All Chapters of The Undying Tales of AGORA BEAK: Chapter 31 - Chapter 40
84 Chapters
Aan Kida Lorem
"Kamu juga merasakan sensasi yang sama, Kida?" tanya Jimi setengah antusias. "Faksi palung adalah satuan yang bergerak cepat dan siap merespon segala ancaman dengan cepat," jawab Kida dengan wajah puas dan lengan yang bersedakep. "Kaitannya apa dengan Kani?" "Kaitannya saya sudah mengikuti Kani sejak dia memancingmu untuk keluar sekolah tadi siang," jawab Kida. "Menakutkan, memang apa yang kamu lihat selama itu?". "Hmm.. banyak. Kani langsung keluar kelas dan menuju El-Dorado. Dia berdiri di samping pintu masuk bangunan, sepertinya menunggu Jimi. Saat kamu datang, ia segera bersembunyi di ruangan ekskul lain, padahal ia anggota Agora. Saat kamu memasuki ruangan mading, ia menunggu cukup lama hingga Afif lewat dan mengacuhkannya." Jimi terkejut mendengar seluruh info tersebut. "Tunggu! kamu engga sekolah? kok bisa tahu dia keluar lebih dahulu?". "Pertanyaanmu ga penting. Mata Palung itu banyak dan kami mendeteksi pergerakan angg
Read more
Inside The Carousell
Jimi dan Yongki sudah berjalan selama satu melewati gerbong demi gerbong, namun mereka tidak menemukan apapun. Malam mulai tiba, matahari tinggal sedikit lagi menyinari senja. Beberapa saat kemudian lampu dalam gerbong menyala temaram, namun cukup untuk melihat ke sekeliling. "Sebentar lagi, kekuatannya akan mendekati maksimal, kita hanya membuang-buang waktu untuk mencari manifestasi fisik lain Contus. Paling tidak sampai ia menginginkannya sendiri,"ujar Yongki seraya berhenti berjalan dan melihat sekeliling. "Bagaimana dengan Mba Kida dan Mba Ayu?" tanya Jimi. "Tenang, Ayu sudah mengerti rencanaku. Jika sekarang kita mencari mereka, kita hanya akan tersesat di ruang antar dimensi ini." "Bagaimana Bang Yongki bisa membuntuti Kani?" Yongki tidak menjawab, ia kemudian merogoh saku kemeja sekolahnya dan menunjukkan sebuah tiket kepada Jimi. Dengan seksama Jimi mencari apa ada yang bisa ia gali dari tiket tersebut. "Ini!? jadi Kani sudah melakuka
Read more
Duo Brigade's Attack
"Astaga, kenapa kita terpisah dengan yang lain?". "Jangan tanya saya, Ayu". "Padahal gue sudah membuntuti Yongki sejak kemarin. Sekarang jadi sia-sia, uhuhuhu," rengek Ayu. "Lebih baik tidak ada ikatan romasa antar sesama anggota, untuk menjaga profesiona..". "Jimi tadi siang diperiksa auditor karena memberitahu keluarganya perihal Agora." "Oh ya? Hari ini jadwalnya bang Fathan kan? dia pasti meme.." "Dan Jimi sudah diperiksa oleh Lidya.. 15 Menit," Ayu terus memotong ucapan Kida. Namun ucapan itu seperti sambaran panah ke hati Kida. Begitu mendengarnya, detak jantungnya seakan terlewat sekali. "Non S-T-O-P" tambah Ayu lagi. Kali ini ucapannya sudah mengenai psikis Kida, yang tadi berdiri kemudian jatuh berlutut. "Ka, kamu bercanda kan, Yu? Kan ada Bang Fathan di rua.." belum selesai Kida bicara, lagi-lagi Ayu memotongnya. "Bang Fathan mengejar Afif yang bersama Jimi di saat bersamaan," potong Ayu lagi. Kida jat
Read more
Berselimut Jilatan Api
Di gerbong depan, Jimi bertahan adu kekuatan dengan Zeta. Jimi bertarung menggunakan martil Zeta, sementara Zeta masih menggunakan tang dan kunci inggris yang belum mengeluarkan kekuatan maksimalnya. Namun kekalahan Mustang nampaknya berpengaruh kepad Zeta. "Ugh!" keluh Zeta seraya melepas kunci inggris dan memegangi kepalanya. Jimi tidak mengendorkan kesiagaannya dan tetap menatap Zeta. Namun saat Zeta masih memegangi kepalanya, akhirnya Jimi menyeka wajahnya yang dipenuhi dari dari dan kepalanya. "Kenapa Zeta? siap menyerah?" tanya Jimi meledek. "Kalian ludensia, memang kutukan bagi kami. Tapi apa kamu tahu kemana kereta ini mengarah?" Zeta berusaha memancing Jimi. "Gue ga urus dengan arah kereta. Selama kalian kalah, kereta ini akan berhenti bukan?". "Bocah. Simpan energimu. Saya merasakan ada kekuatan Contus yang berkurang. Sepertinya salah satua antek berhasil dikalahkan teman-temanmu," ujar Hanuman tiba-tiba. "Antek Contus? mungk
Read more
Menuju Jatinegara!
"Gue ga harus hentikan? tapi cara apa lagi yang bisa gue lakukan?" Jimi diselimuti kebingungan. Zeta menangkap sinyal tersebut dan mulai menggertak Jimi. "Waktumu sudah habis bukan?" Zeta mengeluarkan senyumnya untuk pertama kali. Jimi paham ia keliru dengan menunjukkan raut wajanya yang cemas. "Sebentar, selain jurusan bekasi - kota, ada kereta yang berasal dari Pasar Senen mengarah ke bekasi. Itu jalur yang berbeda, lantas dimana penggantian jalurnya.. ah! jatinegara!" Jimi berpikir cepat dan sudah menemukan harapan baru, namun ia masih tetap harus menghadapi Zeta untuk dapat menuju gerbong masinis. "Hanuman, kekuatanmu besar dan berat sekali, seakan energi gue terkuras lebih cepat!" ucap Jimi. "Ada gerbang lain dari kekuatanku yang kamu buka, akibatnya karena kita belum pernah melatih ini, staminamu belum terbiasa," jawab Hanuman. "...artinya jika bentuk jilatan api ini gue hentikan tiba-tiba, belum tentu bisa gue aktifkan lagi. bukan begit
Read more
Helvetia Whisper
"Sekilas saya menyangka kekuatanmu jauh melebihi bocah tadi dan dua perempuan yang berada di gerbong depan. Tapi, saya salah menilai," ucap Contus jumawa. Di depannya berdiri dengan kuda-kuda yang goyah. Yongki dan Contus sudah bertarung selama 30 menit dan selama itu Yongki berada di posisi sulit. Kini ia berdiri setengah tertunduk dengan tubuh dan wajah babak belur. Yongki melakukannya bukan tanpa alasan, selain kemampuan turunan Yongki yang kurang cocok dengan lingkungan gerbong tertutup, namun juga Contus memiliki taktik yang unik untuk mengacaukan ritme bertarung Yongki. "Terak sialan ini selalu berhasil membuat gue tertawa, gawat! apa gara-gara kebanyakan nonton ngelaba[1] mungkin," pikir Yongkin. Tongkat ia bawa sedari tadi masih ia genggam hingga sekarang. "Hei terak!.. maaf, maksud gue Contus," panggil Yongki, mendengar nada bicara yang tidak biasa, Contus segera memperhatikan. "Kenapa menghipnotis Kani? kalau ingin membalas dendam,
Read more
Panggilan yang Diterima
"Jacob. Jacob. Ada burung kedasih datang, lo tahu sesuatu?" tanya Marzuki yang sedang duduk atap sekolah bersama dengan dua orang lagi. "Ayu mengikuti Yongki, sepertinya urusan ga jelas. Namun di arah yang bersamaan gue melihat Kida mengekor anak baru," jawab orang yang dipanggil Jacob itu. Penampilannya rapi dan tubuhnya wangi. Meski kulitnya agak gelap, namun dengan padanan yang tepat, ia tampil sangat menawan untuk ukuran seorang remaja putra. "Jimi Bandri?". "Sepertinya begitu," jawab Jacob yang kemudian bersiap menerima pendaratan burung Kedasih. namun belum mendarat, burung tersebut berkicau dengan nadanya yang khas. "Mobilisasi.. Total.. Stasiun.. Jatinegara.. Delapan.. Malam.. Kuk kuk kukukuuukk" ciut burung kecil itu di udara. Jacob dan Marzuki terkejut mendengar berita itu. "Jacob, Advance. Gue siapin seluruh brigade dan beberapa anggota penolong," ucap Marzuki seraya berdiri dan bersiap pergi. "Juk, ga perlu bawa ge
Read more
Ayu Diningtyas Melancholy
***"Namamu Ayu bukan, sini kubantu,"Ajakan itu ga bakal saya lupakan, setelah 2 tahun bersama-sama di SMP. Meski kami sangat minim berbincang, namun akhirnya dia memanggil namaku. Kak Indri, majikanku di toko kelontong memberi tahu jalan menuju SMK yang saya tuju tidak melulu aman. Kadang-kadang ada begundal yang anti dengan pengidap sindrom ludens seperti saya.Setelah mengajukan cuti untuk mendaftar ulang, Kak Indri memeluk saya erat. Ia mengucapkan lagi ucapan selamat karena berhasil diterima di sekolah yang baik dengan beasiswa. Saya tidak akan lupa pertemuan pertama kali di depan toko itu saat saya masih kecil. Kak Indri datang dengan sebuah handuk."Kamu sakit dan dengan matamu yang kuning itu, tidak akan ada rumah sakit yang akan merawatmu," katanya waktu itu dengan wajah serius. Saat itu karena ketakutan, saya memilih berlari.Saya tidak tahu berapa lama saya berada di jalan, dipikul, dihina dan didera. Saya tidak sendiri namun mereka tid
Read more
Centaur Protocol
[gerbong masinis] "Gila! itu binatang apa!?" Jimi terkejut yang melihat dari kejauhan perubahan bentuk Contus menjadi besar. "Jimi. Tunggu sebentar, mari kita pikirkan strategi," ajak Hanuman, namun kali ini tangannya menepuk pundak Jimi. "Hanuman, kamu sudah mau melihat ke arah gue?" Jimi senang merasakan ada perubahan dalam hubungannya dengan Hanuman. "Kita kesampingkan itu dulu, anggap dengan kekuatanmu, keberadaan saya semakin tebal dan makin mudah dirasakan," balas Hanuman. "Kita berhasil mengulur waktu, tapi kereta ini membawa banyak sandera. Contus pintar dengan menempatkan seluruh sandera di gerbong depan," sambung Hanuman. Jimi menidurkan Kani yang rupanya pingsan karena kelelahan, dahinya berkeringat namun nafasnya stabil. ia juga melihat gerbong depan yang memang dipenuhi cukup banyak penumpang yang seluruhnya tertidur atau pingsan. "Contus tahu jika kita memotong gerbang depan, maka gerbong di belakangnya akan berhe
Read more
Isler Degisti
"Panas banget!" ucap Ayu yang tidak terasa membakar sedikit maskernya. Yongki dengan cepat merangkul dan menutupi wajah Ayu. Kida juga merasakan rasa panas namun memilih menahannya karena ada tugas yang perlu ia lakukan saat semburan api ini berkurang."Jimi! tangkap ini!" Ayu melempar sebuah kapak besar yang tadi ia gunakan untuk mengalahkan Mustang. Ia tidak tahu di mana Jimi berada karena saat ia melihat ke arah gerbong dimana Contus berada, ruangan itu masih diselimuti api yang membara.Berkat serangan Ayu terakhir, Contus masih bergerak sangat lambat dalam merespon serangan api Jimi. Namun sepertinya serangan api Jimi tidak berpengaruh pada Contus."Dapat! Terima kasih mba Kida!" teriakan Jimi terdengar jelas oleh Kida, menghapus kekhawatirannya seketika."Yuda!" Teriakan Jimi terdengar kembali, kali ini disusul oleh suara tebasan yang membelah daging dan erangan Contus."Teriakan Contus!? Jimi mampu melukai Contus!" seru Yongki. Ia kemudian m
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status