(21+) Harap bijak dalam membaca dan selalu berpikir positifRae Catalina adalah seorang perempuan cantik, yang juga merupakan sesosok pembunuh berdarah dingin. Tangan lembutnya yang terlihat lemah, ternyata mampu menghabisi siapa saja tanpa mengenal target buruannya. Karena satu dan lain hal, suatu hari ia terjebak oleh mangsanya sendiri. Dan hal tersebut, telah memaksanya untuk melakukan sebuah pernikahan dengan pria yang bernama Gerardo Ignacio.Laki-laki yang dimaksud, adalah seorang CEO dan pimpinan Mafia kejam yang menyukai hal-hal gila dan tidak pernah memandang sebelah mata siapa saja yang mengusiknya.Rae yang selalu merasa tersiksa dalam pernikahan palsu itu, akhirnya berniat membuat satu rencana baru untuk melenyapkan suami yang sekaligus adalah musuh baginya.Mampukah Rae menghabisi Gerando dan kembali pada hidupnya sebagai seorang pembunuh berdarah dingin? Atau, akankah ia tetap terjebak dan selamanya menjadi budak dari Gerardo?
View MoreRae, perempuan cantik itu malam ini benar-benar sangat menikmati hentakan musik dan meliukkan tubuh indahnya di atas dance floor. Dentuman musik yang semakin menggila membuat perempuan itu ikut larut semakin dalam.
Ia sama sekali tidak peduli dengan para pria hidung belang yang sudah meneteskan air liurnya saat melihat betapa menggodanya perempuan itu.
Dress hitam yang dikenakannya, begitu memperlihatkan lekuk tubuh yang indah, berisi dan begitu menggoda. Pria manapun yang melihatnya pasti akan lupa diri. Beberapa pria hidung belang mulai naik dan menari bersamanya. Tangan-tangan nakal itu mulai menggoda, berusaha menyentuh apa saja yang bisa mereka dapatkan dari Rae.
Tapi sayangnya mereka bodoh, atau mungkin perempuan itu yang terlalu pintar. Dengan cepat ia menggoda mereka dan setelahnya ia langsung menghempaskan mereka begitu saja dan meninggalkan lantai dansa, membuat beberapa pria terlihat bodoh karena gagal mendekati perempuan itu.
Rae turun dari atas dance floor dan kembali pada ruangan yang sudah ia tempati sejak awal kedatangannya ke tempat itu. Siapa dia dan bagaimana ia hidup, tidak pernah ada yang tahu. Karena perempuan itu bagai misteri untuk semua orang.
“Selamat malam Nona Catalina...” sapaan dari suara vokal itu membuat perempuan itu melirik sekilas dan kembali melirik gelas yang sedang ia isi dengan minuman.
Pria itu duduk di hadapan Rae dan langsung menyodorkan amplop berwarna coklat yang nampak menggelembung. Tapi perempuan itu hanya diam, dan memilih duduk dengan bertumpang kaki. Semakin memperlihatkan kakinya yang jenjang dan mulus. Hal itu tentu saja membuat pria yang ada dihadapannya harus menelan salivanya sendiri dengan susah payah.
“I-ini bayaran untuk anda Nona, dan ini semua sesuai dengan perjanjian kita,” katanya dengan gugup, karena tentu saja mata pria itu masih mengintip belahan yang ada dibalik kain hitam itu.
“Apa anda menginginkan ku? Katakan saja...” goda Rae dengan gaya yang begitu menantang.
“Jika bisa, kenapa tidak,” serunya bahagia.
Sudut bibi Rae terangkat, ia menatap pria yang ada dihadapannya dengan begitu menggoda bahkan mampu membuat pria manapun lapar seketika.
Dengan gerakan sensual, Rae menggeser posisi tubuhnya, menyediakan tempat kosong untuk pria itu agar duduk tepat di sampingnya.
“Kemarilah...” Rae menepuk tempat kosong itu, memintanya untuk semakin mendekat.
Layaknya anak kecil yang akan mendapatkan sebuah hadiah, pria dewasa itu hampir saja melonjak dari tempat duduknya dan berpindah tepat disamping Rae. Paha yang mulus dan dada yang berisi milik Rae semakin membuat pria itu kalang kabut dan mulai kehilangan akal.
Tangan nakalnya mulai bergerak dengan berani dan menyetuh kaki mulus Rae. Perlahan dan terus sampai akhirnya tangan pria itu tertahan, karena Rae sengaja menahannya.
“Jangan terburu-buru! Setiap ada kepuasan selalu ada perjanjian,” ucapnya dengan wajah berbeda.
“Tentu! Tentu saja perjanjian itu akan selalu ada,” pria itu menjauhkan tangannya dan langsung bicara layaknya manusia sesungguhnya. “Berapa perjanjian uang yang akan kita lakukan?” lanjutnya lagi.
“Owww... Anda terlalu tergesa Tuan! Bahkan aku belum mengatakan apa perjanjian yang aku inginkan.”
Rae menatap tajam pria itu dan tangan dinginnya mulai menyentuh dada bidangnya. “Aku bisa saja menyerahkan semua milikku, bahkan virgin ku pada anda. Tapi aku tidak yakin jika anda akan menyetujui perjajiannya...”
Pria itu terdiam, namun sudah terlanjur dekat kenapa juga ia harus mundur. Setidaknya malam ini rasa laparnya akan terobati seketika.
“Aku akan menyetujui semuanya! Ayo kita pergi dari tempat ini dan buat perjanjian dengan sedikit bermain-main.”
Rae mengangguk. Dengan cepat ia mengikuti langkah pria itu dan ternyata ia membawa Rae pada sebuah kamar hotel yang memang berada dilantai bawah club malam tersebut.
Dan ini benar-benar diluar dugaan perempuan itu, tapi semua ini sama sekali tidak masalah karena pada dasarnya mereka akan bermain-main. Bukan mereka, tapi Rae yang akan bermain-main.
Ya, dan permainanya akan segera di mulai. Rae mulai duduk ditepian ranjang dan tidak lama ia membaringkan tubuhnya untuk menggoda pria itu. Dan benar saja, dengan mudah pria itu tergoda dan menindih tubuh Rae sempurna, bahkan hampir saja pria itu membenamkan wajahnya di dada Rae.
“Apa anda sangat menginginkan ku, Tuan?” tanya Rae dengan pasrah.
“Ya, aku sangat menginginkan mu. Ayo kita mulai...”
Rae mengangguk dan langsung mengalungkan tangannya di leher pria itu. Ia menengadah, menunjukan betapa indahnya leher jenjang dan mulus yang ia miliki. Dengan kasar, pria itu mulai menghujami leher Rae dengan kecupan basah dan tidak berselang lama pria itu memekik kesakitan dan langsung menjauh dari tubuh Rae.
Ia memegang lehernya dan menarik benda yang saat ini ada di leher bagian belakangnya. “Apa maksudnya ini, Nona Catalina!!” bentak pria itu.
“K-E-M-A-T-I-A-N” Rae mengeja setiak hurup dengan santai, membuat pria itu terbelalak dan tidak berselang lama tubuh kekarnya itu jatuh membentur lantai yang dingin. Kejang dengan bibir yang terus saja mengeluarkan busa dan cairan merah pekat dengan bau anyir yang menjijikan.
“Kau pikir aku ini jalang pemuas nafsu mu! Selamat pergi ke neraka.”
Saat melihat tubuh itu sudah tidak bergerak lagi. Rae mengambil semua barang miliknya dan langsung pergi meninggalkan kamar tersebut.
***
Di sebuah universitas ternama, saat ini semua mahasiswa sedang gemparkan dengan berita mengenai kematian seorang pengusaha ternama yang baru saja beberapa hari ditinggal pergi oleh ayah mertuanya.
“Menurut informasi yang beredar, pengusaha ini mati karena over dosis obat keras. Tapi masih belum jelas mengenai jenis obatnya,” jelas salah satu mahasiswa.
“Ada apa? Sepertinya kalian semua serius sekali?” tiba-tiba perempuan cantik itu datang dan duduk ditengan-tengan mereka semua.
“Lo itu kenapa sih Ca, selalu saja ketinggalan berita yang lagi viral?”
“Apa memangnya?”
Salah satu dari mahasiswa itu memperlihatkan ponselnya dan langsung menunjukan berita kematian itu. Perempuan yang dipanggil Ca itu hanya tersenyum dan melirik sahabatnya sekilas.
“Jadi ini berita viralnya?” Mereka mengangguk. “ Hello... Gue udah liat berita ini tadi pagi. Well, siapa dari kita yang nyatanya ketinggalan berita yang lagi viral itu?”
Mereka semua terdiam. Untuk pertama kalinya melihat Rae mengetahui hal viral sebelum mereka mengatakannya pada gadis bertompel dan berkaca mata besar itu.
“Tapi tunggu! Sepertinya ada yang aneh dengan Nona Catalina kita. Apa mungkin tadi malam dia baru saja menikmati itu bersama kekasihnya?” sindir Bella nakal.
“Apaan sih Bell, jangan suka asal deh kalau bicara!” serunya ketus.
Semua teman-temannya saat ini memperhatiakn Rae dengan seksama. Bahkan dengan terang-terangan mereka mengintimidasi perempuan itu.
Tidak ingin menjadi bahan tertawaan teman-temannya, gadis itu memutuskan untuk pergi dan masuk ke perpustakaan. Ituhal hal baik yang selalu ia lakukan setiap pagi. Ke tempat dimana deretan buku-buku itu berada dan membaca semua hal pengenai struktur manusia.
Saat sedang sibuk dengan buku-buku itu, dari meja yang ada di sebelahnya, seorang pria terus saja memanggil gadis itu dengan berbisik.
“Ssttt... sssttt... Rae! Rae Ca—“
“Pembunuh!”
Lagi, lagi dan lagi, Rae dibuat terkejut dengan kenyataan yang ia temukan malam ini. Bukan mengenai kemewahannya, namun karena jarak antara Mansion Gerardo dan kediaman di mana wanita itu berada tidaklah sejauh yang Rae bayangkan.“Jangan berusaha untuk mengecohku! Ini bukanlah tempat yang akan kau datangi bukan?” Rae menekan urat leher pria itu dengan senjata kecil. Sangat kecil, tapi dengan racun yang memastikan.“Ti-tidak! Ini adalah kediaman Nona dan aku memang diminta untuk membawamu ke tempat ini,” jelasnya. Tapi Rae tetap tidak percaya begitu saja.Diam-diam, pria itu meraih ponselnya dan berniat untuk mengabari Nona tetunya, namun Rae bukanlah wanita bodoh yang tidak mengerti mengenai trik murahan seperti ini.“Jadi kau ingin bermain-main denganku? Cepat hubungi dia dan loud speaker!”“Ba-baik …”Sikap pria di hadapannya ini sangat mencurigakan untuk sekelas penjahat. Ya, dia ter
“Gerard! Rae berlari mengejar sebuah mobil,” beritahu Dante.Tanpa berpikir Panjang, Gerardo bergegas keluar menggunakan mobil. Ia melaju dengan kecepatan tinggi dan setelah puluhan meter ia menemukan Rae yang sedang berjalan dengan langkah gontai.“Apa yang kau lakukan di sini, Nona Catalina? Apa kau sudah gila?” Gerardo berteriak, menghakimi Rae tanpa tahu apa yang membuatnya berlari begitu jauh seperti orang bodoh. Gerardo turun dan segera menopang tubuh Rae yang hampir saja jatuh.Rae dibawa ke dalam mobil dengan cepat, napasnya tersengal-sengal, ia lelah. “Kejar dia, Tuan Gerard! Dia orangnya. Wanita itu …”“Rae, tenangkan dirimu!” Gerardo menangkup wajah Rae, membuat istrinya itu sadar di mana mereka berada saat ini. “Tenang! Jangan terpancing,” bisiknya pelan.“Aku melihatnya! Di-dia adalah …”“Sstttt … Aku tahu dia adalah wanita itu.&rd
Dua hari telah berlalu, Rae terus saja mempersiapkan diri dengan segala senjatanya yang mematikan. Ia bahkan kembali melatih tubuhnya saat malam tiba dan terlelap saat menjelang pagi. Gerardo berusaha untuk membuat Rae istirahat, namun istrinya itu tidak pernah ingin diatur.“Jangan seperti ini, Nona Catalina! Kau bisa jatuh sakit,” Gerardo mencekal tangan Rae yang berniat ingin kembali memukul samsak, dan satu tangannya mencegah benda itu agar tidak mengayun pada tubuh Rae.“Cukup! Simpan tenagamu.” Gerardo kembali melunak. “Kita tidak tahu kapan, dari mana dan bagaimana mereka menyerang.”“Itulah alasan kenapa aku tetap seperti ini. Aku harus terjaga!”Gerardo mengerti apa yang Rae maksud, namun jika terus dibiarkan Rae bisa tumbang sebelum berperang.“Pergerakan mereka terhenti! Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi ini begitu mencurigakan,” jelasnya kemudian.Rae terdiam,
Dua pekan kepergian Alex masih menyimpan banyak luka untuk Gerardo dan Kalia. Ada dendam yang belum terbalaskan dan ini begitu menyiksa.Kemana, di mana dan pada siapa mereka harus meluapkan semunya? Tidak ada jawaban pasti.“Jaga Mansion ini, aku mungkin kembali satu pekan lagi,” ujar Gerardo pagi ini.“Tidak! Aku tidak ingin memikul beban yang berat. Jaga sendiri Ibumu!” Rae berkata ketus. Bukan tidak ingin, namun Rae takut jika harus menjaga Kalia. Apapun bisa terjadi dan Rae tidak bisa menduga itu.“Kau tidak ingin menolongku, Nona Catalina?” suara Gerardo terdengar marah, ini bukan masalah besar untuk Rae.“Ya! Aku takut jika terjadi sesuatu dan aku harus kembali kehilangan. Aku tidak bisa!”Gerardo menarik napas dalam, apa yang Rae katakan begitu mengusiknya. Rae Catalina sudah terlalu sering merasa kehilangan dalam hidupnya dan sekarang ia menolak, hatinya takut untuk mengalami hal yang
Panggilan itu terputus, lebih tepatnya Alex yang mengakhiri perbincangan dengan Kalia. Posisinya sudah terlalu terjepit, artinya Alex tidak memiliki banyak waktu sekarang.“Maafkan aku, Kalia, tapi ini yang terbaik untuk menebus semua dosa-dosaku.”Alex menaikan kecepatan mobilnya dan melesat meninggalkan dua mobil yang terus berusaha untuk mencelakainya. Sampai di sebuah jalanan sepi, Alex menghentikan mobilnya. Pria tua itu berdiri di depan mobil dengan membawa senjata laras Panjang. Ia menantang mereka.‘Inilah waktunya. Selamat tinggal, Kalia.’“Kau masih punya nyali yang besar ternyata,” cibir anak buah Nona.“Aku tidak akan pernah takut! Karena ini sudah waktunya bagiku berhenti dan mati.”“Ahaha … Jika itu yang kau mau, aku akan mengabulkannya dengan senang hati pak tua.”“Tunggu! Tanyakan dulu apa keinginan terakhirnya?” ujar salah satu dari anak bu
Gerardo menuruni tangga dengan wajah yang sedikit gelisah. Apa yang Rae katakan mengenai situasi yang tiba-tiba saja berubah sepi. Banyak kemungkinan yang bisa terjadi, termasuk penyerangan lebih besar dan menggila. Namun pikiran itu buyar seketika saat ia mendengar suara yang tidak asing di telinganya.“Apa kabarmu, anakku?” Alex berdiri, ia menatap putranya dengan mata yang berembun.“Aku baik-baik saja,” jawab Gerardo saat mereka berhadapan.“Gerard …” suara Alex tiba-tiba saja tertahan, rasa kecewa pada dirinya sendiri tiba-tiba menyeruak dan membuat pria tua itu sesak. “Maafkan ayah, Gerard.”Untuk pertama kalinya Gerard melihat sikap Alex selemah ini. Pria itu yang sejak lama mengajarkannya untuk selalu bersikap kuat tanpa mengenal kata lelah dan menyerah. Namun hari ini, pria yang sama bahkan mengucapkan kata maaf itu dengan suara begitu pelan.“Kenapa?” tanya Gerardo. &ldquo
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments