Semua Bab My Dearest Cahaya: Bab 91 - Bab 100
160 Bab
Dua Tahun Lalu
Tubuh Astro terhuyung mundur beberapa langkah dari pintu apartemennya. Belum juga mulutnya terbuka untuk menyapa Yasa, tapi pria itu langsung memberi pukulan keras pada wajah sang pengacara yang masih tampak mengantuk. Sedikit darah segar mengucur dari hidungnya. Yasa beringsut masuk lebih dalam lagi, menyeret tubuh Astro dan kembali melayangkan sebuah pukulan. Namun kali tepat tertuju pada ulu hati pria itu. Tepat ketika Astro mengerang tertunduk, pria itu menerjang Yasa. Menubrukkan tubuhnya, mendorong Yasa hingga jatuh terjengkang. Hal itu dimanfaatkan Astro untuk menegakkan tubuh, mengusap hidungnya lalu memasang kuda-kuda. Ia mengambil jarak, mengambil napas sekaligus Waspada. “Kamu mabuk, Yas?” tanya Astro sedikit berteriak. “Bangun!” Yasa bangkit sembari berdecih. “Selama ini aku hormat dan segan sama kamu, Bang! Tapi begitu kelakuanmu di belakang!” “Bicara yang jelas!” “Kamu sudah perkosa Aya!” Kedua tangan yang
Baca selengkapnya
Sebuah Fitnah
“Dihabisin makanannya ya.” ucap Sinar sembari mengusap lembut puncak kepala putrinya. “Jaga kesehatan, ingat sekarang ada nyawa lain yang ada di sini.” tangannya lalu turun mengusap perut Aya. Aya yang sudah eneg makan makanan rumah sakit itu hanya mengangguk. Menatap sang suami yang masih tertidur di sofa. Sedangkan Asa, sudah pergi sejak tadi karena harus bersiap berangkat kerja. “Bunda habis ini pulang dulu, tunggu Yasa bangun.” “Kenapa gak bareng aja pulangnya, aku sudah gak papa. Kepalaku sudah gak sakit.” “Kamu ada jadwal CT scan, kepalamu itu harus diperiksa.” Enggan membantah, Aya hanya mengiyakan saja ucapan sang bunda. Sibuk menghabiskan sarapannya sampai tidak bersisa, agar sang bunda tercintanya itu tidak kembali melancarkan ceramah panjang lebarnya. Pagi ini, saat Aya terbangun dari tidurnya, ia sudah mengingat semuanya. Bagaimana pertemuannya dengan Yasa, sikap dingin pria itu dahulu kala, penghinaan yang pernah ditorehka
Baca selengkapnya
Keputusan
“Pergi!” Aya memilih lebih dulu membuka mulutnya untuk mengusir Yasa, ketika Tara dan seorang perawat yang memeriksanya telah keluar dari ruangan. Aya hanya ingin tenang, dan tidak ingin bersitegang dengan semua masalah yang disebabkan oleh Astro. “Aku udah gak mau ribut lagi.” Tatapan keduanya sangat dingin, tidak ada kehangatan yang tersisa di sana. Yasa memegang pipi kirinya yang sudah ditampar oleh Aya beberapa saat yang lalu. Ini kedua kalinya, ia merasakan tamparan keras dari tangan wanita yang kali ini sudah menjadi istrinya. “Bagaimana perasaanmu sama aku, Ay?” tanyanya tiba-tiba. “Apa kamu masih bisa percaya meskipun kali ini aku ngomong jujur ke kamu?” Lagi, Yasa terdiam. Sejujurnya ia sangsi bisa mempercayai ucapan istrinya jika Aya sendiri belum terbuka kepadanya. “Pergilah, Yas. Dari mukamu aja aku udah tahu jawabannya.” Aya memilih menarik selimunya sebatas dada lalu memunggungi Yasa yang masih duduk di sa
Baca selengkapnya
Menjadi Egois
Sinar benar-benar membuat dirinya sibuk hari ini. Ia harus bertemu Janus, juga bertemu Lex untuk memastikan semua rencananya. Sikap Astro kali ini sudah sangat keterlaluan. Tidak hanya membuat hubungan putrinya renggang dengan Bintang. Sekarang, Astro juga membuat Yasa dan Aya terhimpit sebuah kesalahpahaman yang akan Sinar selesaikan secepatnya. Kemudian sore harinya, Sinar memanggil Akhil dan Arsya untuk membicarakan semua rencananya. “Kenapa harus seperti itu, Bund?” Akhil lebih dulu mengeluarkan argumennya atas semua penjelasan Sinar. “Bagaimana dengan papi?” “Masih ada bunda dan Rendra di sini, jadi kalian gak usah risau masalah papi.” terang Sinar. “Semua biar bunda yang handle. Bunda hanya tinggal menunggu keputusan kalian. Tinggal pilih, London, Singapur atau Swiss. Yang jelas, kalau di London kalian gak akan punya keluarga di sana, hanya ada orang kepercayaan opa yang mengurus cabang perusahaan.” Akhil dan Arsya saling melempar pandan
Baca selengkapnya
Selesai
“Aku cukup terkejut, saat kamu menghubungiku dan meminta bertemu dengan tiba-tiba seperti ini. Apa ada masalah dengan Zamaryn?” Setelah berbicara panjang lebar dengan Elo dan Asa. Kini giliran Abraham yang ditemui oleh Sinar. Pria tua itu ada di rumahnya. Karena tidak ingin merepotkan, Sinar langsung datang ke kediaman Abraham untuk menemuinya. Sinar menyodorkan sebuah amplop cokelat di meja kaca dengan sopan dan memasang senyum yang sedari tadi terus saja ia sematkan, di wajah yang masih terlihat sangat cantik itu. “Ini semua, adalah dokumen penting milik Zamaryn, silakan bapak simpan karena mulai hari ini, saya sudah benar-benar melepas Zamaryn pada A-Way.” Tatapan Abraham berubah tajam, hanya melihat amplop yang tergeletak di meja tanpa berniat untuk menyentuh dan membuka untuk melihat isinya. Bersamaan dengan hal tersebut. Abraham menerima telepon dari seseorang dan berbicara sebentar dengan singkat. “Ada apa dengan keluarga kalian, Nar?”
Baca selengkapnya
Kalut
Bagai anak yang tersesat, Yasa kalut. Tidak ada satupun keluarga Aya yang mengangkat teleponnya. Asa bahkan dengan terang-terangan mereject dan setelah itu mengalihkan panggilan dari Yasa. Yasa tidak mungkin menghubungi Bintang, karena ia tahu bagaimana hubungan sang istri dengan papanya itu. Sudah bisa dipastikan kalau Bintang tidak tahu apapun mengenai kepergian Aya. Tapi, keluar negeri? Apa itu mungkin? Tiba-tiba Yasa juga teringat kalau Akhil dan Asrya pun tidak lama lagi juga akan berangkat ke luar negeri. Tapi ke mana? Satu-satunya yang Yasa tahu hanya keberadaan Kaisar dan Eila di Singapura. Dan, Pras juga memiliki saudara yang ada di Swiss. Melihat mentari yang semakin tergelincir. Serta langit yang semakin menggelap. Yasa memutuskan untuk pergi ke rumah Elo. Tinggal pria itulah satu-satunya harapan Yasa untuk menemukan Aya. Yasa datang bersamaan dengan mobil Asa yang sudah masuk terlebih dahulu ke dalam pekarangan ruma
Baca selengkapnya
Membujuk
Bima sibuk mengatur posisi duduknya berkali-kali. Juga terdengar decakan, serta desisan sesekali yang keluar dari mulutnya. Berhadapan dengan Becky yang masih saja terlihat mempesona seperti dahulu kala, ternyata membuat dirinya sedikit rikuh. Tapi setidaknya, Bima sudah berubah. Ia mencintai istri yang sudah memberikannya satu keturunan yang luar biasa tampan seperti dirinya. Sang istri yang sedari dulu tidak pernah macam-macam dan selalu patuh, serta melaksanakan kewajibannya tanpa mengeluh sama sekali. Bima termasuk pria brengsek yang beruntung, karena bisa mendapatkan Era kala itu. Dan, sampai sekarangpun, sang istri tidak pernah tahu kalau Bima pernah selingkuh sampai sedemikian rupa dengan Becky. Semua sudah tertutup rapat dan terkubur dalam-dalam tanpa ada seorangpun yang pernah mengungkitnya. “Ayo kita sudahi semuanya, Beck.” kata Bima. “Kamu tahu benar kalau yang kita lakukan dulu itu salah, dan Pras seperti itu, cuma untuk melindungi dan menjaga kel
Baca selengkapnya
Sandiwara
Yasa tidak memerlukan banyak waktu, untuk membaca dokumen yang baru saja di serahkan oleh Janus kepadanya. Karena basic akademik Yasa adalah juga seorang pengacara, jadi, hanya melihat sekilas saja, ia sudah tahu isi dari kertas yang dibacanya kini.Dan tidak menunggu lama pula, Yasa merobek berkas beserta map yang dipegangnya menjadi serpihan kecil lalu melemparnya ke sembarang arah.“Gak …” Yasa menggeleng kecil berkali-kali. “Ini bukan kemauan Cahaya, ini pasti maunya bunda kan! Om?”Janus bersikap tenang, tidak terpancing dengan ulah Yasa yang telah membuat berkasnya menjadi sampah yang teronggok di lantai.“Silakan kamu pikir sendiri, dan coba ingat-ingat lagi semua sikapmu sama Aya kemarin-kemarin, Yas.”“Apa bunda mau Cahaya bernasib sama dengan beliau, menikah kemudian cerai sampai berulang kali?” sindir Yasa begitu sarkas membuat Janus sedikit tersinggung.“Untuk apa menik
Baca selengkapnya
Sebuah Perasaan
“Mas Asa!” Asa yang sudah memegang handle pintu ruang kerjanya itu lantas berbalik. Tercetak dua lesung pipi di wajah yang biasa terlihat cuek itu. “Ada apa, Mas?” balasnya. “Nomor hape Aya ganti? Dari kemarin saya telpon gak aktif sampai sekarang.” Asa menatap Rajata, karyawan yang dititipkan Aya pada Elo. Asa jadi penasaran, kenapa Aya bisa sampai menitipkan pria itu untuk bekerja di Network. Apa kinerjanya memang sebagus itu? “Masuk dulu deh.” Asa membuka pintu dan mempersilakan Rajata masuk ke ruangannya. Kalau ditelisik lagi, diantara semua ruangan dewan direksi, ruangan Asalah yang paling kecil.  Hanya ada seperangkat meja kerja dan satu buah sofa panjang berserta meja persegi minimalis, yang terletak tepat di samping pintu. “Duduk dulu, Mas.” Asa menutup pintunya, kemudian duduk pada kursi yang berada di balik meja kerjanya. Berhadapan dengan Rajata. “Ada perlu sama Aya?” tanyanya sembari membuka laptop karena Elo t
Baca selengkapnya
Balas Budi
“Ada masalah dengan Aya, Pa?” Bintang sampai lupa kalau ada Astro sedari tadi di rumahnya. Baru tersadar ketika pria itu menegurnya, setelah mengakhiri pembicaraan dengan Asa di telepon. “Oh, Astro.” Bintang menghampiri Astro yang berdiri di ujung undakan teras. “Kamu ada perlu sama papa?” tanyanya tanpa menjawab pertanyaan Astro kepadanya. “Ada, tapi sepertinya papa lagi ada masalah urgent.” Bintang mengangguk kemudian menghela. “Apa bisa ditunda? Papa mau ke rumah Om El dulu.” “Well, yaa, urusanku gak urgent, aku bisa ke sini lagi nanti malam.” “Oke.” Bintang menepuk bahu Astro sekilas, kemudian melewatinya untuk masuk ke dalam rumah dan berpamitan terlebih dahulu kepada sang istri untuk pergi ke rumah Elo. Sedangkan Astro yang masih terpaku di teras, sibuk bertanya dalam hati. Ada apa dengan adik sepupunya itu? kenapa Bintang sampai bertanya tentang keberadaan Aya kepada Asa? Apa Aya kabur dari rumah? Ini pasti berka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
16
DMCA.com Protection Status