Semua Bab Beauty in the dark: Bab 31 - Bab 40
103 Bab
Terungkapnya kenyataan
Tubuh Alex membeku di tempat  saat melihat Eduardo masuk bersamaan dengan Rae. ‘Apa dia tamu yang dikatakan Gerardo?’ batin Alex. Tangannya mulai bergetar hebat saat Ia melihat sebuah kenyataan di depan matanya. Ia tidak pernah membayangkan jika akan kembali melihat sosok Edurdo. "Ke-kenapa kau ada di sini?" Ed hanya menunjukkan senyum dan berjalan mendekati sofa, dimana saat ini Alex berada. "Aku adalah seorang tamu, Tuan Alexander! Jadi seperti inilah cara mu menyambut seorang tamu?" Ed duduk dengan santai dan di sampingnya, duduk Rae yang begitu Anggun, namun tatapannya sangat membunuh. Alex sekarang tahu, mengapa Ia merasa sangat mengenal gadis yang dikenalkan Gerardo padanya. Karena ternyata dia adalah gadis kecil yang dulu pernah ia buru, namun keberadaannya sama sekali tidak pernah ditemukan. Perwujudan Rae sama persis dengan Claretta dan itu yang menjadi penyebab Alex tidak setuju jika Gerardo menikah dengan Rae. T
Baca selengkapnya
Kenyataan yang menyakitkan
Rae tersentak, tubuhnya tiba-tiba saja goyah dan lemas saat ia di hadapkan dengan seseorang yang selama ini ia cari. Kepalanya menggeleng pelan, dadanya mulai naik turun saat amarah semakin mendominasi. Kuku-kuku panjangnya mulai menancap pada bagian sofa hitam, terdengar jelas suara gesekan kuku dan kulit asli sofa tersebut. Hatinya menjadi kacau balau. Ia tidak pernah menyangka, jika sangat mudah baginya untuk menemukan penjahat yang membuat ia harus masuk dalam dunia hitam. “Kau!!” Rae sedikit menggeram dengan mata yang mulai merah menyala. Ruangan itu benar-benar hening. Alex benar-benar gemetar saat melihat kilatan amarah di mata indah milik Rae. Dengan cepat Ia berdiri, kakinya mulai melangkah mundur saat kaki jenjang dan mulus milik Rae mulai berjalan mendekatinya. Sedangkan Ed, pria itu hanya diam dan ingin melihat sejauh mana Alex ketakutan. Eduardo sama sekali tidak akan menghabisi Alex dengan menggunakan tangan putrinya. Ia hanya ingin meli
Baca selengkapnya
Kekacauan
  Rae saat ini hanya bisa berdiri di ambang pintu dengan tatapan kosong, sama sekali tidak menunjukkan jika ia mendengar suara Al."Rae!! Apa yang terjadi, dimana papi?" Al meremas lengan sang adik dan saat itulah kesadarannya kembali.'Papi....' batin Rae."Kemana dia?" Rae balik bertanya pada Al."Dia pergi! Seorang maid datang dan entah bicara apa dengannya. Setelah itu Ia pergi tanpa bicara apapun. Tapi yang pasti, wajahnya begitu kesal."DEGRae merasakan sesuatu yang tidak benar. Ia berbalik dan berniat untuk kembali ke ruangan dimana Ed dan Alex berada."Kau mau kemana? Wajah mu sangat pucat, Rae, apa semua baik-baik saja?" Al menahan kepergian sang adik."Lepaskan aku, Al!!"Rae menepis tangan kekar itu dan berlari sampai akhirnya bayangan hilang dibalik tembok besar. Tentu saja Al tidak bisa tinggal diam, ia dengan semua keberaniannya langsung mengikuti Rae, andai saja Teo tidak menghentikan langkahnya."Tidak! Jangan kony
Baca selengkapnya
Orang ketiga
“Gerard! Aku ingin bicara dengan mu,” Dante menepuk pundah pria itu perlahan, sebuah tatapan dingin dan anggukan kepala terlihat sedikit aneh saat Gerardo yang melakukannya. “Bagaiman kondisi nya?” “Dia baik-baik saja. Aku sedikit bingung, dia bukan pingsan karena perkelahian atau pun penyakit. Tapi sepertinya Ia telah dibius!” seru Dante. Gerardo diam dan menatap dokter itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan. Pikirannya berkelana jauh. Dalam ruangan itu hanya ada Ed, Rae dan juga Alex. Jika seseorang memasukan obat bius ke dalam minuman, tidak mungkin hanya Ed yang tidak sadarkan diri, kemungkinan besar Alex pun akan tidak sadarkan diri. Tanpa berkata apa pun lagi, Gerardo bergegas menuju ruangan yang sama, yang digunakan sang ayah untuk bertemu Ed. Alex masih duduk di kursi besar miliknya, tapi ia masih terlihat bingung dengan apa yang terjadi. “Apa yang papa lakukan?” suara barithon Gerardo berhasil membuat Alex kembali pada
Baca selengkapnya
Merindukan wangi tubuhmu
Gerardo saat ini memilih untuk diam dalam ruangan pribadinya. Di ruangan dimana Ia pernah menikmati keindahan seorang gadis yang ingin mengambil nyawanya. Tak pernah terbersit sedikit pun rasa takut saat melihatnya, yang terjadi justru Gerardo selalu membayangkan saat Ia bisa kembali mengungkung perempuan itu di atas ranjanya. Ada sensasi yang berbeda saat membayangkan sorot matanya yang tajam bagaikan elang, maka semakin ia membayangkannya, hasratnya bagai tersulut api. Dengan cepat Ia mengusir bayangan Rae dari dalam kepalanya. Tidak ada waktu baginya untuk memikirkan kepuasan hasratnya. Saat ini Ia harus berusaha untuk menemukan siapa yang berani mengusiknya. Di ruangan yang berbeda, saat ini Rae sedang mendapatkan tatapan intimidasi dari Aldric dan Ia benar-benar tidak tahan mendapat tatapan seperti itu. "Apa maksud mu dengan tidur? Jangan bercanda, Rae. Ini tidak lucu!" Al menatap sang adik dengan kecewa, sekarang Rae terlihat berbeda dan bukan lagi adik
Baca selengkapnya
Tidak akan pernah mundur
Rae meremang, namun ia dengan cepat mengembalikkan kesadaran dan melepaskan diri dari desirah hasrat yang bisa saja tidak bias Ia kuasai. Tidak bisa Ia pungkiri, jika sentuhan Gerardo benar-benar melekat dalam benaknya, sekuat apapun Ia berusaha untuk menyingkirkan bayangan tersebut. “Aku bukanlah jalang mu! Dan sampai kapan pun jangan pernah bermimpi jika aku akan menerima mu.” “Aku tidak akan memintamu untuk menerima ku, Nona Catalina. Aku hanya ingin kau meminta tubuhku dengan penuh damba,” bibir dingin itu bergerak menyentuh leher jenjang Rae. Semakin lama sikap Gerardo membuat Rae muak. “Kau akan menyesal karena berani menahan ku seperti ini!” Rae menyeringai tanpa Gerardo sadari. “Penyesalan terbesarku adalah jika seorang gadis cantik seperti mu tidak tunduk padaku,” balas Gerardo dengan bibir yang sibuk mengecup kulit halus milik Rae. Rae sedikit menggeliat saat sentuhan pria itu terasa semakin berani. Tanpa Gerardo sadari, saat ini sal
Baca selengkapnya
Tidak tanpa mu
“Apa kau ingin membuat kita semua mati di tempat, Al?” aura dingin dari Rae benar-benar tidak bisa terbantahkan, bahkan Teo bisa merasakan kemarahan hanya dari suaranya. Rae sama sekali tidak menatap Aldric yang masih berdiri di ambang pintu. Amarahnya masih belum mereda, apalagi saat Ia mengingat bagaimana Gerardo berusaha untuk bisa kembali menyentuhnya. Ia jijik pada dirinya sendiri, dan Ia benci dengan sikap Al yang bisa membahayaka nyawa Eduard, yang sampai detik ini masih belum sadarkan diri. “Rae! Aku tidak bemaksud untuk melakukan itu. Tapi...” Al kembali diam, berusaha mencari kata yang tepat untuk menjelaskan amarahnya. “Tapi kau lupa dimana kita berada saat ini.” Al “....” Punggung Rae terlihat bergerak perlahan, terdengar jelas jika Ia berusaha untuk meredam amarahnya saat ini. Beberapa terdengar jelas helaan napas dalam, dan kemudian Rae kembali duduk dengan tegak, membusungkan dada. “Setelah papi sadar, pergilah!”
Baca selengkapnya
BUkan mesin pembunuh
Al keluar untuk mencari Rae, saat ini Ed sudah sadar dan pria itu menanyakan dimana putri kecilnya berada. Tapi siapa sangka, Ia justru diberikan sebuah sikap yang tidak pernah ia harapkan dari adiknya. Al diam membeku saat melihat sikap Rae yang begitu dingin terhadapnya. Meskipun ada rasa tidak suka, tapi Al tetap diam dan meredam amarahnya. Ia sudah cukup membuat Rae kesal karena sikap dan kecerobohan nya. "Bagaimana kondisi papi sekarang?" Rae mendekati Ed dan duduk di sampingnya. "Papi baik-baik saja seperti yang kamu lihat," Ed tersenyum saat menatap putrinya, seakan Ia melihat bayangan Claretta duduk di hadapannya. "Karena papi sudah sadar, aku ingin kalian semua meninggalkan tempat ini!" serunya tiba-tiba. Al yang mendengar itu dengan cepat merangsek masuk dan menarik lengan sang adik, menatapnya tajam penuh amarah. "Jaga bicaramu! Papi baru saja bangun." Rae "..." "Adikmu berkata benar, Al! Kita tidak boleh ter
Baca selengkapnya
Dia juga adikku
“Kenapa papi menuruti keinginan Rae?!” Al murka ketika mereka sampai di kediaman Ed. Al berharap banyak pada pria paruh baya itu untuk bisa membawa pulang kembali sang adik. Tapi apa yang terjadi, Ed justru pulang dengan tersenyum bahagia menatap putrinya. Selain itu, Teo yang berharap bisa tetap berada di kediaman Gerardo ikut ditendang hingga gadis itu benar-benar akan berjuang sendirian di sana. “Papi memiliki sebuah alasan, Al, dan adikmu sendiri memang menginginkannya! Biarkan dia puas dalam hidupnya, setidaknya papi tidak akan memiliki beban, karena adikmu sudah mengetahui siapa yang sudah menghabisi Mami.” “Tapi kenapa harus Rae, pi? Kenapa?” Aldric terlihat frustasi. “Karena dia adalah orang yang paling terluka setelah mami tiada,” lirihnya. Ed tidak ingin membahas apapun lagi. Jika saja waktu bisa Ia putar kembali, Ed akan menjaga Rae dengan baik dan tidak membuat putri satu-satunya itu terjerumus dalam lubang hitam yang menganga dala
Baca selengkapnya
Anda Salah!
Rae akhirnya menyerah. Ia mengisi perutnya dengan semua hidangan yang sudah tersaji di hadapannya. Tanpa peduli dengan tatapan Gerardo, Ia melahap semuanya dengan begitu cepat, namun rapih. Jika bisa, Ia berharap dalam makanan ini terkandung sebuah racun yang mematikan. Rae berharap Ia bisa mati secepatnya, tapi sayangnya hal itu hanya ada dalam angan-angannya saja. “Berapa lama kau tidak menemukan makanan, Nona Catalina?” cibir Gerardo tanpa ekspresi. Rae tidak cepat memberikan respon pada pria itu. Ia lebih dulu menghabiskan makanan dalam mulutnya dan meletakan peralatan makannya dengan begitu sopan. Semua table manner yang ia pelajari sejak kecil masih Ia terapkan hingga saat ini. “Apa anda tidak tahu aturan, Tuan Gerard? Sangat tidak baik jika anda bicara saat makan bersama orang asing.” “Kau bukanlah orang asing, Nona Catalina. Kau adalah calon istriku! Aku ingatkan jika kau melupakan hal itu,” ucapnya dengan menghentikkan gerakan tangann
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status