Semua Bab Reefhitch : Echana (Her Runaways): Bab 131 - Bab 140
176 Bab
Young Master
Kukira, pria baik-baik adalah julukan untuk seorang pria yang memiliki nilai moral tinggi dan mampu mengaplikasikan nilai moral itu dalam kehidupannya sehari-hari. Termasuk, menjadi sosok yang sopan, pengampun, sabar, toleran, dan juga rasional.Memangnya sejak kapan mengirim orang untuk menjemput seseorang dan menyembunyikan identitasnya sampai detik terakhir pertemuan adalah bentuk dari kesopanan?Ini benar-benar gila!Yang lebih gila lagi, aku masih duduk di sedan hitam ini sambil menikmati burger keju kedua yang dibelikan oleh Pak Botak dan temannya di restoran fast food sekitar tiga puluh menit yang lalu.Well, at least, si
Baca selengkapnya
Dare(?)
Hmmm … Should I really send my location to Zean right now? "Nggak usah GR, deh! Sekalipun pria itu memang benar adalah Rian, memangnya ia sebodoh itu untuk terus berusaha membujukmu di saat statusmu sudah menjadi tunangan Zean? Nggak ada untungnya juga. Yang ada, dia malah terlihat lebih bodoh dan menyedihkan," omel si logis dalam benakku. "Mungkin saja dia mau membahas lain. Lagipula, tidak menutup kemungkinan kalau Rian sudah menyerah saat berita kematianmu rilis, kan?" sindirnya lagi sambil memutar mata. Dalam imajinasiku, si logis yang kugambarkan sebagai sosok yang penampilannya mirip denganku, tetapi berwajah tegas, kini menyilangkan lengan di depan dada sambil menatapku tajam. Sialnya, gadis berpenampilan sepertiku yang berwajah kalem, sosok yang kugambarkan sebagai hati nuraniku, malah ikut mengangguk, seolah setuju dengan ucapan si logis yang sering berbeda pendapat dengannya. "It's more than a month since you both broke up, anyway. Sepertinya yang belum move on itu kamu,
Baca selengkapnya
Brother
"... Tunggu dulu! Tadi Anda bilang sudah mengirim informasiku pada siapa?" tanyaku lirih, masih belum percaya dengan nama yang terdengar oleh telingaku barusan. Karena kalau memang yang ia maksud adalah Zean yang aku kenal, aku cukup optimis kalau kabar itu tidak akan ia sebar. Terlebih, jika kabar itu bisa membuat keluargaku dalam masalah besar. Tetapi masalahnya, sekarang media sudah tahu. Lantas, siapa pelakunya? Hmmm … Apakah ini bentuk balas dendam dari sakit hati Zean karena kutinggal bepergian tanpa kabar? “Tidak! Tidak! Tidak! Zean bukan orang berhati sempit sepertimu, Echana. Kalaupun Zean adalah pelakunya, ia pasti punya alasan yang kuat!” sanggah batinku yang pro dengan Zean. Pria yang duduk di hadapanku itu perlahan menaikkan pandangan. Akhirnya, ia kembali menatapku lurus di mata, layaknya lawan bicara yang semestinya. Spontan, aku pun menajamkan telinga dan fokus pada indra pendengaranku agar tidak salah dengar. “Pewaris utama Kanatta Group, Zean Ralph Kanatta," jaw
Baca selengkapnya
Farewell
Ketika aku menonton anime ataupun membaca komik tentang saudara yang sangat protektif pada saudaranya yang lain, mereka terlihat lucu. Ada banyak momen yang membuat mereka terlihat menyebalkan dan juga membuat frustasi, tetapi sering kali, aku masih bisa tertawa lepas karena tingkah kekonyolan mereka.Sayangnya, pria di depanku ini tidak termasuk. Meskipun parasnya tampan dan berkharisma, seperti tokoh utama pria dalam komik, tetapi ⏤nyatanya⏤ aku sama sekali tidak bisa tertawa.Alih-alih tertawa, aku justru merasa seperti diteror dengan ancaman pembunuhan paling kejam hanya karena kelepasan menyebut nama pria yang ⏤masih⏤ disukai adik kesayangannya.Dalam hati, aku pun tak kuasa bertanya-tanya.Memangnya Adachi sudah berbuat dosa apa, sih? Kok bisa kakaknya Rere benci banget sama bocah itu?Sebelum aku sempat menyuarakan rasa penasaranku, pintu tiba-tiba dibuka. Karena tidak ada yang mengetuk ⏤seperti pelayan tadi⏤, aku cukup yakin kalau yang datang bukanlah pesanan kami.Benar saja!
Baca selengkapnya
Reunion
Well, dugaanku tidak sepenuhnya salah, sih. Karena yang datang memang bukan pelayan. Tetapi seorang pria yang perawakannya terlihat seperti kukenal.Ia agak menunduk, jadi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas dari tempat dudukku. Namun, yang pasti, pria muda yang masih mengenakan setelan lengkap itu langsung menerobos masuk ke dalam ruangan begitu melihat Jeremy.Otomatis, aku melirik ke arah Jeremy. Memeriksa ekspresinya.Anehnya, alih-alih terlihat kaget atau marah, Jeremy hanya melirik ke arah pria itu sekilas, lalu mengangkat gelasnya dan minum dengan tenang. Seolah ia sudah menduga kedatangan pria itu dan tidak ambil pusing.Saat aku menoleh lagi ke arah si penerobos, barulah aku melihat wajahnya dengan lebih jelas.Detik itu juga, aku langsung paham alasan kenapa Jeremy tidak terkejut. Terlebih, saat netra birunya bertemu pandang dengan netra coklat tuaku."... Zean?!" pekikku kaget.Bagaimana bisa ia ada di⏤ Oh iya! Kan aku sendiri yang memberitahu lokasiku pada Zean!
Baca selengkapnya
Play the Game
“Kamu pasti belum makan, ‘kan? Ayo aku temani makan. We need to talk, anyway.” Daripada berkilah lebih jauh, aku merasa kalau lebih efisien jika berkata jujur dengan Zean. “Alright,” sahut Zean sambil berdiri. “Kalau gitu, kami pamit dulu, ya, Kak,” pamit Rere kemudian, lalu ia berdiri. “Tidak. Tidak usah. Aku sudah memesan tempat lain untuk makan siang dengan Anna. Jadi, kami pamit undur diri.” “Iya, Re. Kan yang pesan tempat ini kakakmu, masa kalian yang keluar, sih. Jadi, kami pamit dulu, ya. Terima kasih jamuan makan siangnya,” timpalku sambil berdiri. “Tapi, Kak⏤” Aku menggeleng, memberi isyarat agar Rere tidak menuntaskan kalimatnya, lalu tersenyum pada gadis itu. “Nanti kabari aku tentang jam penerbanganmu buat besok, ya? Let’s meet again before you take off tomorrow.” Rere menghela napas panjang. Menyerah membujukku lagi agar tetap tinggal, lalu ia mengangguk pelan sambil tersenyum ke arahku. “Oke, Kak.” Detik berikutnya, tiba-tiba Zean meraih tanganku, lalu mengge
Baca selengkapnya
Limit
Selama beberapa detik, Zean masih mematung.Karena ekspresi wajahnya yang kaget itu benar-benar lucu dan sangat amat jarang kulihat, aku jadi semakin ingin mengusilinya. Well, meskipun Zean memang lebih perhatian dan juga lebih peka daripada kedua saudara kandungku, tetap saja naluri seorang kakak yang mendapat kepuasan tersendiri ketika mengusili adiknya juga melekat pada darahnya.Keusilan Zean memang tidak seperti kak Naki ataupun Chris. Karena keisengan Zean punya "bentuk" yang berbeda dari kedua saudara kandungku.Jika target kak Naki dan Chris adalah membuatku kesal, tujuan Zean adalah membuatku malu. Bukan! Maksudnya bukan malu seperti dipermalukan di muka umum untuk menjatuhkan mental seseorang. Tetapi lebih seperti membuatku meleleh karena terpesona.Dugaan terkuatku, hal ini disebabkan oleh Zean yang sangat sadar diri tentang kelebihannya, terutama pesona dari segala keindahan yang melekat pada tubuhnya.Selain itu, tampaknya Zean juga tahu, kalau sejak pertemuan pertama k
Baca selengkapnya
Spoil
“Siapa yang barusan telpon?”“ASTAGA!” Aku yang baru saja menutup telpon, langsung terkaget karena Zean yang tiba-tiba berbisik tepat di samping telingaku.“Zean! Jangan bisik-bisik tepat di telinga, ih! Aku kaget, tahu!” omelku sambil memukul dadanya kesal.Ketika mendapati bahwa lengannya masih melingkari belakang perutku, aku buru-buru melepaskannya."Kenapa peluk-peluk segala, sih? Panas, tahu. Kamu nggak kepanasan, apa?" gerutuku sambil menjauhkan lengannya dari tubuhku yang tadi ia rengkuh.“Kan Anna yang tadi memelukku duluan,” balas Zean dengan nada santai, tetapi sorot matanya menatapku jahil. 
Baca selengkapnya
Discovery
Suasana mendadak hening beberapa saat. Namun, kemudian keheningan itu dipecahkan oleh Zean yang akhirnya bersuara."Menurut kabar yang kuterima, mereka mendapatkan surat anonim yang mengatakan bahwa kau masih hidup, Anna. Isi surat itu diperkuat dengan lampiran beberapa lembar fotomu saat berwisata di pulau Komodo. Di foto-foto itu juga ada keterangan waktu pada saat foto itu diambil. Terlebih, para ahli juga sudah membuktikan bahwa itu bukan hasil editing. Karena itu, mereka memakainya untuk menuntut papa Ian."Tunggu dulu! Waktu di pulau Komodo? Bukankah saat itu aku sudah menggunakan penampilan dan juga identitas sebagai Lisa Natalie? Berarti sejak saat itu, aku sudah ketahuan, dong? 
Baca selengkapnya
Go Home
Sudah lama aku tahu kalau fokusku memang mudah teralih. Ajaibnya, aku bisa langganan juara kelas sejak SD hingga SMA. Bahkan, saat kuliah pun nilaiku selalu diatas rata-rata. Sayangnya, jika berurusan dengan kehidupan sosial, aku agak payah dan cukup pengecut. Contohnya, seperti saat ini. Ketika mobil yang dikemudikan Zean baru saja melewati gapura perumahan, dahiku sudah mulai deras mengeluarkan keringat dingin. Internally panik duluan, padahal belum “berperang”. Meskipun, kami masih on the way. “Zean, balik ke rumah aja, yuk. Besok aja aku ketemu Mama,” bujukku. “Memangnya Anna tidak merindukan mama Jessica sama sekali?” tanya Zean balik. “Kangen, lah," jawabku cepat. “Ya sudah.” Setelah mengatakan itu, Zean kembali fokus memperhatikan jalan. “Ya sudah apanya?” tanyaku penasaran. Merasa digantung. "Ya sudah. Let's stick to the plan." "Tapi kalau nanti⏤" Sebelum kalimatku tuntas, tiba-tiba Zean menekan sesuatu di gawai yang terpasang di dashboard bagian tengah. Tak lama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1213141516
...
18
DMCA.com Protection Status