All Chapters of My Dearest Cahaya: Chapter 101 - Chapter 110
160 Chapters
Demi Anak
“Nar, apa kamu gak terlalu kejam, misahin Aya yang lagi hamil sama suaminya?” tanya Flora setelah berbasa basi bertukar cerita panjang lebar lewat telepon. “Orang hamil itu butuh suami loh, Nar. Butuh keluarga, butuh bundanya juga. Tapi ini malah kamu lempar ke Surabaya.” Sinar menghela di ujung sana. “Aku gak tega sebenarnya,” terdiam sejenak untuk kembali menarik napas. “Satu yang belum aku ceritain sama kamu, kalau Aya sempat nekat bunuh diri, tapi dia malah koma selama dua bulan.” Flora ternganga, lalu bangkit terduduk dan bersila di atas ranjang. Mengerjab-ngerjab saat melihat sang suami keluar dari kamar mandi dengan memakai kaos oblong dan celana pendek. “Bunuh diri? koma?” Dahi Langit berkerut, menghampiri sang istri dan duduk di sampingnya. Menempelkan telinganya pada ponsel yang menempel di telinga Flora. “Ya,” hela Sinar. “Karena itu aku takut, Ra. Kalau dia di sini, nanti yang ada dia tertekan, stress, diam-diam depresi dan memutus
Read more
Cuma Korban
Astro terdiam, memasang raut wajah setenang mungkin. Tidak pernah terbersit sedikitpun kalau Bintang juga menyuruh Yasa untuk datang ke rumahnya malam ini. Bersamaan dengan kedatangan Astro yang sudah dijanjikan pagi tadi. Ketiga pria itu duduk terpisah jarak di ruang tamu mengelilingi sebuah meja persegi yang terbuat dari kayu, “Jadi, apa yang kalian berdua ributkan sampai-sampai Bunda Sinar memutuskan mengirim Aya keluar negeri!” Setidaknya, itu yang Bintang dengar dari Sinar, bahwa Aya saat ini berada di luar negeri, untuk menenangkan diri. Dan Bintang sangat yakin kalau putrinya itu berada di Singapura meskipun tidak tahu dimana tepatnya. Karena menurut pemikiran Bintang, Sinar tidak mungkin ceroboh dengan menempatkan Aya bersama Kaisar dan Eila. Hal tersebut sangat mudah ditebak dan Yasa pastinya sudah akan menemukan istrinya jika seperti itu. Kedua alis Astro sedikit tersentak sebentar, tidak ingin keterkejutannya telalu ketara. Rupanya
Read more
Curious
“Bundaaa, pinjam hape.” Jemari Sinar yang tengah menari di atas keyboard itupun berhenti sejenak. Mengangkat wajah untuk menatap Rendra yang bersandar pada bingkai kusen di bibir pintu. Anak bontot Sinar itu masih menggenggam ponsel miliknya ditangan. “Emang hapemu kenapa?” Sinar menatap tajam sebentar lalu kembali mengetikkan sesuatu di layar laptopnya, di ruang kerja yang biasa dipakai oleh Pras. “Pulsanya habis, aku mau telpon Rama sebentar.” ujarnya mulai melancarkan misi dari Yasa. “Aku mau nginap di rumahnya.” “M-bangkingmu dibuat apa? langsung isi pulsa kan bisa dari sana.” Begitulah kalau berdebat dengan sang bunda, tidak akan pernah menang. “Inet lagi gangguan, jaringan muter-muter dari tadi.” “Gak tuh,” balas Sinar. “Bunda pake wifi dari tadi lancar-lancar aja.” Jleb! Rendra masuk ke ruang kerja sembari memikirkan sebuah alasan logis, untuk menyanggah perkataan bundanya yang tidak lagi menolehnya sama sekali.
Read more
Menemukan Jejak
Pagi itu, Yasa tidak menginjakkan kaki ke rumah Bintang, seperti yang pria itu perintahkan. Karena jelang tengan malam, ia mendapati chat dari Rendra yang memberikannya beberapa informasi. Yasa yakin, semua yang dikirim oleh Rendra merupakan petunjuk, di mana istrinya saat ini tengah berada. Untuk itu, Yasa membeli ponsel beserta nomor baru untuk menghubungi nomor asing yang sudah diberi oleh Rendra. Flora …, Siapa Flora? Yasa tidak pernah sekalipun mendengar Aya bercerita tentang wanita bernama Flora. Dan, tidak ada satupun nomor dari dengan kode luar negeri yang dihubungi oleh Sinar. Tangan Yasa tremor. Jantungnya berdetak tidak menentu, saat hendak mendial nomor tanpa nama yang telah dikirim oleh adik iparnya. Hembusan napas yang menghentak, berkali-kali ia buang untuk menetralkan seluruh panca indranya agar tenang. Dengan kegugupan yang mendera, akhirnya Yasa menekan nomor yang dimaksud. Meletakkan ponselnya pada telinga,
Read more
Kecurigaan
Manik Astro teralihkan pada seorang gadis, yang terlihat menunggu giliran untuk masuk ke dalam mobil. Astro dan beberapa rekan kerja, termasuk Kurt, tengah berkeliling untuk mencari parkiran di basement sebuah pusat perbelanjaan. Sudah dua hari Astro berada di Surabaya, dan besok siang, akan kembali lagi ke Jakarta karena semua urusan kontrak dengan Caretoo sudah selesai. “Aku ada urusan bentar, pinjam Pak Joko, kalian duluan aja.” “Mau ke mana?” tanya Kurt pada Astro yang sudah keluar dari pintu belakang, namun kembali masuk ke kursi depan, di samping pengemudi. “Ada urusan sebentar.” kembali mengulangi perkataannya barusan, Astro menepuk bahu Joko, supir perusahaan yang bertugas mengantar mereka berkeliling ketika di Surabaya. “Ayo Pak!” “Mau ke mana, Mas?” tanya Joko menginjak kembali gasnya dengan perlahan. “Keluar aja dulu, ngikutin orang.” Manik Astro berpendar ke sana kemari. “Naah itu, Pak. mobilio putih di depan! Ikutin tapi j
Read more
Perlu Bicara
Berkali-kali Astro memandang rumah yang pintunya terbuka lebar itu, dari dalam mobil. Mentari terlihat semakin meninggi, tapi dirinya masih saja sibuk menarik napas dalam-dalam dan menghelanya. Tidak tahu apa yang akan dibicarakan ketika nanti bertemu dengan Aya. “Mas, ayo! Kapan ketemunya kalau di dalam mobil terus!” Seruan Joko itu, mendadak memecah lamunan Astro. Ia pun menegakkan tubuh untuk meregangkan semua saraf ototnya yang kaku. Astro berdehem sejenak untuk menetralisir semua rasa. “Pak Joko, tunggu di sini bentar ya, saya gak lama.” “Lama juga gak papa, Mas. Sante ae! wong libur kok.” Sudut bibir Astro tertarik datar, kemudian keluar dan langsung menuju ke depan pintu rumah untuk menekan bel. Karena hunian cluster yang didatanginya memang tidak ada yang memakai pagar dari ujung ke ujung. “Sebentaar …” Soera yang sibuk di dapur, berjalan ke luar sambil berteriak. Kemudian tertegun sejenak melihat sosok yang begitu membuatnya t
Read more
Sekilas Ingatan
Putus asa karena Aya tidak kunjung keluar, dan mau berbicara dengannya. Ditambah, dengan sikap seorang gadis galak yang semakin menyudutkannya. Akhirnya Astro menyerah, mungkin yang dilakukannya saat ini sangat menjatuhkan harga dirinya. Tapi Astro tahu, kalau hal itu tidak akan pernah sebanding dengan apa yang telah dilakukannya kepada Aya. Merenggut sebuah kehormatan yang tidak akan pernah bisa kembali seutuhnya. Luka yang diberinya mungkin akan terus membekas seumur hidupnya. Astro membuang napas dengan pipi yang menggembung. Tubuhnya merosot dengan kedua kaki yang menekuk ke belakang. Astro berlutut di depan pintu. Membuang seluruh ego dan rasa malunya. Pada dasarnya Astro merupakan pria yang lurus, punya satu cinta yang hanya ditujukan kepada Zetta. Selalu bersikap jujur dan adil dalam menggeluti profesinya. Namun, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua kebaikan tersebut selalu akan tetap berdampingan dengan sebuah nafsu, yang bisa saja menj
Read more
Jodohin Aku
Kedua pria itu saling melempar pandang dengan sengit. Keramahan yang dulu selalu tercipta, kini sudah pergi entah kemana. Saling menuduh dan melempar argumen untuk saling menyalahkan pun sempat terjadi. Mungkin kalau tidak ada Langit yang menengahi, keduanya pasti sudah baku hantam. Yasa tentu saja menumpukan semua kesalahannya kepada Astro. Kalau Astro tidak datang menemu Aya, hal seperti ini tidak akan pernah terjadi. Sedangkan Astro, menyalahkan Yasa karena tidak becus dan tidak pantas menjadi suami Aya. Pikiran Yasa yang sempit itulah, yang membuat Sinar akhirnya menjauhkan Aya, dari suami seperti Yasa. Flora akhirnya keluar dari ruangan VVIP tempat Aya dirawat setelah mendapatkan penangan cepat dari dokter. Wanita itu menggeleng, memandang ketiga pria yang berdiri tegang untuk menunggu kabar, dengan bergantian. “Aya gak mau ketemu kalian berdua sama sekali,” telunjuk Flora mengarah pada Yasa dan Astro secara bergantian. “Dan Tante harap patuhi it
Read more
Hati yang Labil
Asa bersedekap, bersandar miring pada separuh bingkai pintu yang sudah ditutup rapat olehnya. Maniknya memandang Yasa dan Astro bergantiang dengan tatapan dingin.Sungguh, tangan Asa terasa sangat gatal ingin membuat wajah keduanya itu lebam. Sedikit darah yang mengucur melalui hidung mereka, bisa menjadi bonus dan kepuasan tersendiri bagi Asa.“Kapan kalian mau pergi dari sini?”“Aku masih suami Aya, Sa.” Yasa melirik Astro kemudian, menunjuk menggunakan dagu. “Harusnya dia yang pergi dari sini, gak ada kepentingan dia di sini. Bahkan dia yang bikin ISTRI-ku hampir keguguran lagi.”Astro bergeming, seolah tidak peduli dan tidak mendengar ucapan Yasa. Ia hanya ingin bertemu Aya, berbicara empat mata dan meluruskan semua hal yang telah membelenggu hatinya selama ini. Sampai kapanpun itu, ia akan menunggunya.Satu hal yang membuat Astro, merasa masih punya kesempatan. Meskipun samar, tapi Astro yakin kalau ia mende
Read more
Berjalan Sempurna
Derap langkah yang menghampiri tempat tidur Aya itu terlihat ragu. Sepasang mata tajam itu masih saja tidak meredupkan luka yang terlukis di dalamnya. Hingga jarak mereka hanya tersisa tidak sampai setengah meter. “Kamu masih marah?” Pertanyaan dari Yasa tersebut, hanya disambut tatapan datar oleh sang istri, yang duduk bersandar dengan bantal di balik punggungnya. Beberapa saat yang lalu, setelah Sinar berbicara kembali dengan Aya tentang kehidupan pernikahaan putrinya. Akhirnya Aya memutuskan mau bertemu dan berbicara lagi dengan Yasa. Sinar memilih keluar dan meninggalkan keduanya. Apapun nanti yang akan diputuskan oleh Aya, Sinar hanya bisa memberi dukungan dan akan selalu ada untuk putrinya. “Cahaya … bisa kita mulai semuanya dari awal lagi? Kita tutup, buku masa lalu itu di belakang. Buka lembaran baru dan menjalani semuanya dari nol.” Yasa masih berdiri di samping tempat tidur, enggan duduk pada kursi yang berada tepat di sampin
Read more
PREV
1
...
910111213
...
16
DMCA.com Protection Status