasai cafetaria. Di sana Tia dan Glori terbaring diam, tidak jauh dari robot tempur Glori yang juga putus dari sirkuitnya.Soca dan Sriti tidak lama menyusul Linda yang sudah duduk di kursi tempat Tia duduk sebelumnya. Mereka berdua sama sekali tidak melirik Tia dan Glori yang terbaring di lantai dengan cipratan darah di sekitarnya. Mereka bertiga lantas duduk bersama dan membicarakan hal-hal dengan santai, hanya saja Linda cukup pasif dari obrolan tersebut."Linda. Lo grogi?" tanya Sriti asal. Di pipi, tangan dan dahinya ditutup oleh plester. Sepertinya ledakan tabung yang diakibatkan Nora memberikan bekas luka yang cukup banyak."Jangan bicara asal. Lebih baik lo fokus pada keselamatan diri lo sendiri," jawab L
Read more
Restorasi dimulai
[Cafetaria]"Hei, Glori. apa mereka sudah pergi?" tanya Tia yang masih dalam posisi berbaring. Glori tidak segera menjawab, ia terbaring dengan kepala berada di tangan lengan Tia."Lengan lo keras, sama seperti dulu," ucap Glori di luar dugaan."Lo ngomong apa!? lengan gue sudah kesemutan! buruan pindah!" perintah Tia."Untuk apa? tangan lo sudah hampir hancur karena melindungi gue.. dan ini mungkin terakhir kali kita bisa dekat kembali sebagai teman," balas Glori tidak mau kalah. Mereka kemudian terdiam."Mereka sudah pergi kan? gue mau pindah." Tia akhirnya memilih egois dan berusaha bangun namun Glori malah meremas tangannya yang dipenuhi luka itu. Jelas Tia menjerit bukan main."Loh engga jadi pergi? ayo silahkan," Glori tidak memberi ampun."Perempuan sialan! sakit banget!" Tia mengeluh sambil kembali berbaring.*****[4 tahun yang lalu]Glori mengingat posisi berbaring ini a
Read more
Trembling Hand
[Lapangan tengah bagian depan sekolah]Sebuah mobil yang berisi tiga orang memasuki pagar sekolah. Norto dan Biska dengan malas mempersilahkan mobil tersebut dan mengarahkan parkir di belakang sekolah. Mereka berdua kemudian kembali duduk-duduk di pos keamanan tersebut. Tanpa mereka sadari ada seseorang yang berjalan dari arah belakang dan mencegat mobil tersebut. Orang tersebut adalah kaki tangan Kaman.Pengemudi mobil tersebut kemudian membunyikan dan keluar dari tempatnya. Duduk di samping pengemudi tersebut seorang perempuan yang membawa sebuah papan jalan, ia juga was-was karena hal tersebut tidak biasa di sebuah institusi pendidikan."Minggir! Saya membawa Direktur Kementerian!" seru pengemudi tersebut, namun pria yang mencegat itu bergeming."Mutia, ada apa?" tanya seorang pria paruh baya yang duduk di kursi baris belakang."Eng, engga.. engga tahu pak. Tapi sepertinya ada yang aneh. Bapak tunggu sebentar di mobil ya," ucap
Read more
Strategos Autokrator
[Ruang Kontrol, Biro Penambang] Setelah melihat seluruh situasi, Tia meminta Nora membantunya merawat Dio. Nora terkejut bukan main melihat Dio babak belur dengan luka yang memenuhi sekujur tubuh. Meski Nora dan Dio beberapa kali bertatapan namun, tidak ada satupun kalimat yang keluar dari mulut Nora. Perempuan itu berhutang namun juga terlanjur malu dengan perbuatannya tadi, ditambah dengan kondisi Dio sekarang, rasa bersalahnya kian besar. "Nora. Lo selamat .. dan datang membawa teman, baguslah," ucap Dio lemas. Nora tidak menjawab sama sekali, ia hanya terus menggerus pil ambrosia yang kemudian dilarutkan air dan dibalurkan ke luka Dio yang parah. Tia baru memberitahu mereka jika ada sebuah pil ambrosia yang dimasukkan ke dalam tas salah satu dari mereka, dan itu adalah tas milik Nora. "Nola, jika lo adalah hantu.. kenapa gue bisa melihat lo dengan jelas?" tanya Tia sambil bersandar di dinding, salah satu tangannya tetap siaga menggenggam
Read more
Memburu Pilar
[Sebuah Gudang Barang Bekas di Luar Sekolah] [Herna Mischa vs Soca Damun Arsa] "Lo punya kekuatan yang gue engga tahu apa kemampuannya. Engga mau membuat pertarungan ini adil?" tanya Mischa dengan senyum. Ia masih tenang dan menganggap enteng pertarungannya dengan Soca. "Ten folds. Kemampuan yang terlalu berbahaya bahkan bagi seorang Umbu sekalipun," jawab Soca datar. "Hei bocah. jangan membandingkan kemampuan gue dengan Umbu. Tidak adil. Dia terlalu lemah untuk gue". "Maka, jangan jadikan alasan adil sebagai caramu untuk menang, Mishca," Soca kemudian memutar sebuah tutup botol tersebut untuk membuka isinya. Mischa bergerak cepat dengan mencengkram sebuah kipas duduk bebas yang terserak dan melemparnya ke arah Soca. Soca terkejut namun refleksnya menangkis benda tersebut, yang tidak Soca antisipasi adalah saat kipas tersebut adalah debu dan beberapa benda kecil bertebaran menghalangi pandangan Soca. M
Read more
Hitung Mundur Restorasi
[Lorong penyimpanan Biro Penambang]"Mba, lo merasakan itu juga?" tanya Afif yang bersandar di dinding. Ia merasakan kekuatan di dalam tubunya keluar masuk dengan perlahan sehingga tidak stabil."Ini jauh lebih besar daripada kekuatan kita semalam. Mba Linda sepertinya sudah bergerak," jawab Gina berdiri sambil memandangi langit-langit."Tapi, terima kasih karenanya badan gue perlahan-lahan membaik," ucap Afif yang perlahan merambat berdiri."Kita harus keluar. Labirin milik Bang Cecep harusnya sudah permanen mati, kita bisa langsung menuju lantai atas," ajak Gina yang mencoba melompat berkali-kali."Mba, lo engga perlu berputar saat melompat. Celana dalam berenda hanya pantas digunakan Tari," celetuk Afif yang tidak sengajak memperhatikan gerakan Gina."Lo juga Tari Fans Club!? awalnya gue pikir fans Tari yang cowo itu normal sampai gue tahu kalian memperhatikan detail penampilan dan pakaian Tari.. Menjijikan," balas Gina y
Read more
Separuh
[Lapangan Belakang Sekolah] [Benso vs Sriti] Pertarungan Benso dan Sriti terhenti sebentar setelah semburan asap hitam yang menjulang tinggi. Benso segera melirik ke arah Sriti, berharap kemarahannya kepada para pemberontak benar terbukti dengan wajah puas mereka. Namun, Benso tidak menemukan ekspresi itu wajah Sriti. Air mukanya bukan puas, meyeringai atau tersenyum bangga. Apa yang dilihat Benso adalah wajah gadis yang pasrah dan tidak menikmati satu detikpun hidupnya. Sriti memang dikenal pendiam dan memiliki nada bicara yang unik, namun perempuan yang satu angkatan dengan Benso tersebut lebih sering menyendiri dan bergaul dengan Linda atau Glori, sifat umumnya penderita ludens. "Sudah puas!? Kita selesaikan sekarang, Sriti!" seru Benso bengis. Sriti terkejut dan kembali mengendalikan dirinya yang sempat terbawa suasana. "Lo engga mengerti arti usaha Linda," balas Sriti yang kemudian melayang kembali.
Read more
Separuh lainnya
Pancuran asap yang membumbung tinggi itu juga mengingatkan ingatan Linda. Sesaat ia berserah pasrah apabila kepalanya lepas tiba-tiba akibat serangan mendadak mangata. Misinya menghancurkan sirkulasi energi mineral yang ditimbun organisasi Agora Beak sudah usai. Namun mendadak ingatan masa lalunya muncul. Ada anak lain selain Soca yang mendapat berkah lebih dan ia berada di sisi yang terang, bukan sisinya."Getanama ceri.. harusnya kamu ikut dihakimi disini.." ucap Linda perlahan, kepalanya yang awalnya dingin mendadak mendidih."Kamu menuruti perintah Papa dan Mama namun setelah terak itu datang mencerahkan.. kamu pergi dan membela kebenaran.. Munafik.. Oportunis.. Apa mungkin tugasku belum selesai disini hingga seluruh penghuni Rumah Basaria memilih sisi yang benar.." renung Linda.Dari semburan itu tiba-tiba tanah seolah sobek dan membuka sebuah portal layaknya portal di malam purnama. Dua sosok berwarna hitam dengan tinggi hampir mencapai 3 meter muncul meng
Read more
Separuh Sisanya
[Gudang barang bekas] Seseorang berjalan perlahan sambil sesekali melihat ke arah Soca meninggalkan gudang. Orang itu adalah seorang perempuang yang mengenakan seragam sekolah. Saat mengetahui tempat tumpukan barang bekas yang ia tuju berada di dalam wadah besar berdinding cukup tinggi, ia kemudian melihat sekeliling dan menemukan barang bekas lain yang dapat dijadikan pijakan naik. Tidak lama terdengar suara demtuman dari arah luar gudang. Perempuan tersebut menghentikan sejenak langkahnya, ia yakin ada masalah besar yang timbul dari arah sekolah. Setelah sampai di puncak tumpukan barang bekasi ia lanjutkan dengan berjalan meniti dan mencari pijakan yang kuat. Karena perempuan itu menggunakan rok maka langkahnya cukup panjang mencapai pijakan yang cukup jauh. "Ah! di situ rupanya!" gumam perempuan tersebut saat melihat jejak darah yang mengarah ke satu titik. Di titik itu juga ia melihat kaki yang terjuntai lengkap dengan sepatu kets dan kao
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status