Semua Bab Era Baru: Bab 61 - Bab 70
284 Bab
Keputusan
Sebelumnya, ketika Barata sedang berjalan menuju ke Kadipaten Swangiri. Dia menyaksikan pemandangan yang sungguh membuat orang menjadi gila. Sebelum dia sampai di Kadipaten Swangiri, dia melihat suatu kegilaan yang tidak masuk akal. Di mana dia melihat ada ribuan zombie yang berkeliaran di jalan, dan dia juga melihat ada zombie monar juga. Ketika Barata mengingat pemandangan gila itu, dia hanya bisa mengusap dahinya.Barata menceritakan apa yang dia lihat pada Bowo serta Sopo Barungan saat dia bertemu dengan mereka. Dia sama sekali tidak menyembunyikannya karena dia berpikir jika menyembunyikan peristiwa segila itu pasti hanya akan membuat situasi menjadi lebih gila lagi. Jadi, lebih baik mengatakannya sedari awal sehingga dia bisa mengantisipasi kejadian tersebut. Dia memberitahukan pemandangan itu pada mereka berdua, dan dia juga mengingatkan mereka untuk tidak mengendurkan kewaspadaan serta pertahanannya.“Apa yang kau katakan itu benar, Tuan? Sial
Baca selengkapnya
Memulai Lagi
Saat dia menatap bulan penuh yang menunjukkan keindahan serta pesonanya. Barata teringat akan istrinya. Dia merindukannya, dan perasaan itu benar-benar buruk. Dia tidak ingin konsentrasinya teralihkan oleh sesuatu karena saat ini dia sedang berada pada kondisi yang tidak tepat untuk merasakan perasaan semacam ini. Namun, siapa yang bisa mengatakan jika merindukan seseorang harus melihat waktu? Jika memang rindu ya rindu, kenapa pula harus memikirkan yang lainnya. Barata mengatur nafasnya agar dia menjadi tenang dan tidak memikirkan perasaan yang baru saja masuk ke dalam hatinya. Dia tidak menolak perasaan itu, hanya saja, dia tidak ingin merasakan perasaan semacam itu di waktu seperti ini. Barata menghela nafas sambil menenangkan perasaannya. Dia benar-benar merasa benaknya tak karuan saat ini. “Haish ... mengapa aku merindukanmu di waktu seperti ini? Apakah kau ingin menyertaiku dalam pertarungan nanti? Sayangku ... aku tidak bisa menolak perasaan ini, tapi
Baca selengkapnya
Anak Kecil
Barata pergi menuju ke barat Lembah Kehidupan. Dia tahu akan perubahan yang terjadi di permukaan setelah melalui perjalanan beberapa waktu lalu, apalagi dia sudah melihat keadaan di Kabupaten Swangiri yang berada di utara Lembah Kehidupan. Barata masih merasa tidak nyaman dengan apa yang dia lihat di Kadipaten Swangiri. “Mungkin ini bukan hal yang buruk untuk mengamati Hutan Jalungporo. Tempat itu masih menjadi tempat yang strategis. Dengan berada di tengah-tengah dua kadipaten, tempat ini cukuplah strategis untuk dijadikan sebagai sebuah markas. Namun, dengan medan yang begitu terbuka, tentunya tidak mudah untuk tempat itu dipertahankan,” ucap Barata ketika dia mengingat-ingat kembali lokasi dari Hutan Jalungporo.Hutan itu bukan hanya sekadar hutan biasa, dengan luas yang mencakup lebih dari 100 km. Tempat ini menjadi tempat untuk para pendekar menyepi atau juga berlatih. Namun, tempat ini juga menjadi tempat bernaung untuk beberapa ke
Baca selengkapnya
Anak Kecil dan Penyintas
Anak kecil itu melangkah pelan mendekati Barata yang duduk sila di samping pedang yang menancap di tanah. Langkah kakinya begitu pelan, dan terlihat pula ada getaran pada setiap langkahnya. Ya, anak kecil itu masih takut hingga badannya gemetar. Namun, dia memberanikan dirinya dan memilih mendekati Barata daripada menjauhinya. Dia gemetar saat berjalan.Butuh waktu cukup lama untuk anak kecil itu sampai di depan Barata, karena dia beberapa kali menunda langkahnya. Dalam proses tersebut, Barata tak beranjak dari posisinya. Dengan tenang dia menunggu anak kecil itu menghampirinya. Barata tahu jika dia bergerak sedikit saja, pasti tindakan itu hanya akan membuat anak kecil itu ketakutan, sehingga dia membiarkan semuanya berlalu begitu saja.“Paman ... “ suaranya lemah, tapi masih bisa Barata dengar. Ada getaran di suara anak tersebut, tampak jika dia lelah dalam segala hal.Barata tak menjawabnya, dia hanya tersenyum. Tanpa melakukan g
Baca selengkapnya
Masalah di Hutan Jalungporo
Barata menunggu mereka menjawab pertanyaannya dan dia hanya menatap mereka dengan tenang. Tidak peduli akan reaksi yang ditunjukkan oleh mereka, dia benar-benar menunggu jawaban mereka saja. Barata mempertahankan posisinya sambil menampilkan bola api yang mengitari tubuhnya. Tindakannya ini memberikan ancaman yang menakutkan untuk para penyintas itu.Pria yang memimpin kelompok ini melangkah maju dan dia juga menunjukkan senyum yang tak berdaya. Dia sudah melihat keajaiban seperti yang ditunjukkan Barata beberapa waktu lalu. Jika ini terjadi di masa lalu, dia tidak akan begitu terkejut. Namun, dengan perubahan yang terjadi, tidak mungkin dia tidak terkejut. Jadi, dia melangkah maju dengan tak berdaya sambil menghela nafas. Pria ini tidak memberikan sikap yang menantang.“Tuan, kami hanya ingin meninggalkan tempat ini. Kami berasal dari Hutan Jalungporo. Jujur saja, kami adalah para penyamun yang dulu menghuni Hutan Jalungporo. Kamu sudah tak melakukan
Baca selengkapnya
Hutan Jalungporo I
Selama perjalanan menuju ke Hutan Jalungporo, Barata terus menenangkan anak kecil itu agar tidak menimbulkan suara yang bising. Dia tidak ingin kejadian yang beberapa saat lalu terjadi kembali. Oleh karena itu, dia berusaha keras untuk membuat anak kecil itu tenang. Dia tidak dapat merasa tenang di saat dia melihat anak kecil tersebut hendak menangis. Ketika dia tiba di Hutan Jalungporo, tepatnya di bagian luar hutan. Barata melihat ada banyak sekali zombie yang berkeliaran dan memancarkan rasa kelaparan yang kuat. Dia tidak mengalihkan matanya dari mereka, dan berusaha sekuat tenaga untuk tetap tenang. Ada puluhan zombie di bagian luar, dan Barata yakin jika ini hanyalah sebuah pembukaan saja. Oleh karena itu, dia tidak merasa buruk, malah merasa tertantang. “Menarik ... dengan keadaan seperti ini, tidak mungkin manusia bisa hidup dengan tenang. Ancaman dan bahaya selalu mengintai di setiap sisi. Benar-benar berbahaya dan mengancam. Aku tidak bisa mengatakan
Baca selengkapnya
Hutan Jalungporo II
Orang-orang yang mengawasi Barata terperangah dengan tindakan yang Barata ambil di mana dia masuk ke dalam hutan. Mereka tahu betapa berbahayanya tempat tersebut yang bahkan pemimpin mereka sendiri, Sudro, tidak berani masuk ke sana tanpa melakukan persiapan. Jadi, sewaktu mereka menyaksikan Barata masuk ke sana. Mereka menelan ludahnya sendiri dan menggelengkan kepalanya sambil menunduk.“Sial!! Dia tidak hanya berani, nekat, dan sembrono. Dia benar-benar gila. Pria itu berani masuk ke dalam sana yang bahkan Kakang Sudro sendiri berpikir dua kali sebelum masuk ke sana. Tidak perlu memikirkan monster singa yang kala itu Kakang Sudro lihat. Hanya memikirkan gerombolan zombie dan monster-monster lainnya saja sudah membuatku merinding. Sial sekali!!”“Ya ... aku masih mengingatnya dan juga masih bisa merasakan kengerian yang di bawa mereka. Ugh!!! Huft ... tak bisa dipungkiri kalau hutan ini dipenuhi sumber daya, tapi juga bahaya yang sangat
Baca selengkapnya
Hutan Jalungporo III
Di sebuah lokasi yang cukup tertutup tapi tak begitu tersembunyi, ada berbagai macam bangunan yang berdiri dengan kokoh meski hanya terbuat dari kayu. Di tempat itu, ada banyak lalu lalang manusia yang berusaha untuk tetap hidup. Orang-orang yang berada di tempat tersebut membawa berbagai macam barang termasuk sayuran bahkan akar pohon.Ada juga orang-orang yang membawa senjata sambil mengawasi area luar. Suasana yang begitu tenang dan cukup asri ini pecah setelah terdengar derap langkah kaki yang begitu cepat dari arah tertentu. Seorang pria yang berjaga-jaga mengamati area luar dengan waspada dan meminta kawannya untuk ikut serta mengawasi keadaan di sekitarnya.Saat dia sedang mengamati arah tertentu, dia melihat ada beberapa orang yang lari dengan tergesa-gesa. Lantas dia mengingatkan orang-orang di sampingnya. Dia berkata, “Hei!! Perhatikan arah itu, bersiaga. Sial!!! Mungkin mereka adalah orang-orang yang sebelumnya telah kita serang. Bersiap un
Baca selengkapnya
Hutan Jalungporo IV
Beberapa saat kemudian, setelah Sudro mengirim orang kepercayaannya menuju ke beberapa kelompok penyintas untuk membahas masalah yang ada saat ini. Sudro mengumpulkan seluruh bawahannya. Dia tidak ingin membuat masalah yang ada menjadi lebih besar dari seharusnya. Dia juga tidak mau membuat bawahannya khawatir akan bencana yang sedang mendekati mereka. Di area lapang yang berada di tengah-tengah pemukiman, Sudro mengumpulkan puluhan pria yang masing-masing dari mereka membawa senjata dan melepaskan aura jahat. Mereka semua sudah terbiasa dengan darah dan pembunuhan, sehingga rasa yang mereka berikan benar-benar berbeda bahkan mengejutkan siapa saja yang berada di sana. Sudro berada di sebuah podium yang terbuat dari tumpukan kayu. Dia berada di depan bawahannya dan menunjukkan pesona yang tinggi. Dia menampilkan kekuatan yang besar dan dia juga tidak takut untuk menunjukkan kekuatannya pada mereka semua. Auranya benar-benar kuat dan membuat siapa saja merasa
Baca selengkapnya
Pilar Ilahi di Hutan Jalungporo I
Barata melihat tumpukan mayat zombie dan monster yang baru saja dia habisi. Matanya begitu dingin dan sangat mengancam. Dia menatap mayat-mayat tersebut lalu mengalihkan pandangannya ke arah bangunan yang berada di depannya. Dia melihat sebuah bangunan berbentuk candi, dan saat matanya tertuju pada bangunan itu, perasaan yang ia rasakan begitu tidak menyenangkan dan tidak nyaman. Dia merasa seperti berada di sebuah jurang dan berjalan melalui tali kecil.Perasaan itu benar-benar buruk dan membuat Barata sedikit tak berdaya. Dia melihat bila candi yang berada di depannya ini seperti bertambah besar dan semakin besar. Dia belum mendekatinya, dan masih berada di posisi awal. Namun, dia merasa jika bangunan ini tampak semakin besar dan misterius. Dia benar-benar tak bisa memercayainya, tapi itu yang terjadi. Matanya menajam ketika dia melihat tempat tersebut.Sulit bagi Barata untuk tidak merasa kecil dengan keadaan yang ada di depan matanya saat ini. Dia benar
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
29
DMCA.com Protection Status