All Chapters of A Fake Protagonist: Chapter 61 - Chapter 70
73 Chapters
61. Kaisar itu Willy?
Kaisar tampak terdiam beberapa saat. Aland sempat merasa heran mengapa kaisar itu tampak seperti sedang memperhatikan gerak-geriknya. Namun, Aland tak memperdulikan hal itu. Ia menganggap jika kaisar itu sebenarnya sedang ketakuan karena tidak ada lagi yang melindunginya di sini. “Apa sebenarnya yang kau inginkan?” suara monster itu kembali terdengar. Namun, dari nada bicaranya, ia tampak lebih datar dan tenang dibanding beberapa saat lalu usai terkejut dengan tipuan Aland. Aland merasa dia harus berhati-hati sekarang, rencananya belum sepenuhnya berjalan lancar. Ia tidak bisa lupa siapa orang yang ia hadapi saat ini.     “Mudah sekali sebenarnya. Kau harus membubarkan perkumpulan ini dan jangan pernah mengirim teror lagi kepada mahasiswa. Dan kau harus menyerahkan mengungkap semua kejahatan yang telah kau lakukan kepada rektor.” Aland menunjuk kaisar sesaat usai mengatakan apa yang dia inginkan. Kasiar tertawa kemudian. Suara tawanya yang meng
Read more
62. Selebrasi Kemenangan
Aland, Joo dan Romeo sudah sampai di bawah untuk melihat siapa sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu. Joo melirik ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada penjaga yang mengejar mereka. Romeo dan Aland duduk di dekat orang yang diduga kaisar itu. Aland melirik Romeo sesaat, laki-laki itu mengangguk serta mengerti maksud Aland. Aland meraih topeng hitam-puih dan membukanya.Mereka bertiga terkejut melihat wajah sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu.“Willy?” ucap Joo terkejut dan ikut duduk dengan kedua temannya. Mereka benar-benar tak percaya bahwa Will-lah yang sebenarnya selama ini menciptakan kerusuhan secara misterius di dalam kampus.“Dasar munafik.” Umpat Joo tepat saat melihat wajah Willy yang kini bersimpah darah di dahinya. “Dia bersikap sebagai mahasiswa teladan di kampus tetapi dia memiliki hati yang sangat busuk.”Romeo dan Aland kompak melirik Joo ketika laki-laki itu mengatakan itu. Mereka
Read more
63. Kau Mempermainkanku!
“Siapa?” tanya Jane.“Dia orangnya. Aland.” Tunjuk Kate pada Aland menggunakan dagunya.Jane merasa takjub dengan Aland. Dia benar-benar melakukannya. Dia berharap Fluke tak mengatakan apa pun tentang dirinya pada Aland, karena ia merasa Aland tak sesumringah seperti teman-temannya yang lain. Ia merasa … jangan-jangan Aland memang telah mengetahui semuanya bahwa ia telah mengkhianati teman-temannya.“Aland, kau benar-benar melakukannya?” tanya Jane pada Aland. Aland tersenyum sekilas dan mengangguk. Aland memang cukup pendiam, tetapi laki-laki itu terlihat sangat pendiam sekali hari ini di banding biasanya. “Itu hebat sekali. Bagaimana kau melakukannya?” Jane berusaha menutupi kegugupannya dengan menanyakan hal itu. Di sisi lain, Ia juga berusaha mengorek apakah Aland mengetahui rahasianya atau pun tidak.“Iya, aku juga penasaran. Aku dan Kate juga belum mengetahui bagaimana kau bisa menangkap p
Read more
64. Bisa Kita Bertemu di Rooftop?
“Apa maksudmu, datang-datang sudah menuduhku yang tidak-tidak,” jawab Fluke dengan kesal karena Jane tiba-tiba saja gadis itu datang dengan marah-marah.“Jangan berpura-pura tidak mengerti maksudku! Kau berbohong! Kau bilang kau adalah pemimpin geng topeng hitam itu, tapi nyatanya apa? Pemimpin yang sebenarnya adalah Willy, kau berpura-pura menjadi pemimpin geng itu karena kau ingin mengancamku, ‘kan?” Jane berapi-api, dada gadis itu sampai naik-turun karena rasa kesalnya yang memuncak pada Fluke. Ia merasa dipermainkan selama ini oleh Fluke.“Apa yang kau kata—” belum sempat Fluke melanjutkan kalimatnya, Jane sudah lebih dulu menyela perkataannya.“Kau mempermainkanku. Untuk apa Fluke? Apa kau masih membenci diriku, dan ingin membalas dendam kepadaku? Iya? Hah? Katakan! Mengapa kau sangat tega kepadaku, Fluke?” suara Jane menggema memenuhi ruangan Fluke. Tak pernah ia melihat gadis itu semarah itu sebe
Read more
65. Hari Perayaan Tiba
“Terserah kau saja!” Jane yang mulanya berteriak karena kekesalannya pada Fluke, terkejut karena reaksi Fluke. “terserah apa yang ingin kau katakan. Karena jika aku menceritakannya pun, kau juga  tidak akan memahami mengapa aku melakukan hal ini! Aku sudah tidak peduli apa pun yang kau nilai tentang diriku lagi!” Jane terkejut dengan pernyataan Fluke yang didengarnya. “Apa maksudmu?” tanya Jane dengan heran. Namun, Fluke tampak tak ingin menjawab pertanyaan gadis itu. Laki-laki itu membalikkan badannya dan memerintahkan Jane untuk pergi dari hadapannya. “Pergi dari sini.” “Apa? Kau mengusirku?” tanya Jane tak percaya. “Pergi, Jane. Atau akan menyesal seumur hidup jika kau masih tetap di sini.” Jane yang hendak membalas langsung terdiam dengan perkataan laki-laki itu. Mau tak mau dengan ancaman itu, Jane meninggalkan ruangan Fluke dengan amarah dan pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya. Hari perayaan kampus telah tiba. Semua
Read more
66. Di Mana Kate
"Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane
Read more
67. Rooftop
"Bagaimana kinerjamu itu, Irene? Sebagai pemimpin club-mu kau mendapatkan tanggung jawab untuk mengatur kostum kami, tapi apa yang terjadi? Bukankah anggotamu sudah banyak? Ini kostum pemeran utama padahal."Jane menarik tangan Ken, mengingatkan laki-laki itu untuk tidak menyuarai Irene seperti itu melalui tatapan matanya. Jane merasa tidak enak sendiri melihat Irene yang mendapat omelan dari Ken, ia merasa Irene tidak sengaja melupakan kostumnya karena begitu banyak pekerjaan yang dia lakukan."Maafkan aku, aku benar-benar menyesal. Ayo, kemarilah. Duduklah dulu di sini. Aku akan akan kembali lagi membawa kostumnya untukmu."Irene buru-buru pergi mencari kostum pemeran utama wanita. Sementara Jane dan Ken mau tak mau menunggunya di sana. Ken melirik jam di pergelangan tangannya, acara tinggal sepuluh menit lagi."Jangan berbicara seperti itu padanya, mungkin saja dia tidak sengaja melupakan kostumku karena terlalu banyak pekerjaan yang ia kerjakan." Jane
Read more
68.
“Aku juga tidak menyangka.” Joo tersenyum geli membayangkan kedua temannya yang memeiliki sifat unik jika mereka bersama akan seperti apa? Pasti lucu sekali. “Aku tidak bisa membayangkan ghadis tomboy itu rupanya menyukai laki-laki kemayu seperti Ken.”Romeo merasa geli melihat wajah Joo ang sedang membayangkan sesuatu. “Apa yang kau pikirkan? Berhenti berhayal.”Joo mendengus pada Romeo. “Kau tidak pernah tahu rasanya senang melihat temanmu jatuh cinta. Lebih baik cari pasangan sana, supaya kau tahu rasanya jatuh cinta!” ejek Joo pada Romeo.Romeo mendelik pada Joo karena laki-laki itu tiba-tiba menyinggung tentang pasangan. “Apa yang kau maksud? Bercermin dulu sebelum mengolok orang lain. Kau sendiri belum memiliki kekasih.”Joo langsung terdiam mendengarnya. Sementara Aland yang tengah duduk di antara mereka berdua melirik Romeo dan Joo dengan heran. “teman-teman, pertunjukkannya sudah a
Read more
69. Rumit
Aland, Joo dan Romeo sudah sampai di bawah untuk melihat siapa sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu. Joo melirik ke sekelilingnya untuk memastikan bahwa tidak ada penjaga yang mengejar mereka. Romeo dan Aland duduk di dekat orang yang diduga kaisar itu. Aland melirik Romeo sesaat, laki-laki itu mengangguk serta mengerti maksud Aland. Aland meraih topeng hitam-puih dan membukanya.Mereka bertiga terkejut melihat wajah sebenarnya pemimpin geng topeng hitam itu.“Willy?” ucap Joo terkejut dan ikut duduk dengan kedua temannya. Mereka benar-benar tak percaya bahwa Will-lah yang sebenarnya selama ini menciptakan kerusuhan secara misterius di dalam kampus.“Dasar munafik.” Umpat Joo tepat saat melihat wajah Willy yang kini bersimpah darah di dahinya. “Dia bersikap sebagai mahasiswa teladan di kampus tetapi dia memiliki hati yang sangat busuk.”Romeo dan Aland kompak melirik Joo ketika laki-laki itu mengatakan itu. Mereka
Read more
70. Dituduh Sebagai Penjahat
 Orang itu dibuka dan ternyata dia Willy. Willy dirawat di rumah sakit Karen luka parah. The protagonist selebrasi secara diam-diam atas kemengangan mereka, mereka menganggap penderitaan sudah berakhir. Mereka bertemu Jane tetapi tidak ada yang mengajaknya bicara.Tapi ternyata salah, terror masih terjadi di mana-mana dan semakin menjadi di kampus.Poster buronan para protagonist diganti dengan poster gambar Jane yang sangat besar. Makian dan bulyyan terhadap jane dan Ken, usai foto mesra mereka beredar. Mereka diminta untuk turun dari jabata mereka sebagai face of campus. King dan queen kampus.Di kondominiumnya, Jane berdiri di atap dan ingin mengakhiri hidupnya. Fluke datang tepat waktu dan meminta maaf padanya. Menjelaskan bahwa semua yang dia lakukan bukanlah rencananya.tetapi karrena ia di terror oleh GTH untuk menghancurkan persahabatan mereka sampai tak berkumpul lagi..Fluke lalu menemui teman-te
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status