All Chapters of A Fake Protagonist: Chapter 51 - Chapter 60
73 Chapters
51. Penyamaran Dimulai
“Aku … menghilangkannya.” Aland mencoba beralasan. “Kalau begitu kau tidak bisa masuk.” Di balik topengnya, raut wajah Aland menjadi gelisah. Ia harus memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam. “Mengapa tidak bisa?” “Karena kau tidak memiliki identitas keanggotaan.” Dari nada bicaranya, Aland merasa penjaga di hadapannya itu tak mempercayai dirinya. Atau memang system mereka seperti ini. Tidak mengizinkan anggotanya masuk tanpa tanda anggota yang lengkap. Apakah topeng seperti ini tidak cukup bagi mereka untuk membuatnya bisa masuk ke dalam markas mereka? “Bagaimana dengan ini?” Aland mengeluarkan sapu tangan milik anggota Geng Topeng Hitam itu dari dalam sakunya. Penjaga yang semula menolak mentah-mentah agar ia masuk ke dalam, kini meraih sapu tangan itu untuk dilihatnya dengan teliti. Aland memperhatikannya, penjaga itu membolak-balik sapu tangan itu dan berhenti di ujung kain. Bukan di logo Geng Topeng Hitam, melainkan d
Read more
52. Permainan Papan Ekstrim
Aland di balik topengnya baru mengerti atas penjelasan secara tidak langsung oleh orang itu. Ia mengangguk, berpura-pura sebagai orang yang pernah menjalani permainan di ruang-ruang sebelumnya. Ia berpikir, mungkin yang dimaksud orang tersebut adalah beberapa ruangan yang ia lewati di lorong tadi. Dan permainan yang dimaksud adalah permainan kartu biasa yang pernah ia lihat sebelumnya.Aland mengangguk singkat. “Iya, benar. Aku belum pernah melihat permainan ini. Memangnya, permainan apakah ini?” Aland meringis pelan atas kalimat terakhirnya yang berupa pertanaan. Takut-takut jika pertanyaan atas ketidaktahuannya itu bisa menimbulkan kecurigaan.“Permainan ini disebut permainan China Town.”Di balik topengnya, Aland mengernyit saat mendengar jawaban itu. “Permainan China town?” tananya, baru kali ini Aland mendengar nama permainan yang cukup aneh itu.“Iya. Sejenis monopoli versi hardcore (ekstrim). Permainan seki
Read more
53. Orang Bertopeng Hitam
“Cepat! Orang-orang sedang menunggu!”Orang bertopeng hitam itu sedikit tersentak kala orang di depannya membentak karena dirinya terlalu lama berpikir.“Baik.” Akhirnya orang bertopeng hitam itu menjawab usai sekian lama hanya membungkam mulutnya karena permainan yang menyulitkannya ini. Aland terkejut karena orang itu menerima tawaran orang di depannya.“Apa? Kau serius?” orang-orang yang berdiri di sampingnya juga terkejut dan tertawa.Permainan tahap pertama selesai. Dan orang bertopeng hitam itu benar-benar menerima tawaran untuk menjual tanahnya sebesar 1000 dollar. Namun, uang itu akan dibayar dengan syarat jika dia berhasil memenangkan permainan tahap kedua. Ini sungguh terdengar tidak adil jika dilihat dari sudut pandang Aland.Melihat pantulan wajahnya di cermin kamar mandi. Aland masih memikirkan bagaimana tidak adilnya orang-orang bertopeng putih itu, yang seperti memainkan trik pada orang bertopeng h
Read more
54. Bertemu Kembali
“Tapi mereka menyulitkanku. Aku tahu mereka tidak akan mudah membuatku bisa membayar hutang-hutangku.”Aland sudah terlanjur iba dengan kisah Tor. Ia memikirkan berbagai cara untuk bisa membantu Tor. Walaupun mungkin ia akui jalan yang dipilih oleh Tor awalnya memang tidak benar. Tapi dia melakukan ini semua karena kasih sayangnya kepada adiknya dan tak mau kehilangan adiknya. Sama seperti dirinya, ia melakukan semua ini juga demi menemukan kakaknya.Aland menepuk bahu Tor, membuat laki-laki yang tampak frusasti itu memandang matanya. “Kau tenang saja, tor. Untuk permainan tahap kedua ini, biar aku saja yang menggantikanmu. Aku berjanji akan menyapu bersih kemenangan untukmu.”Tor tampak ragu karena Aland baru pertama kali berada di sini dan melihat permainan itu berjalan. “Kau yakin? Kau sudah tahu bagaimana cara mainnya?”Aland mengangguk penuh keyakinan. “Aku sering memainkan permainan monopoli sebelumnya, dan
Read more
55. Jane dan Fluke
Tor kembali menatap Aland. “Tapi, aku dengar, malam ini kaisar akan datang dan akan bermain permainan papan bersama kita. Dengar-dengar dia pemain yang begitu hebat, sulit dikalahkan. Jadi, ini kesempatan bagiku untuk bisa mengalahkannya.”“Aku akan mengalahkannya,” ucap Aland yakin, membuat Tor yang mendengarnya merasa lega. “Tapi, ada satu pertanyaan lagi yang mengganggu pikiranku.”“Apa itu?” tanya Tor.“Geng ini bernama Geng Topeng Hitam. Lalu, mengapa anggota inti dari geng ini justru memakai topeng putih?”“Sederhana, mereka ingin melindungi diri mereka saja. Agar orang lain yang tahu, mereka hanya mengira bahwa hanya ada topeng hitam di geng ini.”Penjelasan itu membuat Aland merasa kesal. “Licik sekali! Kalau begitu, orang-orang bertopeng hitam ini awalnya hanyalah korban mereka.” Tor mengangguk atas pernyataan Aland.“Termasuk diriku,” uc
Read more
56. Risiko Aland
Lalu, apa yang dilakukan Jane di sana? Gadis itu masuk ke loker umum setelah keponakan rektor juga berada di sana pula. Joo segera merapat pada pintu, sedikit mengintip ke dalam. Sebenarnya bisa saja ia masuk dan menyapa Jane. Namun, ia memastikan terlebih dahulu dengan mengintip keadaan di dalam. Dan ternyata, apa yang dilihatnya di luar dugaannya. Fluke dan Jane terlihat saling berbicara di depan sebuah loker. Raut wajah Jane yang tidak membelakanginya terlihat begitu serius kala berbicara. Beberapa saat kemudian, Fluke membuka loker di sampingnya dan mengambil sesuatu di sana. Lalu menerahkannya pada Jane.Wajah gadis itu tampak terkejut kemudian. Fluke lalu berbalik, seperti hendak pergi meninggalkan Jane. Joo lalu segera bersembunyi ketika Fluke keluar dari ruangan loker itu.Joo memandang punggung Fluke yang menjauh. Ia lalu bergegas meliha Jane sekali lagi. Tampak gadis itu memasukkan sesuatu ke dalam salah satu loker tempat Fluke mengambil sesuatu dari sana tad
Read more
57. Memenangkan Permainan
Jane yang menyadari reaksinya cepat-cepat menormalkan ekspresinya agar Joo tak terlihat curiga. “Tidak-tidak.” Jane menggeleng. “Bagaimana bisa kau membiarkan Aland masuk seorang diri ke sana? Itu sangat berbahaya, bagaimana jika mereka mengetahui penyamaran Aland sebagai penyusup dan melakukan sesuatu kepadanya?" “Dia sendiri yang mau.” Joo membela dirinya karena Jane menyalahkannya. “Kita harus melakukan ini untuk bisa membuktikan bahwa mereka memang ada, Jane.”“Tapi apa yang dilakukan Aland itu berisiko besar, Joo. Bagaimana jika terjadi sesuatu padanya?” Jane menunjukkan raut khawatirnya. Bukan hanya khawatir pada satu hal saja, tapi juga hal-hal lainnya yang berhasil memenuhi kepalanya belakangan ini, selepas dirinya terpaksa menerima tawaran sialan dengan Fluke yang mengancamnya.“Kia berdoa saja. Aku yakin Aland pasti bisa melewati semuanya.”Jane juga berharap seperti itu. Na
Read more
58. Dikepung
Romeo membawa laptopnya ke balkon gedung tua yang lebarnya hanya satu x satu meter itu. Ia menunggu sinyal Aland yang tak kunjung muncul, di satu sisi saat malam hari seperti ini jaringan internet di gedung lama itu cukup lambat mengakibatkan pekerjaannya jadi terhambat. Padahal ia juga harus melacak digit nomor peneror Tor, karena sejak hari masih sore pun ia belum berhasil melakukannya.“Bagaimana ini, posisi Aland bisa berbahaya jika aku tidak kunjung menyelesaikan pekerjaanku.”Meski tak mengerti betul maksud Aland menyuruhnya melakukan pekerjaan ini karena Aland bercerita apa pun padanya, tetapi Romeo yakin semua pekerjaan yang diserahkan padanya saling berhubungan dengan keselamatan Aland di sana. Maka dari itu ia mengerahkan semua kemampuannya, ia tak ingin pengorbanan temannya itu berakhir sia-sia begitu saja. Usai berpikir berulang kali, akhirnya Romeo memutuskan untuk pergi dari gedung tua itu untuk menyusup ke dalam gedung utama kampus. Tempat pe
Read more
59. Menyusup ke Ruang Komputer
“Aku ingin tanahmu di sini,” tunjuk Aland pada area terjauh dari kubu lawannya, di mana area itu telah di kelilingi sebagian besar dari pemainnya. “Dan aku akan membayarmu 250 dollar.”Kaisar tampak kebingungan, Ia lama berpikir dan akhirnya menyerahkan tanahnya kepada Aland.Aland menyeringai kembali. Ia lalu menjalankan miliknya ke sisi-sisi yang tidak pernah bisa kaisar duga pergerakannya. Permainan berjalan begitu seru dengan Aland yang beberapa kali memimpin permainan. “Aku ingin tanahku di sini, di sini, dan di sini.” Begitu suara Aland mendominasi ruangan, saat tak ada suara lain selain tanda-tanda kemenangannya. “Aku akan memberimu 10.000. Semua milikmu.”Mungkin Aland lupa sesaat bahwa seseorang yang sedang ditantangnya itu adalah seorang pemimpin geng terlarang ini, dengan memberikan tawaran besar yang tidak akan pernah ia benar-benar lakukan, karena Aland sendiri telah mengetahui trik untuk
Read more
60. Bertemu Dengan Kaisar
“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Romeo yang kebingungan melihat keberadaan Joo yang tiba-tiba berada di sini. ia baru ingat kemudian kalau beberapa waktu lalu Joo di telepon berkata akan menyusulnya. Joo masih berusaha menetralkan napasnya yang mulai tak teratur. “Jangan banyak bertanya dulu.” Joo memegang pundak Romeo dan menyentuh dadanya sendiri yang napasnya tak teratur. “Petugas penjaga melihatku dan mengejarku, mereka mungkin kehilangan jejakku sementara ini, tapi jika mereka melihat ruangan ini bercahaya, kita pasti akan ditangkap.” Romeo menatap Joo tak percaya dengan penjelasan laki-laki itu. Dirinya menjadi gugup seketika karena khawatir petugas itu akan datang. “Apa yang kau lakukan? Cepat bantu aku mematikan komputer-komputer ini dan pergi dari sini sekarang juga.” Sesuai perintah Romeo, Joo membantunya mematikan jaringan komputer yang masih menyala. Mereka melakukannya dengan terburu-buru, karena ada sebanak 5 komputer yang menyala, dan itu
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status