Semua Bab Cinta Tanpa Tapi: Bab 61 - Bab 70
105 Bab
Chapter 61
"Pilihlah warna dan baju yang kamu suka, Rat!" pinta Bunda saat dirinya disodorkan gambar beberapa baju pesta yang terlihat berpasangan.  Ratna membolak balikkan beberapa halaman yang berisi baju- baju yang terlihat sangat bagus dengan harga yang terbilang 'wow'. "Tidak, aku percaya pilihan bunda adalah yang terbaik." Ratna kembali mendorong kertas kertas bergambar itu arah sang bunda.  Ratna bakalan tampak bingung saat dihadapkan pada beberapa pilihan yang menurutnya bagus semua. Apalagi dia takut tidak sesuai dengan selera sang bunda. Bunda tersenyum, apalagi saat mendengar Aldo pun menyamakan jawaban seperti yang Ratna katakan.  Melihat Bunda yang tampak sibuk berdiskusi masalah model dan warna dengan Hj. Sulastri– owner dari butik yang mereka datangi. Ratna memilih pindah duduk dari kursi yang letak awalnya berdampingan dengan Bunda,
Baca selengkapnya
Chapter 62
"Dik!?" panggil Delon dari pintu yang ada di antara balkon dan kamar.  "Ada apa, Mas!?" Ratna menoleh, kemudian duduk dari tidurnya, memberikan tempat untuk kakak lelakinya untuk duduk.  "lagi melamun kan apa, hingga tak mendengar panggilanku? Ini surat ceraimu! Tadi dibawa ke kantorku oleh pengacara yang menangani nya." Delon meletakkan map warna putih transparan ke atas meja, kemudian duduk di samping Ratna.  "Tidak ada kok. Terimakasih ya, apakah ada kendala saat mengurusnya, Mas?" "Lancar, Tidak ada kendala. Sepertinya Rizal juga tidak datang saat persidangan." Ratna tak menjawab. Namun, kedua bibirnya terlihat membentuk huruf '0'. "Apa rencanamu setelah ini, Dik?" "Tidak ada, aku hanya menjalani hidup, kerja di kafe, nemeni Bunda, dan –" "Lamaran Aldo tidak kamu pertimbangkan, Dik?" Delon lan
Baca selengkapnya
63. Tidak, Bun.
Ratna hanya bisa pasrah saat tahu warna baju yang Bunda pilih untuk dia pakai, ternyata berwarna senada dengan yang dikenakan Aldo, sedangkan Bunda sendiri, memilih warna biru yang lebih gelap lagi. Walhasil selama perjalanan dari parkir mobil yang lumayan jauh tempatnya dari rumah Nay, Aldo dan Ratna menjadi pusat perhatian. Ratna tampil cantik sekali, rambut yang biasanya di cepol seadanya kini berubah menjadi cepol yang anggun. Seperti sedang memperlihatkan keseksian lehernya yang jenjang dan putih. Anehnya, Ratna memilih bergandengan tangan dengan Bunda, membiarkan Aldo yang membuntutinya dari belakang. Hingga memasuki pagar rumah Nay yang halamannya sudah di sulap menjadi indah luar biasa. Sekilas dilihatnya di sebelah kanan, beberapa orang yang ia kenal dulu saat masih sekolah, termasuk Mila dan Rizal, yang asik bercanda bersama Lauren.Ratna tersenyum ke arah sahabat dan mantan suaminya itu, tanpa mereka berdua sadari
Baca selengkapnya
64. Sayang ....
"Bunda ...!"Nay yang sedang duduk di pinggir ranjang, bersama dua perempuan berseragam sama, seketika bersorak kegirangan saat melihat Bunda yang duluan masuk ke dalam kamar. Dan seperti ada yang memberikan perintah, dua perempuan yang tadi membantu Nay, bergegas keluar dari kamar. "Hai ...!" Ratna pun melambaikan tangan ke arah Nay yang sedang berpelukan dengan Bunda."Hei, jangan nangis!" Bunda langsung memberikan saputangan yang dibawanya kepada Nay, agar tidak merusak riasan."Aku senang kamu mau datang, dari tadi aku tunggu tunggu kok belum masuk masuk." Nay berkata sambil menahan isaknya memeluk Ratna.Bunda dan Ratna saling berpandangan saat mendengar apa yang di katakan Nay. Ada senyum yang berbeda yang Ratna tunjukkan saat itu.Senyum terimakasih pada Bunda karena telah memaksanya untuk ikut masuk menemui Nay. "Kok sepi, Nay. Yang lain pada ke mana?" tanya Diandra yang kebagian menjadi orang terakhir
Baca selengkapnya
65. Otak mesum!
"Andaikan bukan Bunda yang memilih baju itu, dari awal aku lihat kamu pakai tadi, sudah ingin kusuruh buang aja."Jawaban Aldo masih terdengar marah dan kesal, dan Ratna hanya bisa meliriknya tak mengerti. "Kamu itu yang aneh, semua orang bilang cantik, cuma kamu aja yang nggak! Memangnya kenapa, sih? Baju mahal ini?!" tanya Ratna, setelah sebelumnya menghela nafas panjang. Mengumpulkan kekuatan sabar yang ia punya hari ini. "Aku bisa memberikanmu uang untuk beli baju yang lebih tertutup.""Tapi aku nggak mau membuang baju ini, bisa jadi anak durhaka kalau aku melakukannya.""Tapi jangan di pakai juga dong, Sayang.""Apa an sih?!" Ratna mendelik kan matanya saat mendengar ada kata ajaib yang baru saja di katakan Aldo."Memangnya kenapa? Aku kan sayang kamu?" Aldo yang paham kalau Ratna sedang salah tingkah, kembali mengeluarkan jurus pepetnya. "Udah, deh! Jangan kebanyakan gombal, Nggak usah bikin aku tambah s
Baca selengkapnya
66. Rindu bibirmu
"Ratna!" Ratna yang baru saja menjejakkan kakinya ke cafe, pagi itu. Di buat kaget saat melihat mantan mertuanya sudah berdiri dari duduknya di kursi, yang sengaja di letakkan di luar. Namun, masih ada di bawah atap kafe.  "Ibu, ada perlu apa? Tumben, pagi pagi begini sudah ada di kafe?" tanya Ratna yang membelokkan langkahnya, beralih ke tempat ibunya Rizal. "Ratna, kamu bisa temenin ibu duduk di sini, sebentar? Ada yang ingin ibu katakan."  Ratna mengerutkan keningnya, sambil menatap penuh selidik ke wajah penuh harap dari perempuan yang dulu sangat menyayanginya, saat almarhum ayah mertua masih hidup. "Ada apa, Bu?" tanya Ratna, dengan tangan kanan menarik salah satu kursi hingga memberikan jarak aman untuk ia duduki.  "Apa benar kamu meminta hak atas rumah yang ditempati Rizal sekarang, sebagai harta gono gini, karena merupakan pemberian al
Baca selengkapnya
67. Kamu mau?
Ratna hanya melirik ponselnya membaca sebuah nama yang pagi ini sudah membuatnya bete. Sepertinya tak ada keinginan untuk mengangkat panggilan itu. Alhasil ponsel terus berdering hingga panggilan ke lima. Kemudian hening .... "Akhirnya dunia damai!" pekiknya tertahan dengan senyum yang mengembang di bibir.  "Ratna ...!" Baru saja Ratna hendak membuka program keuangan di komputer. Diandra sudah ada di depan pintu sambil tersenyum manis.  "Ada apa?" Ratna tak menoleh, dia tetap melanjutkan kerjanya, yang tadinya berhenti karena kaget saat mendengar Diandra memanggil.  "Ke bawah sebentar, yuk! Ada yang kangen." "Diandra ...!" seru Ratna dengan nada yang terdengar tak suka. "Eh, serius kali, ayo dong, masak iya tuh orang di cuekin." "Memangnya siapa sih?" "Nick, tem
Baca selengkapnya
68. Tapi ....
"Sudah jam segini, kok belum datang?" desis Ratna, dengan mata melirik ke arah jam yang menempel di tembok atas pintu.  "Rizal janji datang jam berapa, Rat?" tanya Nay yang ikut ikutan melirik jam.  "Kemarin sih dia nggak ngomong mau datang jam berapa cuman bilangnya malam doang." Ratna menjawab sambil kembali memandang ponselnya.  "Ini sudah hampir jam sembilan looo ...." Seru Nay, lagi.  Ratna tak menjawab, dia hanya bisa melirik jam dan menunggu. "Memangnya mau ngomongin apa sih?" tampaknya bukan hanya Ratna yang penasaran, Nay pun mempunyai rasa yang sama.   "Aku juga nggak tahu, Nay. Mungkin mau cerita tentang hubungannya bersama Mila?" "Kamu tahu?" Nay yang kaget, bertanya, dengan mata terbeliak ke arah Ratna. "Memangnya kenapa Nay, sampai kaget begitu," lirik Ratna dengan wajah dat
Baca selengkapnya
69. Aldo .... ( 21+)
"Kamu beneran masih mau di sini? Sendirian aja? Apa mau aku temeni?" tanya Nay yang sudah bersiap siap, berkemas untuk segera pulang.  "Temenin dong," rajuk Ratna tanpa menoleh ke arah sahabatnya itu, dia tetap fokus ke arah laptop. [Hallo, Mas. Malam ini aku di kafe, nemenin Ratna, jadi nggak usah di jemput ya.] Mata Ratna sontak membulat dan berpaling fokus ke arah Nay yang masih berbincang di ponselnya.  "Nay, nggak! Kamu pulang saja, aku bercanda!" Terlambat, Nay sudah menutup ponselnya. Dan kini memandang tak mengerti pad Ratna.  "Eh kamu yang serius, dong!" ketus Nay yang terlihat gemes.  "Iya, aku serius, aku di sini sendiri saja. Kamu sana pulang!" "Serius, Rat!" Lagi! Nay memastikan apa keinginan Ratna. "Iya!" "Ah, kamu becanda
Baca selengkapnya
70. Love you ....
Tak menggubris apa yang Ratna pinta, Aldo malah bungkam mulut Ratna kembali dengan lumatan bibir. Tangannya pun tak mau kalah, memilin, meremas dan mulai semakin berani turun ke bawah. Bukan hanya di bibir, Aldo juga memberikan tanda kepemilikannya di dada dan leher Ratna, membuat perempuan yang baru saja berstatus janda itu kembali mendesah.  "I love you."  Aldo terus membisiki telinga Ratna, di sela sesapannya di tempat itu.  Mata Ratna terpejam, sepertinya kini dia hanya bisa pasrah menerima serangan Aldo. Namun entah kenapa, saat tangan Aldo mulai menyentuh miliknya yang paling sensitif, Ratna berdiri dan menghempaskan tangan Aldo begitu saja. Matanya terlihat berkaca kaca dengan nafas tersengal. "Ada apa, Sayang?" tanya Aldo yang kaget melihat perubahan sikap Ratna yang tadinya mulai pasrah kini malah berdiri menjauh. 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status