All Chapters of Frozen in Love: Chapter 281 - Chapter 290
313 Chapters
Find The Truth [5]
David terlihat berusaha keras menahan diri agar amarahnya tidak menukik tajam. Wynona bisa melihat bagaimana buku-buku jarinya terkepal dan kian memutih. Di saat yang sama, gadis itu pun harus menenangkan diri.“Aku bukan orang yang berpikiran sempit, Wyn! Aku nggak akan melarangmu berteman dengan siapa pun, apalagi kalau itu temannya Zeus. Tapi, kalau frekuensi pertemuan kalian sudah berlebihan, mau tak mau aku jadi was-was juga,” ucap David.“Berlebihan apanya?” protes Wynona tajam.“Coba kamu hitung, sudah berapa sering namanya disebut-sebut dalam pembicaraan kita? Berapa kali kamu bersama lelaki itu untuk urusan yang sama sekali nggak penting? Padahal seharusnya kamu bisa melakukannya sendiri, kan? Dan aku tidak bisa memahami kenapa kemarin kamu pulang bersama dia. Yang kamu lakukan itu sama saja dengan  mempermalukanku, Wyn!”Wynona ternganga karena dia menganggap David tidak masuk akal dan bereaksi berlebihan
Read more
Find The Truth [6]
“Kenapa kalian ribut? Sepertinya belakangan ini kamu dan David agak ... berubah,” komentar Kemala dengan hati-hati.Wynona membalikkan tubuh, tapi tetap duduk di tempatnya. “Berubah bagaimana, Ma?” alis Wynona bergerak naik. Gadis itu bertanya-tanya, apa kira-kira yang dilihat oleh ibunya.“David agak jarang datang ke sini. Dan Mama lihat kalian agak ... hmmm ... bagaimana ya mengatakannya? Agak ... tegang. Tidak seperti dulu,” simpulnya. “Kamu mengerti kan maksud Mama?”Tentu saja Wynona mengerti. Namun gadis itu tidak mungkin mengakuinya pada Kemala. “Ah, apanya yang nggak seperti dulu, Ma? Tidak ada yang berubah, kok! Cuma memang frekuensi pertemuan agak berkurang. David kan sekarang sangat sering ke luar kota. Kadang tiap dua minggu. Jadi, aku harus rela ditinggal-tinggal dalam banyak kesempatan.”Kemala manggut-manggut. “Acara resepsi tadi malam seperti apa? Belum bisa cerita kenapa ka
Read more
Garis Singgung [2]
Wynona dan David belum sepenuhnya berdamai karena perbincangan mereka belum tuntas. Alhasil, perdebatan tadi masih menggantung begitu saja. Wynona mengalihkan pandangan dan hanya bisa terpana menatap Leon yang berjalan mendekat dengan gaya santai. Lelaki itu mengenakan celana jins model flare-cut berpadu dengan kaus polo berwarna ungu lembut. Langkahnya terlihat pasti, tanpa ada tanda-tanda kegamangan.Wynona tiba-tiba mengakui dalam hati bahwa hari ini Leon lebih menawan dibanding yang diingat gadis itu. Senyum Leon sudah mengembang sejak lelaki itu menutup pintu mobil dan menatap Wynona. Ajaibnya, gadis itu merasakan ada yang merayapi tulang punggungnya dengan perlahan, rasa hangat nan menenangkan. Sakit kepalanya pun mendadak berangsur berkurang.“Untuk apa dia ke sini?” geram David, marah.“Dia temannya Zeus,” balas Wynona tanpa mengalihkan tatapan dari tamu barunya.“Jadi?” desak David.Akhirnya Wyn
Read more
Garis Singgung [2]
“Untuk apa kamu ke sini?” Wynona menggigit bibir, sadar jika dia sudah mengucapkan kata-kata yang bernada kasar. Namun Leon tidak tampak terkejut atau terpengaruh. Pria itu duduk di depan Wynona, di kursi yang tadi diduduki oleh David.“Wajahmu pucat. Kamu sakit?” tanya Leon penuh perhatian.Refleks, Wynona meraba pipinya dengan tangan kanan. “Apakah pucat sekali?” tanyanya dengan pikiran mengawang. David bahkan tidak memberi perhatian sama sekali tentang penampilan Wynona. Padahal, saat berhadapan dengan cermin tadi, Wynona bisa melihat air mukanya memang tak sesegar biasa. Kurang tidur dan sakit kepala yang dideritanya, pasti menjadi biang keladi.Namun di saat yang sama, Wynona menyadari dia pun tak memiliki perhatian yang cukup untuk David. Ini hari Minggu dan lelaki itu memakai busana yang biasa dikenakan saat ke kantor. Apakah David terpaksa bekerja di hari liburnya? Wynona merasa bersalah karena dia pun sama tak pekanya
Read more
Garis Singgung [3]
Wynona berdiri lama di depan cermin. Bukan karena terpana oleh bayangan yang terpantul di sana. Karena berbeda dengan kemarin, hari ini dia tak mengenakan tata rias yang membuat penampilan Wynona kian menawan. Melainkan karena ketidakpercayaan gadis itu akan keputusan yang baru saja diambilnya.Wynona yakin bahwa dirinya sudah berubah sinting karena akhirnya menyanggupi ajakan Leon untuk berkenalan dengan keluarganya. Gadis itu bertanya-tanya sendiri, apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya?Baru sehari sebelumnya dia diperkenalkan dengan keluarga David dan menuai reaksi yang tak mengenakkan. Bahkan jejak rasa sakitnya masih terasa hingga kini. Akan tetapi,  apa yang dilakukannya hari ini? Wynona malah menyetujui ajakan Leon, lelaki yang notabene masih merupakan orang asing untuknya. Gadis itu belum lama mengenal Leon dan tidak terlalu tahu akan sosoknya. Namun anehnya, Wynona kadang terdorong melakukan hal-hal yang melampaui garis batas yang kutentukan sendiri.
Read more
Garis Singgung [4]
“Aku lagi mengingat sesuatu yang lucu,” Wynona beralasan.“Apa itu?” desaknya. “Pasti sesuatu itu berhubungan denganku. Jangan mengelak!”Tawa geli Wynona pun pecah. “Apa kamu ingat waktu kita masak sup cumi asam pedas? Awas kalau lupa karena peristiwa itu baru berlalu beberapa hari.”Kepala Leon terangguk. “Tentu saja aku ingat. Memangnya kenapa? Kamu ingin dibawakan cumi dan udang lagi?” tebaknya.“Bukan itu,” geleng Wynona. “Menurutku, saat kamu menghaluskan bumbu untuk cumi,  itu sesuatu yang sangat menggelikan. Kamu....” Wynona  kesulitan menemukan kata-kata yang pas. Alisnya berkerut. “Yah, pokoknya lucu sekaligus istimewa. Karena sangat langka ada laki-laki keren yang mau melakukan itu? Sumpah, aku betul-betul terpesona. Kurasa, itu akan menjadi salah satu momen yang nggak akan kulupakan seumur hidup. Apa....”Kata-kata Wynona menggantun
Read more
Garis Singgung [5]
Selama ini, Wynona mengenal Prisca yang tenang, santai, dan dewasa. Meski suka mengomel dan merengut di depan Wynona, tapi biasanya karena berpura-pura belaka. Prisca memang sering berakting galak dengan sengaja.Baru kali ini Wynona melihat versi lain dari sepupunya itu. Apakah seperti ini sikapnya saat berhadapan dengan seseorang yang menarik perhatiannya? Di mata Wynona,, Prisca memberi isyarat yang jelas bahwa dia menaruh perhatian pada Leon. Gadis itu tak malu-malu memberikan atensinya. Untuk alasan yang Wynona tahu pasti, hal itu membuat hatinya terasa dicubit. Padahal, tak seharusnya ada perasaan semacam itu dikecapnya jika berkaitan dengan lelaki selain David, kan?Bukannya berpikir dengan logis, Wynona malah tergoda untuk melakukan sesuatu yang impulsif. Betapa gadis itu sangat ingin menarik Leon agar berdiri di belakangnya. Sekaligus menegaskan pada Prisca bahwa pria ini telah lebih dulu memiliki perasaan pada Wynona. Akan tetapi, tingkah semacam itu pasti sa
Read more
Perkenalan [1]
Mobil yang dikemudikan Leon berbelok ke sebuah perumahan di daerah Cipendawa. Kontur tanah area itu yang berbukit-bukit. Meski berlabel “perumahan”, para penghuninya membangun sendiri model rumah yang mereka sukai. Jadi, bukan jenis perumahan dengan rumah yang bermodel senada.Sekitar tujuh puluh meter dari pintu gerbang, Leon kembali berbelok ke kiri. Wynona tiba-tiba dicekam rasa cemas yang besar. Kedua tangan gadis itu mengepal di pangkuang. Dia bertanya pada diri sendiri, apa yang dilakukannya saat ini? Mengapa dia mau saja diajak Leon untuk bertemu dengan keluarga lelaki itu?“Leon,” panggil Wynona pelan. Pria itu baru saja mematikan mesin. Dia menghentikan gerakannya untuk membuka sabuk pengaman. Leon memalingkan wajah dan menatap gadis di sebelahnya itu dengan penuh perhatian.“Kenapa? Jangan cemas! Jangan merasa terbebani. Ingat, aku cuma mau memperkenalkan seorang teman,” senyumnya menenangkan. Leon tampaknya bisa mem
Read more
Perkenalan [2]
“Rumahmu nyaman,” komentar Wynona, jujur.“Terima kasih. Rumahmu pun sama. Aku sangat suka karena ada banyak jendela yang membuat sirkulasi udara yang lancar. Juga konsep taman kecil di antara dua dapur itu,” balas Leon. “Tapi kalau kamu lebih suka di sini, aku tak keberatan kita bertukar tempat tinggal,” selorohnya.Wynona tertawa kecil sambil menaiki tangga, dia membayangkan taman yang dimaksud Leon. Di antara dapur keluarga dan dapur khusus untuk katering, memang sengaja dibuat taman kecil yang terbuka. Sehingga menimbulkan kesan nyaman sekaligus lapang.“Leon, apa kira-kira pendapat orangtuamu padaku?” Wynona tak kuasa menahan pertanyaan yang muncul akibat mencuatnya rasa cemas yang merayapi sekujur tubuh gadis itu.  Tampaknya, pertemuan dengan keluarga David kemarin, membuatnya agak trauma.“Pendapat mereka? Bagaimana kalau kita tanyakan saja nanti?” Leon tersenyum geli.Melihat
Read more
Perkenalan [3]
“Ma, Wynona ini jago masak, lho!” kata Leon.Wynona menjadi jengah sekaligus cemas. Jengah, karena Leon bersikap seakan kemampuan memasak gadis itu adalah hal yang sangat penting dan hebat. Nada bangga di suaranya membuat Wynona merasa melayang. Cemas, karena kenyataan bahwa Wynona meninggalkan pekerjaannya di sebuah perusahaan manufaktur ternama dan memilih mengelola katering rumahan, akan segera terkuak. Respons Irene kemarin masih menyisakan kengerian yang tak sepenuhnya dipahami Wynona.“Kamu sudah mengulang-ulang informasi itu dalam kurun waktu beberapa minggu terakhir.” Sarah mengulum senyum. “Harusnya Wynona yang kita mintai bantuan untuk memasak malam ini, ya? Walau nggak ada acara spesial, cuma makan malam biasa.”Wynona benar-benar merasakan pipinya membara tapi dia tak tahu bagaimana harus merespons ucapan ibu kandung Leon itu.“Wynona jago masak? Wah, kebetulan kalau begitu,” celetuk Trisa yang b
Read more
PREV
1
...
272829303132
DMCA.com Protection Status