All Chapters of Bos Playboy Itu Suamiku : Chapter 41 - Chapter 50
104 Chapters
Dua Puluh Satu
Bryan meraih tubuh ramping Kimberly mendekat ke arahnya. "Apa perlu kujelaskan? Kau akan tahu apa jawabannya cepat atau lambat. Bukankah kau sudah mendengar beberapa alasan yang keluar dari bibirku? Sekarang kembali lagi padamu, kau mau menganggap perasaanku seperti apa. Kau bebas menentukan. Apa pun pilihanmu, aku akan mengiyakan. Karena semua alasanku tadi adalah hal yang mendeskripsikan perasaanku padamu," ungkap Bryan. Tak ada canda. Tak ada tawa. Atmosfer terasa begitu penuh dan sesak. Detak jantung Kimberly berlari begitu cepat seperti hendak terlepas dari tubuhnya. Gadis itu memalingkan muka. "Dasar Playboy! Jangan kau kira trik yang kau pakai saat menggoda para wanita dapat berhasil padaku!" kecam Kimberly dalam hati. Hatinya terasa panas saat membayangkan kata-kata yang sempat diumbar Bryan diucapkan pada wanita lain. Kenapa ia mendadak merasa cemburu? Hal yang harus ia pastikan saat ini adalah&he
Read more
Penculikan
Kimberly menggeleng cepat. Ia memutuskan mengeluarkan segala uneg-uneg dalam pikirannya. "Kenapa saat mendengar tawaranmu tadi terdengar seperti cara seseorang menawariku sesuatu, ya?" gumam Kimberly penasaran. Bryan geleng-geleng kepala. "Wajar saja!" "Kenapa begitu?" "Pasti ayahku, bukan? Aku tahu sekali cara bicara ayahku saat merayuku dan pastinya dia menggunakan cara itu padamu. Benar, kan?" tebak Bryan. Kimberly tersenyum kecut sambil berusaha menepis tangan Bryan dari kepalanya. Ia merasa risih dengan pandangan banyak orang padanya hanya gara-gara perlakuan Bryan. "Ternyata pepatah lama itu ada benarnya juga!" celetuk Kimberly. Bryan mengernyitkan dahi. "Pepatah yang mana? Begitu banyak pepatah, jadi aku tidak tahu maksud ucapanmu!" sambung Bryan. "Pepatah lama itu berbunyi 'Buah jatuh tak jauh dari pohonnya'! Benar, kan? Aku baru teringat ternyata
Read more
Restu
Hening. Tak ada percakapan antara dua manusia di dalam mobil yang tengah melaju kencang menuju ke suatu tempat. Bak menyembunyikan mutiara di palung terdalam agar tak seorang pun menemukannya adalah tindakan yang saat ini Bryan lakukan. Penuh misteri dan banyak jebakan jika siapa pun hendak mencari tahu. Pertanyaan di toko bunga beberapa saat yang lalu saja tak terjawab dengan hasil memuaskan, kini pria itu berhasil menggugah rasa ingin tahu di dalam hati Kimberly semakin besar. Lebih baik ia mengikuti ke arah mana pria ini membawanya daripada banyak bertanya dan ujung-ujungnya bukan mendapat jawaban melainkan ledekan dari Bryan. Diam. Satu menit. Lima menit. Sepuluh menit. Lima belas menit. Berlalu begitu saja. Tanpa suara, tanpa bicara. Kimberly hendak membuka mulut. Namun, suara seseorang dengan nyaring menghentikan ulahnya. Ia menajamkan
Read more
Apakah harus?
Kimberly tersenyum kikuk. "Apa kau mendengarnya?" tanya Kimberly serius. Bryan bingung menanggapi pertanyaan aneh Kimberly. Ia menajamkan indera pendengarannya dan mencari suara yang dimaksud. "Tidak ada suara apa pun! Apa kau pikir nyonya Betsy menjawab permintaan dan restuku?" tanya balik Bryan sedikit konyol. "Kau gila!" ledek Kimberly sambil geleng-geleng kepala. "Lalu apa?" desak Bryan yang tampak tak sabaran. "Coba kau dengar lagi!" pinta Kimberly seraya memegangi daun telinganya sendiri bermaksud memberi contoh pada Bryan. Kruucuuk Kruucuuk Kruucuuk Sumber suara itu terdengar nyaring dari… Bryan! Bryan mendadak tersenyum konyol. "Maaf, refleks! Sepertinya cacing di perut meronta untuk diisi. Ayo kita segera kembali ke kota dan mencari tempat makan, aku lapar sekali!" terang Bryan apa adanya. Baru kali ini ia merasakan kelaparan
Read more
Siapa Dia?
Kimberly mendengar pertanyaan Bryan yang sedikit menggelitik hati. Mau tak mau demi menghormati ajakan sang pria yang baru saja meminta restu pada mendiang sang ibu, Kimberly membalas uluran tangan besar tersebut. Mereka berdua berjalan bersisian seperti pasangan lainnya yang memasuki restoran itu. Pemilik restoran tersebut keluar dan melihat kinerja para karyawan. Matanya kini tertuju pada hadirnya seorang Bryan di acara pembukaan restoran miliknya tersebut. Terkejut, itu pasti. Bryan yang terkenal sibuk dan siapa pun harus membuat janji temu dulu sebelum berbincang dengannya, kini ada di dalam restoran miliknya. Penyambutan harus diadakan meski tanpa persiapan. Beberapa karyawan menyambut Bryan setelah mendapat titahnya. "Tuan Bryan, sungguh sebuah kehormatan untuk restoran ini dikunjungi oleh orang super sibuk di kota Edensor tercinta kita ini!" pekiknya senang menyambut Bryan. Mereka berpelukan ala lel
Read more
Teman Lama
Kimberly mendadak bisu. Mulutnya seperti tersumpal sesuatu tak kasatmata. Terkunci. Lidahnya kelu. Ia bingung memikirkan jawaban apa yang harus ia katakan pada Bryan. Tanpa terduga… "Kami adalah teman lama, Tuan! Wajar bila sesama teman berjumpa dan terkejut melihatnya ada di sini tanpa diduga." Seolah bisa membaca pikiran, Nick mengambil alih menjawab pertanyaan Bryan yang diajukan pada Kimberly. Tanpa dua pria itu tahu, Kimberly menggigit bibir bawahnya seraya meremas ujung dressnya. Entah kenapa ia merasa tak enak hati dan terlihat berada di posisi yang salah. Degg Degg Degg Detak jantungnya berdendang dengan cepat. 'Drama apa lagi ini, Tuhan?' Kenapa harus di tempat dan situasi seperti ini mereka dipertemukan? Kimberly mendesah pelan dan untungnya Bryan tak menyadari hal itu, lebih tepatnya, belum. Bryan mengangguk paham dan menatap ke arah mej
Read more
Tamu Malam Tak Diundang
Kimberly menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Malu, perasaan itu seketika mendarat di wajah cantiknya.  Pipinya merona dan memerah bak tomat segar. Hal itu tak luput dari perhatian Bryan.  Bryan terkekeh.  "Kau lucu sekali!" ledek Bryan yang kata-katanya langsung membuat Kimberly mencebik bibir.  Entah kenapa, gerak-geriknya menjadi berubah sejak berdekatan dengan pria bernama Bryan. Ia seperti bisa menjadi dirinya sendiri bahkan bisa dibilang terkesan sikapnya bak anak kecil.  Aneh!  Kimberly membuka telapak tangan yang beberapa saat menutupi wajahnya. Ia menyapukan pandangan ke segala arah dan memastikan bahwa dirinya tak lagi menjadi bahan tontonan para pengunjung restoran. Dirasa aman, ia bersikap baik-baik saja di hadapan Bryan. Berdehem sekali lalu berpura-pura memainkan ponsel di atas meja.  "Kenapa kau terlihat aneh?" tanya santai Bryan namun terdengar serius di te
Read more
Dua Wanita
Nick terus mengamati pergerakan lawan bicaranya. Meski terlihat menyedihkan dari sosok yang berdiri tak jauh darinya, hal itu tak membuatnya iba. Menanyakan pun mengenai keadaannya tidak akan pernah ia lakukan.  Ia melihat pergelangan tangan kanannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 21.45, itu tandanya ia harus segera merehatkan sejenak tubuh lelahnya.  Tak mau buang waktu apalagi sekedar berbasa-basi, pria itu dengan ketusnya bertanya, "Apa yang mau kau katakan padaku? Kalau tidak penting, segeralah pulang! Orang tuamu pasti akan kebingungan mencarimu."  Kata-kata itu terdengar bak mantra pengusiran makhluk tak kasatmata. Violet memejamkan mata lalu menghembuskan napas demi menguatkan hatinya sebelum menjawab pertanyaan Nick.  Sosok perempuan yang berada di hadapan Nick adalah Violet. Gadis itu tampak menyedihkan bak sampah yang terbuang, dihempaskan begitu saja. Tak memiliki nilai apa pun di mata Nick.  "Kau terlalu la
Read more
Rahasia di Masa Lalu
Kebencian Nick pada kedua orang tuanya sudah mendarahdaging. Sakit, tapi tak berdarah. Orang tua yang tega menjual kebahagiaan anaknya demi perusahaan adalah dua orang di hadapannya saat ini.  Demi kekayaan yang saat mati nanti tidak akan mereka nikmati terus mereka kejar sampai mereka lupa bahwa putra mereka butuh kasih sayang bukan hanya harta. Semua yang mereka dapatkan di muka bumi ini hanya bersifat fana.  Tapi apa yang Nick dapati? Apakah dia salah jika di dalam hati dan pikirannya terus berontak? Toh, kenyataannya kehadiran dirinya ke dunia tak disambut baik oleh Vanessa dan Jonathan. Ia hanyalah alat, bukan putra mereka.  "Jangan sentuh aku, Ma! Aku akan memilih hidup sendiri tanpa kalian, tolong jangan mengatur hidupku lagi!" tegas Nick dengan lantang.  Sekelebat kejadian tiba-tiba membanjiri pikiran pemuda dua puluh satu tahun tersebut. Bayangan wajah dua wanita beda generasi terus terlintas dalam otaknya.  N
Read more
Merebut Kembali
Nick menyentuh kode masuk layar sentuh ponselnya. Sebuah kode rahasia untuk mengakses lebih jauh kegunaan benda pipih pintarnya kini terbuka, membebaskan sang pemilik leluasa menggunakannya.  Tak butuh waktu lama atau terkesan bertele-tele, Nick menyentuh tombol on pada ponselnya hingga mengeluarkan suara-suara yang saling bersahutan mengundang banyak tanya.  Jonathan mengernyit. Suara siapakah itu? Tanpa sadar kedua kaki tegapnya terus mendekat demi membayar rasa penasaran yang terus menggelitik pikirannya.  Flashback On  Beberapa hari sebelum kedatangan keluarga Violet ke kediaman Jonathan.  Seorang wanita cantik keluar dari pintu ruangan Gib, ayah Violet. Ia baru saja keluar dari ruangan itu setelah mendapat tanda tangan Gib untuk beberapa laporan perusahaan. Di mana di dalam ruangan itu terdapat pasangan anak dan ayah yang tengah berseteru hebat.  Kylie, si sekretaris yang hendak berseru karena kedatan
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status