All Chapters of Frozen in Love: Chapter 301 - Chapter 310
313 Chapters
Si Penggoda [6]
Wynona memejamkan mata seraya menghela napas. “Kamu membuat masalah.”Leon menjawab. “Aku memang sudah terlibat masalah sejak bertemu denganmu. Aku belum pernah mengalamin hal seperti ini. Kamu itu ... kasus yang sulit.”Kasus yang sulit? Seakan Wynona adalah seorang kriminal. Namun, Wynona sungguh tidak punya waktu untuk meributkan hal-hal seperti itu. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi mendadak Leon memberi isyarat, menunjuk ke perutnya.“Kamu belum makan?” tanya Wynona heran.Kepalanya menggeleng. “Aku ingin makan bersamamu. Tapi kamu malah marah-marah sejak tadi.”Kata-katany membuat Wynona merasa bersalah. “Mau makan di mana?” Gadis itu berusaha keras untuk tetap menatap mata Leon. Namun lelaki itu malah menggeleng.“Aku ke sini karena pengin makan masakanmu. Apa saja akan aku terima.”Leon pasti tak tahu jika ucapannya membuat Wynona seolah terbang tinggi se
Read more
Si Penggoda [7]
“Mau kopi?” tanya Wynona.“Mau.”“Pakai krim atau tidak?”“Krim.”Wynona menyeduhkan kopi untuk Leon dengan pikiran berkecamuk. Apa yang sedang dilakukannya? Di dapur berdua dengan Leon dan memasak untuk lelaki itu? Apa yang terjadi jika tiba-tiba David datang dan melihat mereka?Namun Wynona tahu kebenarannya. David bahkan tidak pernah menginjakkan kaki ke ruang keluarga. Apalagi dapur. Saat pekerjaan Wynona sedang bertumpuk, David lebih suka mereka bertemu di luar rumah. Di Koffee salah satunya. Karena menurutnya dengan begitu baru mereka memiliki sedikit privasi dan Wynona tidak diganggu oleh kesibukan. Dulu, gadis itu menilai itu adalah ide romantis karena David ingin berdua dengannya. Belakangan dia merasa bahwa itu adalah contoh jelas sikap egois sang kekasih.“Silakan diminum,” aku meletakkan secangkir kopi di depan Leon. Sebelum aku berbalik, tangannya meraih lengan kiri Wyn
Read more
Si Penggoda [8]
Keyakinan yang kuat dan rasa percaya diri itu terdengar jelas dari kata-kata Leon. Wynona tidak bisa menyalahkannya. Reaksi gadis itu yang terlalu berlebihan terhadap ciuman singkat Leon, sudah pasti memberi lelaki itu opini tersendiri. Jika ada yang bermasalah, Wynona-lah orangnya.“Kamu itu....”Leon memotong kata-kata gadis itu. “Aku tahu apa yang akan kamu ucapkan. Penyangkalan, kan? Sudahlah, aku tidak mau mendengar apa pun. Seperti yang tadi kukatakan, aku akan bersabar. Aku punya waktu seumur hidup untuk menunggumu.”Kepala Wynona terasa berputar lagi. Bahkan kali ini lebih menakutkan dibanding sebelumnya. “Leon, itu berlebihan. Kamu....”  Lidah Wynona mendadak kelu. Dia tak tahu harus bicara apa.“Kegalakanmu langsung lenyap. Kalau tahu begini, sejak tadi harusnya aku....”“Stop!” Wynona tak sanggup mendengar kata-kata selanjutnya. Tawa kecil Leon menggema. Ya Tuhan, dia sudah
Read more
Si Penggoda [9]
Nasi panggang yang dimasak Wynona sudah matang dan membuat gadis itu bisa mengalihkan konsentrasinya sejenak. Berhati-hati, gadis itu mengangkat claypot dari atas kompor sebelum diletakkan di atas meja bar, tepat di depan Leon. Begitu tutupnya dibuka, aroma yang menggelitik perut pun segera tercium.“Kamu mau makan bersamaku, kan?” Leon mengambil dua buah sendok sekaligus. Lelaki itu tampak begitu nyaman berada di dapur, seolah dia sudah terbiasa di sana. Akal sehat Wynona ingin menolak ajakan Leon, perutnya justru sebaliknya. Begitu juga hati dan perasaan gadis itu.“Wyn, aku menghargai semua keputusan yang akan kamu ambil. Apa pun itu. Akan tetapi, aku sangat berharap kamu mau mempertimbangkan perasaanku padamu. Tiga hari yang lalu aku mungkin bisa menerima penolakanmu dan rela kita cuma menjadi teman biasa. Tapi makin lama aku makin yakin kalau itu adalah keputusan konyol sekaligus bodoh.” Leon menatap Wynona dalam-dalam. Gadis itu b
Read more
Keraguan [1]
Wynona masih berada di dalam kepungan kabut membingungkan sebagai efek dari kata dan tindakan Leon. Dia masih belum bisa berpikir dengan jernih untuk tahu apa yang sebenarnya diinginkan. Semuanya serba membingungkan. Seakan Wynona berada di sebuah labirin paling rumit di dunia.Lalu, David menghubunginya setelah berhari-hari menghilang tanpa kabar. “Wyn, apa kamu baik-baik saja?” tanyanya penuh perhatian.“Ya,” dusta Wynona sembari menggigit bibir.“Aku minta maaf untuk berbagai masalah di antara kita. Tapi aku ingin menyelesaikannya satu per satu.” Jeda beberapa detik. “Mama ingin bertemu denganmu. Nanti malam bisa?”Wynona benar-benar tak siap dengan permintaan itu. “Nanti malam?”“Iya. Apa kamu tidak bisa? Ada pekerjaan?”“Aku....”Jawaban Wynona belum tuntas tapi sudah menukas dan mendesak. “Tolong luangkan waktu, ya? Aku tidak enak kalau har
Read more
Keraguan [2]
Wynona mendesah. “Kukira kamu akan memberiku usul yang masuk akal. Kamu kan tahu apa yang terjadi padaku saat resepsi? Kenapa kamu masih bisa mengusulkan ini?”“Wyn, aku tidak ingin melihatmu sedih atau terluka. Akan tetapi, ada kalanya kita harus berhadapan dengan kepahitan untuk mengetahui apa sebenarnya kebenaran di baliknya. Kalau kamu tidak mau bertemu mamanya David, apa masalah kalian akan selesai? Bukannya malah membuat semuanya menjadi makin rumit?”Wynona mengerutkan alis. “Aku tidak mengerti maksudmu.”Gadis itu mendengar suara tawa ringan di seberang.“Menghindar pasti lebih mudah. Tapi, apa kamu tidak penasaran ingin tahu bagaimana sebenarnya sikap keluarga David? Maksudku, mamanya. Kamu butuh kesempatan untuk bisa menilai dengan objektif. Dan menurutku, ini saat yang tepat.”Wynona  tercenung mendengarnya. Keheningan menyergap selama sesaat.Leon bicara lagi. “Sebenarnya
Read more
Keraguan [3]
Wynona tersenyum kecil menanggapi gurauannya. David nyaris tidak pernah antusias menikmati masakanku. Gadis itu mengitari ruang tamu yang luas itu dengan tatapannya. Ada belasan perempuan paruh baya yang bergaya trendi. Juga ada beberapa gadis muda yang usianya tak jauh beda dengan Wynona. Aneka aroma parfum mahal menyengat hidung. Membuat campuran aneh yang memusingkan kepala Wynona. Semua orang sibuk berbincang seraya menikmati aneka makanan yang tampak lezat. Gadis itu tidak melihat kehadiran ayah dan saudara David lainnya.Irene mendekat ke arah Wynona, Sofia, dan David yang duduk di sebuah sofa panjang. Perempuan itu memilih sofa tunggal di depan mereka. Wynona baru ingat, dia sama sekali tidak diperkenalkan dengan tamu yang ada.“Ma, coba cicipi ini.” Sofia menyodorkan sepotong kecil pie yang dibawa Wynona. Irene menggigit ujungnya sedikit. Entah mengapa, Wynona menjadi tegang karenanya.“Enak,” ujarnya. Namun dia menolak m
Read more
Keraguan [4]
“Wyn,” David menjajari langkah kekasihnya. Sementara Wynona berusaha berjalan lebih cepat. Dia hampir mencapai pintu gerbang ketika David berhasil meraih lenganku.“Apa kamu tidak mendengarku?” tanyanya marah. Ekspresinya berubah keras.“Aku cuma ingin pulang. Aku tidak mau dihina lagi.”David menggelengkan kepalanya. “Mama hanya ingin tahu tentang kamu.”Wynona menatap David dengan tajam. Andai bisa, dia ingin mengguncang tubuhnya David dan meniupkan kesadaran di benaknya agar lelaki ini melihat fakta yang sebenarnya.“Vid, mamamu tidak menyukaiku. Sampai kapan pun akan tetap seperti itu. Percayalah, tidak akan ada yang berubah. Dan aku tidak nyaman diperlakukan seperti tadi.”David masih memegang lengan Wynona. “Aku tidak mengizinkanmu pulang. Nanti aku akan mengantarmu, Wyn! Sekarang, ayo kita masuk ke dalam lagi,” ajaknya.Wynona menggeleng tegas seraya melepa
Read more
Keraguan [5]
David menatap Wynona tak percaya. Kemarahan tergambar di setiap gerak tubuhnya. “Putus? Kenapa kamu terlalu cepat mengambil keputusan?”Gadis itu menggeleng. “Ini bukan keputusan yang terburu-buru. Selama ini, aku hanya tidak berani mengakui kenyataan.”“Wynona!”Gadis itu menatap wajah David dengan perasaan campur aduk. Betapa lelaki ini pernah membuat hati Wynona berpesta karena cintanya. Betapa David pernah menjadi orang terpenting dalam hidup gadis itu. Betapa Wynona pernah sangat ingin mengubah dirinya agar menjadi sosok paling diinginkan dalam hidup lelaki ini. Itulah kuncinya, pernah. Artinya, itu sudah berlalu lama, sebelum gadis itu akhirnya diterpa kesadaran. Terlambat, tapi Wynona  tidak menilainya sebagai sebuah kefatalan. Dia tidak menyesali semuanya. Gadis itu hanya  menganggap semua ini sebagai proses panjang yang mendewasakan.“Wyn, jangan cuma karena masalah ini, hubungan kita m
Read more
Mengikuti Kata Hati [1]
 Wynona  hampir menabrak dada seseorang saat membalikkan tubuh. Sendok kayu yang dipegangnya, jatuh ke lantai. Tangan kanannya memegang dadaku, seakan dengan begitu rasa kaget gadis itu akan berkurang jauh.“Syukurlah kamu baik-baik saja,” gumamnya dengan ekspresi lega tergambar jelas. Leon pasti tidak pernah tahu kalau Wynona pun tak kalah lega melihatnya.“Kamu mengagetkanku,” bibir Wynona cemberut. Dia hendak berjongkok memungut sendok kayu, tapi Leon bergerak lebih cepat dan menaruh benda itu di wastafel.“Dapurnya indah. Aku suka,” puji Wynona. “Sebentar, aku harus memindahkan mi-nya dulu.”“Butuh mangkuk besar?” Leon membuka sebuah pintu kabinet di bagian atas dan mengeluarkan sebuah mangkuk kaca transparan. “Apakah ini cukup?”Wynona mengangguk. Dengan gerakan hati-hati, dia menyusun mi, kol, dan telur rebus yang sudah dipotong-potong. Saat hendak menua
Read more
PREV
1
...
272829303132
DMCA.com Protection Status