Lahat ng Kabanata ng Era Baru: Kabanata 71 - Kabanata 80
284 Kabanata
Pilar Ilahi di Hutan Jalungporo II
Ukiran-ukiran berbentuk dan bermotif singa memenuhi seluruh dinding candi. Barata mengamati apa yang terlukis di dalam candi. Dia tidak mengerti mengapa bangunan ini memiliki ukiran yang begitu tak biasa dan sangat terasa nyata. Saat dia mengamatinya, dia juga merasa seperti sedang ditatap balik. Namun, dia tahu jika itu hanya perasaannya saja. Akan tetapi perasaan itu begitu nyata sampai membuat dia menjadi bimbang.Barata memperhatikan area sekitarnya dengan cermat, dia juga memikirkan sebuah cara untuk melarikan diri dari tempat ini jika saja dia berada dalam masalah yang besar dan tak dapat dia hadapi. Dia memikirkannya karena dia tidak ingin Wati terjebak di dalamnya. Beberapa kali dia melirik ke beberapa arah, dan dia menemukan beberapa celah yang bisa dia gunakan bila mereka terjebak dalam keadaan yang buruk.“Ukiran yang begitu nyata dan tampak begitu dekat. Apa yang sebenarnya ada di dalam candi ini? Sesuatu yang tak biasa pasti ada di
Magbasa pa
Menghadapi Makhluk Misterius
Barata mendorong Wati mundur dengan lembut. Dia melihat makhluk di depannya sudah mengeluarkan sebagian kekuatannya melalui sebuah tekanan yang kuat. Barata tidak bisa bertindak pasif setelah merasakan kekuatan yang dilepaskan oleh makhluk di depannya ini. Dia benar-benar kehilangan sebagian dari fokusnya saat dia hendak melancarkan sebuah serangan karena Wati tiba-tiba saja menarik pakaiannya dan menahannya.“Paman ... hati-hati,” ucap Wati lemah.Saat mendengar suara Wati yang begitu lemah dan bergetar. Barata menjadi lebih bertekad untuk mengambil piala dalam pertarungan ini. Bukannya dia suka akan hal itu, tapi apa yang dilakukan oleh Wati mengingatkan dia pada mendiang putrinya di saat dia pergi menjalankan sebuah tugas di masa lampau. Jadi, dia tidak memiliki niatan untuk bermain-main dalam pertarungan kali ini. Dia langsung menggunakan Teknik {Ilusi Manusia} dan dia juga menggunakan Pusaka Sabit Bulan.“Tenang saja, Wat
Magbasa pa
Menang atau Tidak?
Dengan keadaan yang berbeda, dia benar-benar menunjukkan kekuatan yang sangat kuat. Barata tahu kalau lawannya kali ini memiliki kekuatan yang sangat besar. Makhluk setengah singa ini menunjukkan kekuatan yang besar. Dia menggunakan aumannya untuk menahan serangan yang Barata lancarkan. Dia tidak hanya memiliki daya tahan yang begitu kuat, tapi juga memiliki kekuatan untuk memberikan ancaman yang berbeda.Ketika dia melihat makhluk itu menggunakan auman untuk menahan gelombang serangannya. Barata pun menatapnya dengan tajam dan sedikit menggeram marah. Dia tidak tahu mengapa lawannya bisa memanipulasi gelombang suara dan membuat dia berada dalam keadaan yang begitu buruk. Pemandangan di depannya juga sudah berubah total, ada banyak puing-puing batu yang berserakan di depan matanya.“Grrr ... makhluk yang sungguh biadab. Aku tidak tahu bagaimana caranya kau bisa menahan gelombang seranganku. Namun, tindakanmu telah membangkitkan rasa penasaranku. Kemam
Magbasa pa
Mendapatkan Pusaka
Barata memegangi dadanya sembari berjalan ke arah makhluk yang menghancurkan singgasana di belakangnya itu. Barata tidak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya. Dia penasaran dengan keadaan makhluk yang baru saja dia kirim terbang. Barata masih merasa tak begitu baik dengan keadaan yang ada di depannya ini, karena dia tahu bila daya tahan makhluk itu berada di titik yang tinggi. Semakin lama dia bertarung dengannya, dia semakin paham akan kekuatan yang dimiliki makhluk itu dan hal itu membuat dia merasa kagum.“Huft ... Huft ... Huft ...”Barata mendekati makhluk itu untuk memeriksa keadaannya sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Dia benar-benar merasa buruk setelah berhadapan dengan makhluk ini. Daya rusak yang dilepaskan oleh makhluk di depannya ini benar-benar merusak. Sewaktu dia melihat sekelilingnya, dia sadar bila ada banyak puing-puing bangunan yang berserakan di lantai yang juga sudah retak. Dia sama sekali tidak bisa me
Magbasa pa
Pusaka Cincin Arung
“Kau terlalu memaksakan diri, Manusia. Kau belum begitu mampu untuk menaklukkan banyak pusaka. Kau tidak tahu batas dari tubuhmu sendiri.Memaksakan diri untuk menelan banyak energi dan kekuatan, bukankah kau terlalu serakah, manusia? Sekarang kau harus menerima dan merasakan rasa sakit akibat dari tindakanmu sendiri. Jadi, kau tidak bisa mengeluh akan semua hal ini. Nikmati saja rasa sakit itu,” ucap Sang Ratu. Dia sudah mengamati gerak-gerik dan tindakan Barata selama ini.Dia hanya mengamati dan menikmati semua yang terjadi. Tentu saja, dia tak ingin Barata hancur karena kebodohannya sendiri, tapi melihatnya tersiksa akibat ulahnya sendiri. Dia masih bisa menerima dan menikmatinya. Bagaimanapun juga, rasa sakit itu merupakan sebuah penempa yang ulung. Selama kau masih bisa merasakan rasa sakit, dan menerima serta menikmatinya. Maka, kau sudah berhasil untuk naik ke tingkat selanjutnya.Barata sendiri tak bisa mendengar ucapan Sang Ratu
Magbasa pa
Konflik Dengan Sudro
Pada saat Barata keluar dari Pilar Ilahi atau candi yang sudah luluh lantah dimakan bumi itu. Dia melihat ada begitu banyak orang yang menunggunya, dan mereka yang menantinya mengeluarkan rasa haus darah serta nafsu membunuh yang tinggi. Salah satu pria yang tampak seperti seorang pemimpin melangkah maju meninggalkan orang-orang di belakangnya. Sebuah senyum misterius mengembang di wajahnya, dan dia tampak begitu tertarik dengan sesuatu.Tatapan mata pria itu tertuju ke arah tangan Barata, tepatnya di dua jari yang ada cincinnya. Dia tersenyum seolah dia sudah tahu apa yang ada di hadapannya ini. Sudro adalah pria itu, dia mengusap cincin yang dia kenakan di tangan kirinya. Sudro mengerti bila saat ini dia sedang berhadapan dengan seseorang yang memiliki kekuatan serta kemampuan tak jauh dari dirinya, dan bahkan bisa jadi pria itu jauh lebih kuat darinya. Sudro mencoba untuk berpikir tenang, dan tak terlalu mengkhawatirkan hal itu.Barata merasakan adanya t
Magbasa pa
Kekuatan Sudro
76.Pertempuran di mulai setelah Sudro melangkah maju. Barata tidak terlalu memikirkan orang-orang yang ada di depannya. Barata mengerti jika pertempuran ini pasti akan menghasilkan lautan darah. Dengan bergeraknya orang-orang yang berada di sisi Sudro, Barata mulai menunjukkan tindakan yang lebih nyata. Awalnya dia hanya mengamati mereka saja, tapi dia mengubahnya saat ini.Barata segera mengeluarkan beberapa bola api dari Pusaka Batu Api. Sembari mengamati lawannya, dia juga menoleh ke arah Wati yang masih takut akan dirinya dan juga orang-orang yang saat ini mengepung mereka. Barata melihat kalau ada beberapa orang yang melangkah maju dan meninggalkan pria lainnya. Dia tidak tahu mengapa pria-pria yang saat ini dia hadapi memberikan sebuah perasaan yang aneh.“Apakah kalian benar-benar ingin bertarung denganku atau kalian hanya dipaksa untuk melakukan semua ini? Kalau kalian dipaksa, maka kalian bisa meninggalkan tempat ini. Aku tidak akan mem
Magbasa pa
Pertarungan
Barata terengah-engah, dia yang sebelumnya sudah berhadapan dengan penjaga Pilar Ilahi tidak mungkin tidak lelah. Dengan lawan yang begitu tangguh di depannya ini, Barata harus menghadapinya dengan seluruh kemampuan serta mempertaruhkan nyawanya. Lawannya bukan seseorang yang mudah dihadapi. Beberapa benturan yang terjadi sudah memberikan sebuah penglihatan pada Barata tentang kemampuan lawannya.“Huft ... huft ... “ Barata mengatur nafasnya ketika dia memperhatikan Sudro yang mendekatinya dengan langkah pelan tapi pasti dan penuh percaya diri.Barata mengernyitkan dahinya saat dia melihat Sudro mengeluarkan sebuah gerakan yang mempertontonkan serta mengencangkan ototnya. Barata sama sekali tidak merasa senang dengan gerakan yang dilakukan Sudro karena gerakan itu merupakan sebuah tanda dimulainya petaka lain. Ya, setelah Sudro melakukan gerakan itu, dia langsung melesat maju ke depan dan menyerang Barata. Dia tidak menahan kekuatan
Magbasa pa
Melarikan Diri
Beberapa benturan yang telah terjadi memberikan Barata pandangan tentang keseluruhan. Dia tidak bisa menghadapinya dengan kekuatan ataupun kecepatan. Namun, setelah Barata memikirkannya sejenak, dia tahu bahwa bukan semua itu yang menjadi faktor penentu. Barata mengarahkan seluruh kekuatannya dan melancarkan serangan dengan serius. Dia sama sekali tidak percaya bila Sudro tidak dapat ia kalahkan. Oleh karena itu, dia mengerahkan segalanya.Barata menatap Sudro yang melesat ke arahnya dengan kecepatan yang tinggi. Kedua lengannya melebar seperti sebuah palang yang kuat. Sudro yang berlari melesat ke arah Barata langsung mengayunkan kedua lengannya begitu jarak serangannya tercapai. Barata menghadapi serangan yang begitu mematikan, dia tahu bila dia menahannya nyawanya akan melayang. Dengan begitu, dia tidak menahannya melainkan melewatinya, ia menundukkan kepalanya sambil mengayunkan sabitnya ke arah perut Sudro.Walaupun serangan-serangan sebelumnya tak ter
Magbasa pa
Hasilnya
Barata tidak mampu menahan amarahnya, dan membiarkan semua itu keluar tanpa ada penahanan. Selepas dia melakukannya, dia melihat seluruh area dipenuhi dengan darah dan potongan tubuh. Meski pemandangannya begitu mengerikan dan membuat hati gentar. Barata sama sekali tidak menunjukkan sedikit perubahan. Dia benar-benar memperlihatkan tatapan yang dingin dan tidak terganggu oleh pemandangan yang ada di depannya. Barata melihat semua itu seperti sedang melihat sesuatu yang lumrah.“Sudro!!! Dasar Bajingan Keparat!!! Kau membuatku kembali ke masa itu, dan memaksaku untuk mengeluarkan sisi burukku di hadapan seorang anak kecil tak berdosa. Jangan pernah menunjukkan batang hidungmu di depanku atau aku akan membuatmu menyesal karena hidup. Aku berjanji!!! Selama aku bertemu denganmu, aku pastikan kau tidak akan bisa hidup dengan tenang. Akan aku lumat kebanggaanmu sebagai seorang pecundang sialan!!!” teriak Barata ketika dia melihat Wati yang jatuh terduduk setelah
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
29
DMCA.com Protection Status